Marasmus dan Kwashiorkor 

Manusia membutuhkan berbagai nutrisi untuk tumbuh dan berkembang. Kalori, protein, dan nutrisi membuat tubuh dapat berfungsi normal. Tanpa nutrisi yang cukup, otot akan hilang, tulang menjadi rapuh, dan kehilangan konsentrasi. Kalori merupakan satuan energi yang dibutuhkan tubuh untuk melaksanakan fungsinya. Sedangkan protein dibutuhkan untuk membangun tubuh. Tubuh membutuhkan protein dalam jumlah besar. Tanpa protein yang cukup, tubuh mungkin tidak dapat dengan mudah menyembuhkan cedera atau luka

Ketika tubuh tidak menerima asupan nutrisi yang cukup, tubuh akan menjadi kekurangan gizi. Salah satu jenis malnutrisi adalah kekurangan energi protein. Kekurangan energi protein disebut juga malnutrisi energi protein. Sebuah penyakit kekurangan kalori atau protein parah sehingga menyebabkan berbagai fungsi tubuh berkurang bahkan hilang. Malnutrisi protein tidak terjadi dalam waktu singkat, biasanya terjadi dalam waktu yang lama seperti pada kasus bencana atau situasi perang yang merupakan ciri – ciri negara miskin.  Kondisi malnutrisi yang biasa menimpa masyarakat yang hidup di daerah tandus atau wilayah konflik adalah penyakit marasmus dan penyakit kwashiorkor. 

Apa itu marasmus?

Penyakit marasmus adalah bentuk malnutrisi energi protein yang parah atau penyakit kekurangan kalor yang terjadi ketika seseorang tidak mengonsumsi cukup protein dan kalori. Tubuh yang kehilangan energi protein mulai kehilangan fungsi vitalnya dan tingkat energi yang dimiliki sangat rendah. 

Merasmus dapat diderita oleh orang dewasa maupun anak – anak. Merasmus sering terdeteksi di wilayah konflik atau daerah tandus. UNICEF memperkirakan bahwa hampir separuh dari semua kematian pada anak di bawah usia 5 tahun, atau sekitar 3 juta setiap tahun, akibat kekurangan gizi. Menurut UNICEF tingginya angka kematian balita merupakan ciri – ciri negara miskin

Penyebab dan faktor risiko

Kekurangan gizi dalam jangka waktu lama merupakan faktor utama terjadinya merasmus. Gizi buruk terjadi karena tidak tersedianya sumber gizi di lingkungan, selain itu terdapat beberapa penyebab marasmus.

Berikut penyebab marasmus: 

  • Tidak memiliki cukup nutrisi atau makanan yang dikonsumsi terlalu sedikit
  • Mengkonsumsi nutrisi yang salah atau terlalu banyak salah satunya dan tidak cukup mengonsumsi nutrisi lain. 
  • Sulit menyerap nutrisi yang dikonsumsi dikarenakan tubuh tidak mampu mengolah nutrisi dengan benar

Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa manula memiliki resiko mengalami marasmus dikarenakan mereka tidak mampu menyiapkan makanan dan merawat dirinya sendiri. Kasus ini muncul pada manula yang hidup sendiri selama beberapa bulan atau tahun. Meskipun mengkonsumsi nutrisi yang salah dan kondisi kesehatan yang berkurang dapat menyebabkan marasmus, namun kekurangan gizi saja tidak akan menyebabkan marasmus selama jumlah kalori harian terpenuhi. 

Resiko marasmus dapat menimpa bayi, sehingga pemberian ASI selama mungkin dapat mengurangi resiko malnutrisi. Pemberian ASI sangat membantu terutama pada masyarakat yang hidup di lingkungan tandus. Lingkungan tandus dimana makanan sulit ditemukan merupakan ciri – ciri negara miskin. 

Namun, jika pemberian ASI berlanjut lebih dari 6 bulan tanpa bayi mendapat makanan padat, resiko marasmus juga dapat meningkat, terutama jika ibunya sendiri kurang gizi. Kecenderungan malnutrisi juga ditemukan pada bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah. Dukungan dan nutrisi yang tepat selama kehamilan dan pada tahun-tahun awal anak sangat penting untuk mencegah malnutrisi.

Gejala marasmus

Gejala utama marasmus adalah penurunan akut dari lemak tubuh dan otot jaringan, yang mengarah ke indeks massa tubuh sangat rendah ( BMI ). Pada anak-anak, gejala utama marasmus adalah gagal tumbuh yang disebut pertumbuhan terhambat. Pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua, gejala utamanya mungkin berupa wasting, atau hilangnya jaringan tubuh dan lemak. Anak yang lebih tua dengan wasting mungkin memiliki tinggi badan standar untuk usianya.

Seorang anak dengan marasmus seringkali mengalami kondisi sangat lapar dan mengisap pakaian atau tangan mereka seolah-olah mencari sesuatu untuk dimakan. Pada kasus lain ditemukan beberapa orang dengan marasmus mengalami anoreksia. Kondisi ini menyebabkan penderita marasmus tidak mau atau tidak bisa makan.

Seiring berjalannya waktu, pengidap marasmus akan kehilangan jaringan tubuh dan lemak di wajahnya. Demikian pula, tulang mereka menjadi terlihat di bawah kulit mereka, dan lipatan kulit berkembang karena hilangnya massa tubuh. Mata mereka mungkin tampak cekung. Selain itu ditemukan beberapa gejala lain pada penderita marasmus.

Berikut gejala – gejala lain dari marasmus:

  • Pusing yang terus-menerus
  • Kekurangan energi
  • Kulit kering
  • Rambut rapuh
  • Pertumbuhan yang lambat dan infeksi berulang pada anak – anak.

Selain gejala, penderita marasmus akan mengalami komplikasi berupa diare, campak, atau infeksi saluran pernapasan. Beberapa komplikasi serius bisa berakibat fatal pada anak penderita marasmus. Diare pada anak juga bisa menjadi penyebab marasmus.

marasmus dan kwashiorkor adalah

Apa itu kwashiorkor?

Kwashiorkor adalah kondisi kekurangan atau bahkan ketiadaan asupan protein. Penyebab kwashiorkor adalah ketika seseorang mengalami kekurangan protein parah. Kwasiorkor sebagian besar ditemukan pada orang yang hidup di wilayah geografis yang memiliki sumber makanan terbatas. Penyakit kwashiorkor Ini paling sering terlihat pada anak-anak yang dietnya rendah protein dan kalori.

Anak-anak yang mengalami kwasiorkor seringkali lebih tua dari anak-anak yang mengembangkan marasmus. Pola makan yang sebagian besar mengandung karbohidrat dapat menyebabkan kondisi kwasiorkor.

Gejala kwashiorkor 

Terdapat perbedaan antara penyakit marasmus dan penyakit kwashiorkor. Kwashiorkor adalah kondisi malnutrisi dimana beberapa gejala yang membutuhkan penanganan dokter segera.

Berikut gejala kwashiorkor yang sering muncul :  

  • Kehilangan selera makan
  • Kekurangan energi
  • Sifat lekas marah
  • Perubahan warna rambut menjadi kuning atau oranye

Selain malnutrisi, kwashiorkor dapat menimbulkan masalah lain terutama pada kulit badan dan kulit kepala. Muncul bercak kulit menjadi sangat terang atau gelap,  kerontokan kulit, dan muncul bisul. Jika mengalami kwashiorkor pasien membutuhkan diagnosis dan perawatan segera, karena kwashiorkor dapat dengan cepat mengancam jiwa.

Golongan beresiko

Berdasarkan data, penduduk yang tinggal didaerah tandus di mana akses ke makanan kaya protein terbatas. Anak-anak yang disapih dari ASI juga berisiko lebih tinggi jika mereka tidak memiliki akses ke makanan kaya protein

Diagnosa

Ketika mengalami kwashiorkor, dokter akan melihat gejala fisik terlebih dahulu. Tenaga kesehatan akan menanyakan pertanyaan tentang akses pasien ke makanan, riwayat gangguan makan, dan obat-obatan yang minum. Mereka mungkin juga bertanya tentang kondisi mental atau suasana hati saat ini.

Tes kulit mungkin akan dilakukan untuk menentukan apakah sistem kekebalan tubuh masih bekerja dengan benar. Mereka mungkin mengambil sampel tinja untuk menyingkirkan masalah lain yang terkait dengan diare jika gejala diare. Dokter mungkin juga menguji urin atau darah untuk membantu mengidentifikasi kekurangan nutrisi.

Pengobatan

Marasmus dan kwashiorkor dapat diobati dengan secara perlahan meningkatkan asupan kalori melalui beberapa makanan kecil. Dokter mungkin menambahkan suplemen protein cair jika pasien memiliki masalah dalam mencerna makanan. Dokter sering merekomendasikan suplemen multivitamin dan mungkin meresepkan obat untuk meningkatkan nafsu makan. Jika gejalanya parah, rawat inap mungkin diperlukan.

Referensi :

  1. Dermatologyadvisor : Dermatology Kwashiorkor and Marasmus https://www.dermatologyadvisor.com/home/decision-support-in-medicine/dermatology/kwashiorkor-and-marasmus/ 
  2. healthline : Kwashiorkor and Marasmus: What’s the Difference? https://www.healthline.com/health/kwashiorkor-and-marasmus#symptoms 
  3. Medicalnewstoday : Marasmus: A type of malnutrition https://www.medicalnewstoday.com/articles/313185#other-forms-of-malnutrition 

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai