SARS

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) merupakan gangguan parah serta menyebar awal yang mulai pada abad ke-21. SARS adalah wabah yang awalnya ditemukan di penghujung Februari 2003. Virus SARS adalah epidemi yang awalnya terjadi di Cina kemudian meluas ke negara-negara di dunia. Penyakit SARS diakibatkan oleh spesies virus corona, famili virus yang mirip yang mengakibatkan demam pada umumnya. SARS adalah gangguan respiratori yang diakibatkan oleh virus korona berhubungan dengan SARS.

Wabah yang timbul di China di penghujung 2002, merebak dengan meluas saat 2003 mengakibatkan diatas 8.000 insiden serta menyentuh 800 mortalitas. Mayoritas penderita yang terjangkit virus SARS awalnya merupakan manusia bugar yang berumur sekitar 25-70 tahun. Namun, sejumlah insiden yang dicurigai virus SARS sudah dicatat muncul pada anak kurang dari 15 tahun. Insiden serius pada penderita dengan kelainan yang sesuai dengan kriteria WHO sekarang bagi kemiripan serta kecurigaan insiden virus SARS yaitu kira-kira 3%. Karena perpindahan global yang belum pernah berlangsung mulanya, yang didorong oleh teguran dunia yang dikeluarkan saat 12 Maret 2003 oleh WHO, wabah SARS, bisa ditangani melalui langkah pengasingan serta pembatasan. Sama halnya, faktor pemicu SARS, virus korona yang awalnya tidak dipahami, bisa secara langsung diamati.

Severe acute respiratory syndrome

Penyebab SARS

SARS adalah wabah meluas yang dipicu oleh virus yang termasuk pada famili virus corona, Sars – CoV. Para ahli memperkirakan jika wabah SARS bisa menyebar dari binatang kepada manusia. Binatang penyebab virus korona SARS telah diketahui yaitu kelelawar pemangsa insekta. Induk penyebar yang menjadikan virus menyebar pada manusia yaitu musang sawit bertopeng, binatang liar yang didagangkan di pasar serta dimakan di Tiongkok Selatan. Kini sepertinya wabah SARS berkembang dari satu atau lebih virus hewan sebagai strain mutakhir.

Gejala dan Epidemiologi

SARS virus umumnya diawali dengan ciri-ciri serta indikasi seperti influenza. SARS, mulanya dinamai pneumonia atipikal, diindikasikan dengan demam serius (> 38 derajat C) yang berkaitan dengan satu atau lebih masalah pernapasan : batuk kering, asma, kesulitan bernafas. Masalah lain yang timbul misalnya pusing, nyeri otot, diare serta ketidaknyamanan umum. Waktu inkubasi umumnya tidak lewat dari 10 hari. Penyakit SARS adalah wabah parah yang bisa mengakibatkan mortalitas. WHO menilai persentase mortalitas insiden dengan umum menjadi 15% serta bisa di atas 50% bagi lansia lebih dari 65 tahun.

Transmisi utama melalui udara

Virus SARS adalah wabah yang bersifat airborne. SARS secara segera diketahui disebarkan dari manusia ke manusia lewat angin, bisa lewat tetesan saliva yang terjangkit. Gejala SARS bisa menular lewat tetesan mikro saliva diikuti penyebaran yang sama seperti demam serta influenza. SARS secara masif menular dengan mendunia karena kendaraan udara, disertai epidemi paling penting terpusat pada koneksi bandara atau pada wilayah yang okupasi warga besar. Gejala SARS merupakan wabah awal yang serius serta rentan menyebar pada seluruh jalur penerbangan dunia.

SARS memperlihatkan betapa masifnya penyakit bisa meluas secara global yang begitu dinamis serta berkaitan satu sama lain. Wabah yang terdapat pada sekumpulan gedung (Amoy Gardens) di Hongkong, yaitu 66% penyintas menderita diare daripada 2 sampai 7% normalnya, menambah kesempatan penyebaran lokal lewat sistem pemindahan jalur disposal. Metode persebaran lainya bisa muncul, lewat benda yang terjangkit contohnya. Gejala SARS pun bisa meluas dengan perantara lewat bidang yang sudah dipegang oleh pasien yang terkontaminasi wabah ini.

Diagnosa SARS

Saat S.ARS awalnya terjadi, tidak tersedia uji tertentu. Kini, sejumlah uji laboratorium bisa mendukung pengamatan S.ARS. Namun tidak terdapat persebaran S.ARS yang dipahami berlangsung di seluruh negara mulai 2004.   

Pengobatan SARS

Meskipun telah dilakukan kerjasama dunia, para ahli belum memperoleh pengobatan yang tepat bagi SARS cov. Telah terbukti bahwa antibiotik tidak mempan mengatasi SARS cov. Sementara antivirus tidak menampakkan pengaruh yang signifikan bagi penanganan SARS cov. Namun, terdapat sebuah penelitian yang membuktikan bahwa clofazimine, obat anti-lepra mempunyai tindakan yang bisa memerangi perkembangan SARS-cov pada seluruh prosedur in vitro. Pada uji patogenesis SARS-cov, clofazimine dengan tajam menurunkan infeksi virus pada paru-paru.    

Referensi

  1. WHO : SARS is : https://www.who.int/health-topics/severe-acute-respiratory-syndrome#tab=tab_1
  2. Mayo Clinic : SARS diagnosis : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sars/diagnosis-treatment/drc-20351771
  3. Nature : SARS-cov :https://www.nature.com/articles/s41586-021-03431-4

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai