Kanker Hidung atau Kanker Nasofaring

Pemahaman kanker hidung 

Kanker nasofaring ialah kanker yang berasal dan tumbuh dari belakang rongga hidung dan dari bagian atas langit-langit lunak hingga bagian atas tenggorokan. Tanda-tandanya yaitu bintil-bintil di leher, sesak, sakit di telinga dan mungkin mengalami gangguan pendengaran. Analisis dilakukan dengan melakukan biopsi dan tes pencitraan dilakukan untuk menilai sejauh mana kanker tersebut telah berkembang dan menyebar. Penanganannya berupa terapi radiasi, kemoterapi, dan terkadang operasi.

KNF dapat berkembang pada semua orang dan dari segala tingkatan usia. Hari Kanker Dunia yang jatuh pada tanggal 4 Februari ternyata belum cukup untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya kanker. Prevalensi kanker di Indonesia naik dari 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013, menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada 2018. 

Gejala dan Etiologi kanker nasofaring

Gejala dan Etiologi kanker nasofaring 

Seringkali, kanker nasofaring pertama kali menyebar ke kelenjar getah bening di leher dan menyebabkan nodul di leher (sebelum gejala lainnya timbul). Kadang-kadang penyumbatan hidung atau saluran eustachius yang terus-menerus dapat menyebabkan nyeri di telinga dan gangguan pendengaran, terutama di satu sisi. Jika tuba eustachius tersumbat, efusi cairan dapat terbentuk di telinga tengah. Sehingga penderita mungkin juga mengalami sakit telinga, wajah bengkak, hidung berair nanah dan darah, pembengkakan kelenjar getah bening, dan mimisan. Indikasi lainnya berupa lumpuhnya salah satu mata atau bahkan sebagian wajah.

Virus Epstein-Barr yang menular dan menyebabkan mononukleosis atau penyakit pfeiffer (demam kelenjar), memiliki peran dalam perkembangan kanker nasofaring. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan konsumsi ikan asin atau makanan yang diawetkan dengan nitrit dalam jumlah besar.

Prognosis KNF

Komplikasinya dapat berbeda-beda. Sebagian besar kanker nasofaring adalah karsinoma sel skuamosa, yang berarti berkembang di sel skuamosa. Kanker yang  semakin besar, akan menyebar dan mempengaruhi fungsi organ  organ lain di dekatnya, seperti tulang, tenggorokan, dan otak. 

Penelitian  data rekam medis pasien KNF yang dikonsulkan ke Poli Neuro Oftalmologi dan Divisi Neuroonkologi Departemen Neurologi RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan Januari- Desember 2014, komplikasi neurologis yang utama adalah lesi saraf kranial V akibat invasi lokal. Terdapat hubungan antara ukuran tumor dengan invasi lokal dan infiltrasi intrakranial yang melapisi nasofaring. 

Anamnesis kanker hidung

Seperti pada umumnya setiap anamnesis akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu itu sendiri maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik dan apabila diperlukan dokter juga akan melakukan tes tambahan.

Pada pemeriksaan fisik, dokter pertama-tama memeriksa nasofaring dengan cermin khusus atau probe penglihatan tipis dan fleksibel (endoskopi). Jika tumor terdeteksi, dokter dapat melakukan biopsi tumor, di mana sampel jaringan diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Sebuah computed tomography (CT) scan dari dasar tengkorak dan magnetic resonance imaging (MRI) dari kepala, nasofaring, dan dasar tengkorak dilakukan untuk menilai sejauh mana kanker. Sebuah tomografi emisi positron (PET) Scan juga biasa dilakukan untuk menilai sejauh mana kanker dan kelenjar getah bening di leher.

Pengobatan kanker nasofaring

Pengobatan dini dapat secara signifikan meningkatkan prognosis, sekitar 60-75% penderita kanker stadium awal memiliki hasil yang baik dan bertahan setidaknya selama 5 tahun setelah diagnosis sedangkan kurang dari 40% penderita kanker stadium IV bertahan hidup setidaknya 5 tahun setelah anamnesis.

Tumor diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi karena kanker ini sangat sulit dihilangkan dengan pembedahan. Radioterapi dapat diulangi untuk mengatasi tumor yang muncul kembali atau dapat mencoba pembedahan dalam mengatasi situasi khusus. Operasi terkadang dilakukan melalui hidung dengan menggunakan endoskopi, tetapi dapat juga menjadi rumit karena biasanya melibatkan pengangkatan sebagian pangkal tengkorak. Dalam beberapa kasus, pendekatan ini sama efektifnya dengan operasi yang lebih invasif dan menghasilkan komplikasi yang lebih sedikit.

Mencegah KNF

Pola hidup sehat dan menghindari segala sesuatu yang dapat menyebabkan karsinoma nasofaring, dapat mencegah kanker ini dan penyakit-penyakit lainnya.  Beberapa upaya yang dapat dilakukan, diantaranya:

  • Kelola stres 
  • Istirahat cukup
  • Tidak merokok
  • Hindari polusi udara
  • Batasi konsumsi alkohol
  • Biasakan minum banyak air putih, minimal 2 liter sehari
  • Jaga kebersihan tubuh, lingkungan dan sirkulasi udara yang lancar
  • Hindari mengonsumsi makanan yang diawetkan, makanan yang panas, atau makanan yang merangsang selaput lendir.

Referensi:

  1. RSUP Dr. Sardjito: Jangan Anggap Remeh Kanker Nasofaring: (https://sardjito.co.id/2019/07/17/jangan-anggap-remeh-kanker-nasofaring/)
  2. Iijil.UI.cc.id: Komplikasi Neurologis pada Karsinoma Nasofaring: (http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/download/9813/67546098)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *