Gangguan Pertumbuhan
Gangguan pertumbuhan merupakan sebuah kondisi yang bisa dialami oleh balita, anak hingga remaja yang terlalu kecil atau terlalu besar jika dibanding dengan standar kurva pertumbuhan bahkan, data global terkini memaparkan sebanyak 161 juta anak balita di seluruh dunia mengalami keterlambatan pertumbuhan. Salah satu jenis gangguan pertumbuhan yang saat ini tengah menjadi perhatian serius di banyak negara adalah Stunting.
Stunting adalah keadaan anak atau balita yang memiliki ukuran tubuh yang lebih rendah atau lebih kecil dibanding anak seusianya. Penyebab stunting secara umum adalah gizi yang kurang baik, infeksi yang terjadi secara berulang serta kurangnya stimulasi atau rangsangan sosial. Sementara itu stunting menurut WHO merupakan kondisi saat anak memiliki tinggi yang lebih rendah dari rata-rata anak seusianya dan setidaknya dua deviasi standar di bawah median standar pertumbuhan WHO. Berbeda dengan stunting, gangguan pertumbuhan lainnya disebut wasting yaitu berat badan anak yang tidak sesuai dengan tinggi badannya.
Penyebab Gangguan Pertumbuhan
Pada anak dan balita pertumbuhan terutama tinggi dan berat badan anak idealnya dipantau sebulan sekali sampai usia 6 bulan dan 3 bulan sekali sampai usia 2 tahun. Balita adalah anak yang belum genap mencapai usia 5 tahun sehingga pertumbuhan dan perkembangannya harus selalu dipantau dari resiko mengalami keterlambatan. Stunting adalah salah satu bentuk keterlambatan pertumbuhan yang ditandai tinggi badan anak yang jauh dari rata – rata tinggi anak seusianya. Stunting menurut WHO dalam kasus stunting di Indonesia terjadi kepada 35 persen jumlah balita, atau sepertiga dari populasi balita. Stunting di Indonesia bukan disebabkan kekurangan makanan melainkan kekurangan materi mikronutrien yang ada pada makanan.
Tidak hanya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri, masih tingginya kasus stunting di Indonesia dikhawatirkan juga dapat mempengaruhi masa depan bangsa. Salah satu penyebab masih tingginya kasus stunting di Indonesia adalah ketimpangan sosial yang masih tinggi terutama di beberapa wilayah di Indonesia, sehingga menyebabkan anak sulit mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, penyebab stunting lainnya adalah masih rendahnya angka menyusui, kurangnya sanitasi yang baik di beberapa wilayah terpencil ikut memperparah angka stunting di Indonesia. Selain stunting anak keterlambatan pertumbuhan juga dapat dipicu adanya beberapa faktor lain.
Beberapa faktor lain yang ikut memicu keterlambatan pertumbuhan yaitu:
- Gangguan pada pencernaan sehingga menimbulkan pola makan yang tidak sehat juga dapat menjadi penyebab stunting yang akhirnya memperlambat pertumbuhan.
- Situasi trauma yang mengganggu kejiwaan seseorang seperti kesedihan karena kehilangan, ketakutan dll.
- Penyakit yang berhubungan dengan hormon, atau akibat kekurangan hormon pertumbuhan.
- Memiliki kecacatan tulang yang dikenal dengan penyakit achondroplasia yang dapat mengubah struktur tulang rawan dan menghambat jalannya pertumbuhan seseorang.
Diagnosa Keterlambatan Pertumbuhan
Stunting, dapat terjadi sejak masih dalam kandungan hingga dilahirkan.1000 hari sejak bayi dilahirkan merupakan masa-masa yang paling penting untuk keberlangsungan pertumbuhannya di masa depan. Tak banyak yang tahu bahwa stunting dapat menyebabkan kematian dan bagi para penyintas stunting pada anak gangguan pertumbuhan di masa kehidupan berikutnya menjadi taruhannya. Untuk mengetahui apakah terjadi stunting pada anak atau stunting balita maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit bawaan atau kelainan morfologi tubuh. Diagnosa dilanjutkan dengan mencari tahu sejarah keluarga terutama terkait riwayat kesehatan. Dampak stunting juga dapat dirasakan hingga remaja dan menyebabkan keterlambatan pubertas.
Mengatasi keterlambatan pertumbuhan
Stunting adalah sebuah ancaman bagi keberlangsungan masa depan anak. Stunting balita dan stunting anak dapat menyebabkan anak mengalami masalah jangka panjang dengan pertumbuhannya. Pada jangka pendek, dampak stunting dapat menyebabkan gangguan otak serta perkembangan fisik. Stunting menurut WHO harus ditekan jumlahnya menjadi hanya 40% saja di tahun 2025. Meski dari tahun ke tahun jumlah stunting anak sudah menurun, stunting menurut WHO masih mempengaruhi 150 juta anak balita.
Keterlambatan pertumbuhan yang merupakan dampak stunting ini hanya dapat diatasi jika dilakukan pemeriksaan sedini mungkin sehingga keterlambatan pertumbuhan dapat dicegah. Meskipun pengobatan untuk masalah pertumbuhan tidak mendesak untuk dilakukan, diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu penderita mengejar ketertinggalan dan mampu mencapai tinggi normalnya. Jika kondisi medis yang mendasari teridentifikasi, pengobatan khusus dapat meningkatkan pertumbuhan. Contohnya pada kasus kegagalan pertumbuhan akibat hipotiroidisme, misalnya, biasanya diobati dengan pil pengganti hormon tiroid.
Mencegah keterlambatan pertumbuhan
Dampak stunting dalam jangka panjang yang mempengaruhi percepatan pertumbuhan pada anak dan balita perlu ditanggapi lebih serius. Mencegah stunting pada balita adalah dengan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada keluarga khususnya ibu hamil dan menyusui akan pentingnya makanan yang bernutrisi selama kehamilan hingga 1000 hari pertama masa pertumbuhan anak. Ini juga memerlukan campur tangan pemerintah agar setiap keluarga memahami pemantauan kesehatan janin hingga balita adalah yang terpenting untuk mencegah stunting anak, stunting balita dan secara umum stunting di Indonesia terus bertambah.
Referensi
- Kidshealth : What is Growth Disorder : https://kidshealth.org/en/parents/growth-disorder.html
- Right Food And Nutrition : Stunting Prevalence in Children under 5 :https://www.righttofoodandnutrition.org/stunting
- The Jakarta Post : Child’s Growth Stunting Hold Back Indonesia’s Future https://www.thejakartapost.com/life/2020/02/18/child-growth-stunting-holds-back-indonesias-future.html