Tongue Tie

Tongue tie atau ankyloglossia adalah cacat lahir yang mempengaruhi pergerakan normal lidah. Tongue tie adalah gangguan yang dapat dideteksi sejak masa bayi, karena implikasinya bagi bayi dan ibu. Tetapi tergantung pada tingkat keparahan ankyloglossia, dalam beberapa kasus juga dapat mempengaruhi perkembangan bahasa yang tepat.

Tongue tie atau lip tie disebabkan pita jaringan yang sangat pendek, tebal atau ketat (frenulum linguae) mengikat bagian bawah ujung lidah ke dasar mulut, sehingga dapat mengganggu proses menyusui. Bayi yang mengalami lip tie mungkin mengalami kesulitan menjulurkan lidahnya. Lip tie juga dapat mempengaruhi cara anak makan, berbicara dan menelan. Tidak semua tongue tie menimbulkan masalah, namun pada beberapa kasus dibutuhkan operasi untuk memperbaiki kondisi tersebut. 

Apa itu tongue tie?

Masalah mulut seperti tongue tie adalah permasalah yang timbul akibat mutasi gen yang diturunkan sebagai sifat dominan. Bayi yang lahir dengan tongue spatel, atau ankyloglossia, akan memiliki frenulum linguae yang terlalu pendek atau tebal yang membatasi pergerakan lidah. Frenulum adalah sebuah ikatan jaringan berukuran kecil yang memanjang dari dasar mulut ke bagian bawah lidah.

Lip tie pada bayi sering diklasifikasikan dengan cara yang berbeda. Beberapa dokter akan mengklasifikasikan lip tie pada bayi menurut sistem klasifikasi Coryllos I–IV, misalnya tipe I, tipe II, tipe III, dan tipe IV. Meskipun dilakukan klasifikasi, namun klasifikasi tongue spatel tidak bertujuan untuk memandu  diagnosis atau pengobatan. Sebaliknya, mereka digunakan untuk tujuan deskriptif untuk menjelaskan dimana ikatan pada lidah tersebut terjadi. 

Profesional kesehatan lainnya akan mengklasifikasikan pengikat lidah hanya sebagai “anterior” atau “posterior”, sementara yang lain menggunakan alat penilaian Hazelbaker untuk fungsi frenulum linguae (HATLFF) untuk menilai fungsi lidah. HATLFF adalah satu-satunya alat penilaian yang digunakan secara luas untuk menilai fungsi lidah. Mayoritas profesional laktasi menggunakan HATLFF untuk menentukan apakah bayi perlu dilakukan pembedahan atau tidak. 

Gejala

Tongue spatel pada umumnya memiliki gejala yang sama. 

Tanda dan gejala tongue tie meliputi:

  • Kesulitan mengangkat lidah ke gigi atas atau menggerakkan lidah dari sisi ke sisi
  • Kesulitan menjulurkan lidah melewati gigi depan bawah
  • Lidah yang tampak berlekuk atau berbentuk hati saat dijulurkan

Kapan harus ke dokter?

Dalam beberapa kasus, lip tie pada bayi tidak memerlukan perawatan medis, namun segera temui dokter jika menemui kondisi yang tidak biasa.

Temui dokter jika:

  • Bayi memiliki tanda-tanda ikatan lidah yang menyebabkan masalah, seperti kesulitan menyusui
  • Anak mengalami gangguan bicara.
  • Pada anak yang lebih besar mengeluh masalah lidah yang mengganggu makan, berbicara, atau mencapai gigi belakang

Penyebab

Biasanya, lingual frenulum terpisah sebelum lahir, memungkinkan rentang gerak lidah bebas. Dengan tounge tie, lingual frenulum tetap menempel pada bagian bawah lidah. Penyebab tidak terpisahnya lingual frenulum masih belum dapat diketahui. Namun dalam beberapa kasus ditemukan penyakit ini terkait permasalahan genetik. 

Perawatan tongue tie

Keputusan untuk mengobati tounge tie dapat dilakukan berdasarkan tingkat keparahannya. Beberapa penyedia perawatan akan mengambil pendekatan menunggu dan melihat untuk kasus yang sangat ringan, sementara yang lain akan merekomendasikan frenotomi atau disebut juga disebut frenektomi atau insisi lip tie. Langkah ini dilakukan untuk melepaskan frenulum lingual.

Frenotomi sederhana, biasanya hanya membutuhkan beberapa menit untuk dilakukan, dan dapat dilakukan di kantor dokter. Efek samping insisi lip tie yang paling umum adalah sedikit pendarahan. Meskipun frenotomi merupakan prosedur yang cukup sederhana, orang tua atau pengasuh harus secara fisik meregangkan jaringan yang telah dipotong atau di laser setiap hari setidaknya selama 3 hingga 4 minggu sesudahnya. Ini mencegah jaringan tumbuh kembali terlalu rapat selama proses penyembuhan.

Prosedur insisi lip tie berupa peregangannya tidak rumit, tetapi kebanyakan bayi tidak menyukainya, dan itu bisa sulit bagi orang tua. Prosedur ini sering menjadi pilihan bagi orang tua yang mengalami masalah terkait menyusui bayinya. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa pelepasan lidah atau pengikat bibir secara bedah, mampu meningkatkan aktivitas menyusui ibu dan bayi. Selain itu, peneliti menemukan bahwa perbaikan terjadi lebih awal, pada 1 minggu pasca-prosedur, dan terus membaik selama beberapa minggu.

Pembedahan umumnya dilakukan dengan menggunakan laser dibandingkan gunting karena menghasilkan lebih sedikit pendarahan. Mengobati kesulitan menyusui pada bayi dengan frenotomi adalah topik yang kontroversial. Meskipun prosedurnya relatif berisiko rendah, beberapa orang mempertanyakan perlunya melepas ikatan lidah untuk membantu menyusui.

Komplikasi dari prosedur ini dapat mencakup pendarahan, infeksi, kerusakan pada lidah atau kelenjar ludah, atau jika peregangan tidak dilakukan setelahnya pertumbuhan kembali ikatan lidah akan kembali terjadi. Beberapa langkah perawatan lain yang dapat dipilih untuk mengatasi tongue tie antara lain terapi kraniosakral, intervensi laktasi, terapi fisik dan okupasi, dan terapi motorik oral.

Bagaimana tongue tie mempengaruhi menyusui?

Tounge tie dapat berdampak pada perawatan bayi pasca melahirkan. Dengan menempelnya jaringan lidah, bayi akan kesulitan melakukan gerakan menghisap. Tongue tie dapat menyebabkan rasa sakit saat menyusui. Dikarenakan lidah tidak dapat memanjang dan menahan payudara maka ia akan menggunakan gusi dan rahangnya untuk mempermudah proses menyusui. Inilah yang akan menyebabkan rasa sakit saat menyusui. 

Permasalahan ini akan menyebabkan penurunan suplai susu, aerophagia (menelan terlalu banyak udara), dan gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk. Meskipun demikian proses penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan. 

Tongue Tie

Faktor risiko

Meskipun tongue tie dapat menyerang siapa saja, hal ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Tongue tie juga dapat dilihat dari riwayat kesehatan keluarga. 

Komplikasi

Tongue tie pada bayi dapat mempengaruhi banyak hal dalam perkembangan bayi. Proses makan, berbicara, menelan akan terganggu. 

Berikut beberapa masalah yang ditimbulkan tongue tie :

  • Masalah menyusui. Tongue tie pada bayi akan mengakibatkan gangguan nutrisi. Menyusui membutuhkan bayi untuk menjaga lidahnya di atas gusi bawah saat mengisap. Jika tidak dapat menggerakkan lidah atau mempertahankannya pada posisi yang benar, bayi mungkin akan mengunyah, bukan mengisap puting. Hal ini dapat menyebabkan nyeri puting yang signifikan dan mengganggu kemampuan bayi untuk mendapatkan ASI. Pada akhirnya, menyusui yang buruk dapat menyebabkan nutrisi yang tidak memadai dan gagal tumbuh.
  • Kesulitan bicara. Anak dengan tongue tie pada bayi dapat mengalami gangguan bicara terutama untuk membentuk suara seperti “t”, “d”, “z”, “s”, “th”, “r” dan “l”.
  • Kebersihan mulut yang buruk. Untuk anak yang lebih besar atau orang dewasa, tongue tie atau lidah pendek dapat menyulitkan untuk membersihkan sisa-sisa makanan dari gigi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan gigi dan radang gusi (gingivitis). Lidah pendek juga dapat menyebabkan terbentuknya celah atau ruang antara dua gigi depan bawah.
  • Kendala dalam kegiatan yang menggunakan mulut. Lidah pendek dapat mengganggu aktivitas seperti menjilat es krim, menjilat bibir, berciuman atau memainkan alat musik tiup.

Kesimpulan

Melepaskan tongue tie adalah prosedur yang aman dan sederhana yang dapat membantu mengatasi masalah menyusui. Jika mengalami masalah dengan menyusui atau merasa bayi Anda mengalami masalah lidah, hubungi dokter, bidan, atau konsultan laktasi Anda. Mereka akan dapat melakukan evaluasi dan merujuk untuk perawatan.

Referensi : 

  1. etreparents : Ankyloglossie ou frein lingual court chez les enfants : https://etreparents.com/ankyloglossie-frein-lingual-court-chez-enfants/
  2. Mayo Clinic : Tongue-tie (ankyloglossia) : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tongue-tie/symptoms-causes/syc-20378452
  3. healthline : Tongue-Tie: What It Is and How It’s Treated : https://www.healthline.com/health/baby/tongue-tie#takeaway

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai