Apatis

Kata Apatis mungkin sudah tidak asing di telinga siapa saja, namun tahukah anda apatis merupakan sebuah gangguan yang berhubungan dengan mental dan kejiwaan sehingga keberadaanya tak boleh diremehkan? Lalu apakah sesungguhnya sikap apatis itu ? Apatis adalah kondisi yang melibatkan hilangnya keinginan untuk mencoba dan mengerjakan berbagai aktivitas keseharian termasuk aktivitas sosial. Orang apatis kerap mengekspresikan sikap acuh tak acuh terhadap lingkungannya bahkan berkembang sebagai sikap tidak peduli tentang apapun. Ciri orang apatis yang muncul dan menetap tidak bisa dianggap sepele karena hal ini justru menjadi sebuah pertanda adanya ketidakberesan mental, gejala depresi hingga sejumlah gangguan yang berhubungan dengan otak.

Mengenal lebih dekat tentang apatisme

Istilah apatis adalah sebuah kata dari bahasa yunani, bermula dari awalan ‘a” yang berarti tanpa dan “pathos” yang artinya emosi atau perasaan. Jadi awalnya apatis dimaknai sebagai kebebasan dari penderitaan yang kemudian di abad ke-18 makna apatis berubah artinya menjadi sebuah perasaan tanpa emosi, sebuah ketidakpedulian terhadap banyak hal mulai yang penting hingga sepele. Apatisme ditandai sikap acuh tak acuh, dan sikap tidak peduli. Banyak orang pernah mengalami apatis di suatu masa dalam kehidupannya seperti rasa kehilangan keinginan dan rangsangan untuk memulai mengerjakan kegiatan rutin, umumnya ini merupakan sebuah perasaan wajar,  namun sikap apatis dapat berkembang menjadi tanda gangguan neurologis bahkan sindrom lebih lanjut jika terdapat kondisi kronis namun tidak ditangani. Sikap Apatis cenderung banyak terjadi di kalangan remaja namun hal itu dapat menghilang perlahan.

Penyebab Apatis

Apatis adalah keadaan yang bisa terjadi atau diakibatkan adanya kecacatan yang disebabkan abnormalitas saraf serta gangguan psikologis antara lain Penyakit Alzheimer, Dysthymia yang juga dikenal sebagai depresi ringan kronis, penyakit demensia, skizofrenia dan stroke atau juga merujuk pada tanda dan gejala depresi.  Selain disebabkan oleh berbagai gangguan neurologis tersebut, sejumlah perasaan berikut ini juga dikaitkan sebagai faktor penyebab apatis yaitu :  

  • Pikiran Negatif. Berbagai pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri akibat adanya kegagalan atau penolakan bisa menjadi penyebab apatis.
  • Pengalaman yang mengecewakan. Baru saja mengalami kekecewaan yang disebabkan oleh orang tersayang.
  • Rasa bosan. Merasa bosan dan lelah dengan berbagai rutinitas harian dan mulai pasrah dengan kebosanan tersebut. Kebosanan yang berlarut -larut juga bisa menjadi penyebab apatis.

Gejala Apatis

Sikap apatis seringkali dikaitkan dengan tanda dan gejala depresi meski demikian keduanya tidaklah sama. Gejala depresi memiliki kriteria dan gejala diagnostik yang lebih spesifik.

Inilah beberapa gejala apatisme yang mungkin terjadi :

  • Ciri orang apatis ditandai ketidakmampuannya untuk menyelesaikan tugas sehari – hari
  • Sikap acuh tak acuh pada sekeliling, sikap tidak peduli tentang situasi apapun
  • Kehilangan emosi
  • Minat untuk melakukan berbagai aktivitas menurun
  • Menurunnya keinginan untuk meraih tujuan
  • Kurang bersemangat
  • Menarik diri dari berbagai aktivitas merupakan ciri orang apatis lainnya yang harus mulai diwaspadai.
  • Tidak memberikan respon apapun secara emosional terhadap sesuatu yang baik ataupun buruk 

Apathetic

Penanganan Apatisme

Apatis adalah sebuah perasaan yang identik dengan sikap acuh tak acuh, sikap tidak peduli yang kerapkali dihubungkan dengan tanda dan gejala depresi. Oleh karenanya penanganan Apatis bisa jadi merupakan kombinasi pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya

Jenis pengobatan untuk gejala apatis

Seperti halnya mereka yang menunjukkan gejala depresi, pengobatan untuk pasien dengan sikap apatis juga ditangani dengan obat-obatan yang serupa seperti

  • Antidepresan yang juga diresepkan untuk mereka yang mengalami tanda dan gejala depresi
  • Antipsikotik. Jenis obat yang digunakan untuk mengobati kondisi kejiwaan yang parah, termasuk mereka dengan gejala depresi.
  • Stimulans. Jenis obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suasana hati dan kesadaran.

Psikoterapi 

Ada beberapa terapi yang disarankan bagi mereka yang memiliki gejala apatis di samping mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan. Psikoterapi adalah salah satu pilihan yang mungkin disarankan dokter apabila keadaan apatis berhubungan dengan kecemasan dan gejala depresi. Terapi perilaku kognitif adalah salah satu metode terapi yang digunakan sebagai bentuk pendekatan guna mengetahui latar belakang atas rendahnya motivasi seseorang serta sikap tidak peduli yang dimiliki.

Pengobatan elektroterapi Potensial 

Ada sebuah langkah pengobatan yang berpotensi untuk digunakan dalam terapi penderita apatis kronis yakni dengan melakukan Terapi Elektrik Rangsangan Kranial. Terapi yang melibatkan aliran listrik bertegangan rendah ini dapat menolong memulihkan sikap apatis setelah cedera otak traumatis yang mempengaruhi lobus frontal.  

Adanya pilihan pengobatan dan perawatan apatisme sebaiknya juga didukung lingkaran keluarga dan sahabat sebagai sebuah “support system” . Dengan dukungan tersebut penderita apatisme diharapkan dapat menemukan kembali motivasi dan semangatnya yang sempat hilang, untuk kembali melakukan kegiatan dan aktivitasnya dengan normal.

Referensi

  1. Psychology Today : The Curse of Apathy : Sources and Solution ; https://www.psychologytoday.com/us/blog/evolution-the-self/201604/the-curse-apathy-sources-and-solutions
  2. healthline : What You Should Know about Apathy : https://www.healthline.com/health/apathy
  3. Verywell Mind : What is Apathy : https://www.verywellmind.com/apathy-lethargy-and-anhedonia-379832

Ratna Sari

Ratna Sari adalah seorang ahli kecantikan yang bekerja di salah satu klinik "Kecantikan Kulit" dan di handaldok.com sebagai penulis artikel medis. Dia percaya bahwa memiliki kulit dan rambut yang sehat sangat didambakan oleh sebagian besar wanita. Kulit dan rambut dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang, terutama bagi wanita. Di waktu luangnya, ia mempelajari psikologi manusia dan tertarik pada onkologi.

Mungkin Anda juga menyukai