Mononukleosis

Penyakit mononucleosis atau mononukleosis adalah penyakit yang ditularkan oleh virus melalui air liur. Virus yang menularkan disebut virus epstein-barr atau ebv. Dunia medis juga mengenal penyakit mononucleosis sebagai penyakit akibat berciuman atau mono yang kemudian memicu infeksi mononukleosis atau radang kelenjar. Virus epstein-barr atau virus ebv adalah golongan virus yang berasal dari golongan virus herpes. Penularan virus ini di masa kanak-kanak kerap kali tak mendapat atensi khusus namun ebv dapat berkembang menjadi asal muasal infeksi mononukleosis di masa mendatang.

Penyebab Penyakit Mononucleosis

Sebagai salah satu jenis penyakit yang disebabkan virus. Mononukleosis berpindah ke orang lain dengan perantara air liur. Air liur yang telah terinfeksi oleh virus epstein-barr atau ebv dapat terjangkit kepada orang lain lewat perpindahan droplet (percikan pernafasan) jika terjadi kontak langsung melalui ciuman,  serta saat seorang batuk bahkan karena memakai barang – barang yang telah tercemar contohnya menggunakan sikat gigi atau gelas secara bersama. Pada kasus yang tidak umum, virus epstein – barr, ebv juga dapat ditularkan melalui kontak seksual. Masa tunas ebv  atau virus epstein barr adalah empat sampai delapan minggu tanpa diketahui. 

Oleh karenanya penyakit infeksi mononukleosis sering disebut penyakit ciuman atau pengantin. Mononucleosis atau mononukleosis dicirikan dengan adanya Infeksi mononukleosis darah yang seringkali membahayakan. Sindrom ini paling sering terjadi karena virus epstein- barr juga dapat muncul pada penyakit lain seperti infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, HIV, dan hepatitis. Banyak orang yang terpapar virus epstein barr atau ebv sejak anak – anak namun tidak menyadarinya karena virus ebv dapat tinggal di dalam tubuh dalam waktu yang lama tanpa harus menimbulkan gejala penyakit sedikitpun. 

Mononucleosis

Gejala Penyakit Mononucleosis

Selama masa tunas virus epstein – barr, ebv empat hingga tujuh minggu di dalam tubuh, maka tubuh belum menampakkan ciri dan tanda mengalami infeksi mononukleosis. Baru seminggu atau dua minggu setelahnya, gejala infeksi mononukleosis akan muncul disertai berbagai keluhan seperti :

  • Demam tinggi bahkan dapat mencapai 39 ͒ C dibarengi dengan keadaan menggigil hingga lenyapnya nafsu makan.
  • Rasa sakit tenggorokan terutama saat menelan, dalam beberapa kasus tenggorokan terlihat memerah dan bahkan memiliki endapan putih.
  • Infeksi mononukleosis juga ditandai dengan pembengkakan di bagian kelenjar getah bening dan terasa sakit di bagian leher
  • Infeksi mononukleosis juga memicu nyeri otot dan sakit kepala
  • Gejala lain infeksi mononukleosis adalah munculnya ruam kemerahan di beberapa bagian tubuh terlebih setelah penderita mengkonsumsi antibiotik.
  • Infeksi mononukleosis juga berkaitan erat dengan munculnya tanda – tanda kelelahan

Dalam kejadian yang lebih serius infeksi mononukleosis juga dapat menyebabkan pembengkakan hati dan limfa. Pada anak – anak mononukleosis sering tidak disadari karena tidak semua anak mengalami demam dan radang tenggorokan setelah terinfeksi ebv.

Diagnosis Mononucleosis

Tanda – tanda awal dari infeksi mononukleosis dapat diketahui dengan melakukan tes darah lengkap. Tanda adanya peningkatan sel mononuklear  dalam darah dapat menjadi pertanda awal adanya infeksi mononucleosis atau mononukleosis. Sel mononuklear adalah jenis sel darah putih yang mendukung kekebalan tubuh. Sayangnya tes antibodi yang diketahui dari kadar sel mononuklear tidak dapat diketahui sebelum minggu kedua atau ketiga. Selain melakukan tes, dokter juga memastikan gejala atau tanda yang dirasakan penderita seperti sakit kepala yang berkepanjangan serta tanda lain mononukleosis adalah adanya demam dan sakit tenggorokan.

Pengobatan Mononucleosis 

Sebagian besar penderita infeksi mononukleosis atau mononucleosis dapat sembuh total tanpa keluhan tambahan. Jenis antibiotik sebagian besar tidak efektif untuk melawan virus epstein – barr atau ebv. Walaupun infeksi mononukleosis jarang memerlukan pengobatan khusus, yang harus diwaspadai dari mononukleosis adalah efek sampingnya sehingga pasien mononucleosis tetap membutuhkan pengawasan dokter. Beberapa hal yang disarankan dokter  untuk merawat mononukleosis adalah penerapan aktivitas yang diyakini sedikit mengurangi gejala yang dikarenakan infeksi ebv, virus epstein barr penyebab infeksi mononukleosis, seperti banyak mengkonsumsi cairan agar tubuh tetap terhidrasi, beberapa hal lain yang bisa dilakukan penderita mononukleosis adalah banyak beristirahat, mengkonsumsi obat penghilang nyeri seperti asetaminofen serta obat kortikosteroid untuk mengurangi infeksi mononukleosis yang memicu pembengkakan di area tenggorokan.

Referensi 

  1. WebMD : Mononucleosis : https://www.webmd.com/a-to-z-guides/understanding-mononucleosis-causes#1
  2. MedicineNet : Infectious Mononucleosis (Mono) : https://www.medicinenet.com/infectious_mononucleosis/article.htm
  3. RxList : DEFINITION OF MONONUCLEOSIS : https://www.rxlist.com/mononucleosis/definition.htm
  4. CDC : Epstein-Barr Virus and Infectious Mononucleosis : https://www.cdc.gov/epstein-barr/index.html

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *