TBC (Tuberkulosis)

Penjelasan tuberkulosis

TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular yang umumnya menyerang paru-paru, tapi dapat juga menyebar ke bagian lain dari tubuh (seperti ginjal, kelenjar getah bening dan tulang). Seseorang dengan tingkat imun tubuh rendah akan lebih beresiko terserang tuberkulosis. Pengobatan tuberkulosis selama minimal 6 bulan dengan antibiotik biasanya efektif, apabila pengobatan dihentikan maka tuberkulosis dapat aktif kembali menjadi bentuk yang jauh lebih resisten terhadap pengobatan dengan antibiotik.

24 Maret juga telah dinyatakan sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karena pada tanggal tersebut di tahun 1882 seorang dokter Jerman Robert Koch mengisolasi Basil Koch (atau Mycobacterium tuberculosis), bakteri yang bertanggung jawab atas tuberkulosis. Penemuan ini membuatnya mendapatkan Hadiah Nobel untuk Kedokteran atau Fisiologi pada tahun 1905. 

Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2018, diperkirakan ada 842.000 kasus TBC dimana TBC merupakan 1 dari 10 penyebab kematian tertinggi. Presiden Jokowi menyebut, penderita TBC di Indonesia mencapai 845 ribu orang, tetapi yang ternotifikasi hanya 562 ribu orang. “Sehingga yang belum terlaporkan masih kurang lebih 33%. Ini hati-hati,” ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas percepatan eliminasi TBC di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (21/7/2020).

apa itu Tuberkulosis

Tipe tuberkulosis 

TBC dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

TBC paru-paru

Tipe ini merupakan bentuk tuberkulosis yang paling umum. Bakteri membuat gigi berlubang dan menghancurkan jaringan paru-paru, tetapi TBC tetap terlokalisasi di paru-paru

TBC aktif atau tuberkulosis ekstrapulmonal

Dalam tipe ini bakteri sudah menyebar atau menyerang bagian tubuh lainnya, seperti kelenjar getah bening, tulang, ginjal, meninges atau sistem saraf pusat. Dengan kata lain, penderita tuberkulosis ekstrapulmonal mungkin juga dapat menderita atau tidak menderita tuberkulosis paru

TBC laten

TBC laten merupakan gabungan dari tuberkulosis paru dan ekstrapulmonal, karena bakteri menyebar melalui aliran darah dan menyerang seluruh tubuh. TBC ini memiliki penampilan yang khas, yaitu seperti biji millet yang tersebar di seluruh paru-paru.

Penyebab tuberkulosis

TBC merupakan bagian “penyakit kemiskinan”, karena penyakit ini disebabkan oleh faktor lingkungan atau oleh kondisi-kondisi seperti:

  • Malnutrisi
  • Imun tubuh rendah
  • Sanitasi yang buruk
  • Kurangnya tindak lanjut medis
  • Kepadatan lingkungan yang berlebih.

Infeksi TBC “tidak aktif” lebih mungkin terjadi pada orang dengan sistem imun tubuh yang lemah, imun tubuh lemah dapat disebabkan karena:

  • Malnutrisi
  • Penggunaan narkoba
  • Konsumsi alkohol berlebihan 
  • Menderita penyakit kronis, seperti diabetes, kanker, ginjal
  • Anak-anak yang berumur kurang dari lima 5 tahun atau lansia
  • Menderita suatu penyakit pada sistem kekebalan, seperti infeksi HIV (infeksi ini juga sangat meningkatkan risiko berkembangnya stadium aktif tuberkulosis)
  • Melakukan perawatan medis berat, seperti kemoterapi, kortikosteroid oral, obat antiinflamasi yang kuat terkadang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis (pengubah respons biologis, seperti infliximab dan etanercept) dan obat-obatan dalam kasus transplantasi organ.

Faktor risiko

Beberapa faktor di bawah ini juga dapat meningkatkan seseorang terserang TBC, diantaranya

  • Merokok
  • Tinggal atau berkunjung ke negara yang dalam kondisi pandemi tuberkulosis
  • Memiliki berat badan dibawah ukuran normal (berdasarkan indeks massa tubuh atau BMI)
  • Bekerja atau bertempat tinggal di lingkungan di mana pasien tuberkulosis aktif tinggal atau bersirkulasi, seperti rumah sakit, penjara, pusat penerimaan atau bekerja di laboratorium. 

Tuberkulosis

Penularan tuberkulosis

Faktanya TBC dapat ditularkan dengan beberapa cara, diantaranya:

  • Melakukan kontak berulang atau berkepanjangan dengan orang yang tertular infeksi.
  • Tuberkulosis ditularkan dari penderita yang sudah menunjukan gejala terinfeksi Bacillus Koch.
  • Bacillus Koch disebarkan melalui tetesan air liur yang melayang di udara ketika seseorang batuk, bersin, dan berbicara.
  • Penderita tuberkulosis yang telah menjalani pengobatan selama 2-3 minggu, tidak lagi dapat menularkan Bacillus Koch.

Gejala tuberkulosis

Beberapa gejala TBC yang umumnya dijumpai, adalah:

  • Demam ringan
  • Batuk terus menerus
  • Kehilangan nafsu makan
  • Keringat berlebih pada malam hari
  • Dahak yang berwarna atau berdarah
  • Nyeri di dada saat bernapas atau batuk
  • Nyeri di tulang belakang atau persendian
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

Komplikasi

Meski komplikasi akibat TBC dapat terjadi hampir pada semua organ manusia, namun ada beberapa komplikasi yang paling sering terjadi dan perlu diwaspadai, seperti:

Kerusakan pada jantung

Pada kondisi ini, bakteri akan menyerang pericardium, myocardium atau bahkan katup jantung. Komplikasi TB pada jantung yang tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan gagal jantung yang berujung pada kematian.

Kerusakan pada ginjal

Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex) yang secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi ini menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan jaringan nanah, hingga gagal ginjal.

Kerusakan fungsi hati

Hati menjadi bagian tubuh yang rawan terkena komplikasi bakteri penyebab tuberkulosis. Aliran darah yang terkontaminasi dapat menyebabkan hepatic tuberculosis dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan lain, mulai dari pembengkakan pada hati hingga menguningnya kulit dan lapisan mukosa akibat ketidakseimbangan bilirubin.

Kerusakan pada tulang dan sendi

Komplikasi dapat terjadi akibat penyebaran bakteri penyebab TB yang tidak terkendali. Sebagian besar kasus komplikasi TB tulang dan sendi menyerang tulang belakang sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan serius, kerusakan saraf, hingga rusaknya bentuk tulang belakang.

Meningitis tuberkulosis

Bakteri penyebab TBC dapat menyerang cincin tulang belakang dan selaput sekeliling otak (meninges). Gejala umum yang muncul akibat komplikasi TBC otak adalah hilangnya kemampuan mendengar, meningkatnya tekanan pada otak, stroke, penurunan kesadaran, bahkan kematian.

Gangguan fungsi penglihatan

Bakteri penyebab TBC yang sudah menyebar melalui aliran darah juga dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan pada mata. Beberapa bagian mata yang paling sering diserang, seperti konjungtiva, kornea, dan sklera. Gejala awalnya adalah pandangan yang mengabur dan kondisi mata yang tiba-tiba menjadi terlalu sensitif terhadap cahaya.

Diagnosa

Seperti pada umumnya setiap diagnosa akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda dan gejala penyakit, apabila diperlukan dokter juga dapat melakukan tes tambahan. 

Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, dan akan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh paru-paru ketika pasien bernapas dengan menggunakan stetoskop. 

Tes tambahan untuk mendeteksi ada tidaknya TBC, dapat dilakukan dengan:

Tes kulit Purified Protein Derivative (PPD) 

Tes ini dapat mendeteksi keberadaan basil Koch di dalam tubuh dan dilakukan 4-10 minggu setelah seseorang terinfeksi, karena hasil tes yang menunjukan “positif” baru dapat dilihat pada jangka waktu tersebut. Sejumlah kecil tuberkulin (protein yang dimurnikan dari Mycobacterium tuberculosis) disuntikkan di bawah kulit, apabila kulit tersebut bereaksi menjadi kemerahan atau bengkak dalam kurun waktu 48-72 jam berikutnya, maka hal ini menandakan adanya infeksi. Jika hasilnya negatif, dokter mungkin menyarankan untuk melakukan tes ke 2 beberapa minggu kemudian.

Radiografi paru

Dokter mungkin akan melakukan radiografi paru (rontgen dada) pada penderita yang mengalami gejala batuk secara terus menerus, tindakan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi paru-paru. Tindakan ini mungkin juga akan dilakukan selama proses perawatan pasien, agar  perkembangan penyakit TBC dapat diketahui dan dipantau.

Tes biologis pada sampel sekresi paru

Basil Koch merupakan salah satu jenis mikobakteri, sehingga untuk memastikan apakah terdapat keluarga mikrobakteri dokter akan mengidentifikasi bakteri yang ada dalam sekresi dengan menggunakan mikroskop. Sekresi juga dapat dilakukan untuk menguji apakah bakteri resisten terhadap antibiotik atau tidak, hasil pemeriksaannya dapat diketahui setelah 2 bulan kemudian.

penyakit Tuberkulosis

Pengobatan

Pengobatannya dapat dilakukan secara medis dan akan lebih baik lagi apabila juga ditunjang dengan mengkonsumsi bahan-bahan alami.

Medis 

Pengobatan dibedakan menjadi beberapa tahapan, yaitu:

Tahap pertama

Di lini (tahapan) pertama, hampir semua kasus TBC dapat mengobati dengan antibiotik. Penderita diminta untuk tinggal di rumah atau memakai masker di area umum hingga dokter memutuskan bahwa mereka tidak lagi dapat menular TBC, kondisi ini umumnya setelah 2-3 minggu pengobatan.

Biasanya dokter akan meresepkan antibiotik minum, seperti soniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid. Kepatuhan mengkonsumsi obat selama minimal 6-12 bulan sangat diperlukan, agar pengobatan menjadi efektif dan dapat membunuh bakteri sepenuhnya. Apabila terdapat gejala seperti mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, penyakit kuning (kulit kekuningan), urin gelap, atau demam tanpa sebab yang jelas, maka harus segera diberitahukan ke dokter. Gejala tersebut dapat menjadi pertanda adanya kerusakan hati dalam berbagai tingkatan.

Tahap kedua

Multidrug resistance (MDR-TB) merupakan suatu istilah pada kondisi dimana bakteri resisten terhadap 2 antibiotik utama (isoniazid dan rifampisin), pada kondisi ini dokter mungkin akan menggabungkan 4- 6 antibiotik dan mungkin akan membutuhkan waktu pengobatan hingga 2 tahun. Efek samping penggunaan obat-obatan tersebut misalnya mati rasa di tangan atau kaki, dan keracunan hati. 

Perawatan untuk bakteri yang sangat resisten 

Pengobatan yang lebih serius dan berbahaya akan dilakukan secara intravena, hal ini bertujuan untuk melawan apa yang disebut TB yang resisten secara luas atau TB-XDR.

Kontraindikasi 

Alkohol dan acetaminophen (Tylenol ®) diberikan selama seluruh durasi pengobatan. zat-zat ini akan meningkatkan tekanan pada hati dan dapat menyebabkan komplikasi.

Non medis

Pengobatan TBC dapat ditunjang dengan mengkonsumsi beberapa bahan alami, tetapi pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menggunakannya agar tidak terjadi komplikasi.

Bahan-bahan alami tersebut, diantaranya:

  • Konsumsi bawang putih 2-4 siung setiap harinya
  • Minum air rebusan daun sirih merah sebanyak 3 kali sehari
  • Minum air buah kelapa hijau yang sudah di didihkan diatas arang (didihkan dengan menggunakan batoknya) sebanyak 2 kali sehari
  • Minum air rebusan daun sisik naga sebanyak 2 kali sehari
  • Minum air rebusan kembang sepatu dicampur madu sebanyak 3 kali sehari
  • Konsumsi sambiloto yang sudah dihaluskan, dengan ditambahkan madu sebanyak 2-3 kali sehari
  • Minum air rebusan akar lempuyang wangi sebanyak 2 kali sehari
  • Minum air rebusan bambu tali atau bambu apus sebanyak 2 kali sehari
  • Minum bidara upas yang telah diparut dan sudah ditambahkan madu serta air sebanyak 3 kali sehari
  • Minum air rebusan singawalang yang sudah ditambahkan dengan gula merah sebanyak 2 kali sehari

Pencegahan

Pencegahan penularan TBC dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:

  • Lakukan langkah-langkah kebersihan, seperti sering mencuci tangan dan menggunakan masker
  • Deteksi dan obati infeksi laten, deteksi dapat dilakukan dengan menjalani tes kulit secara reguler
  • Jaga kesehatan, seperti makan makanan yang sehat dan seimbang, tidur yang cukup, olahraga teratur, kelola stres.
  • Penderita TBC lebih baik tetap berada dirumah dengan kondisi ventilasi yang memadai, hal ini dilakukan selama 2-3 minggu masa pengobatan

Referensi:

  1. SehatQ: TBC (Tuberkulosis): (https://www.sehatq.com/penyakit/tuberkulosis)
  2. Walatra Gamat Emas Kapsul: 10 Obat Tradisional Penyakit TBC Paling Cepat Menyembuhkan: (https://walatragamatemaskaps.atavist.com/10-obat-tradisional-penyakit-tbc)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *