Virus Ebola

Pemahaman

Penyakit Ebola, sebelumnya dikenal sebagai demam berdarah Ebola adalah infeksi yang serius dan seringkali berakibat fatal. Menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terinfeksi. Virus yang menjadi pencetusnya secara alami yang terdapat pada beberapa hewan di benua Afrika. Beberapa hewan yang terinfeksi, seperti monyet dan gorila akan lebih mungkin sakit saat terinfeksi. Sementara yang lain, seperti kelelawar (kelelawar buah) cenderung tidak sakit. Ketika seseorang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh atau feses hewan-hewan ini, mereka berisiko tertular. 

Asal virus ebola berasal dari Sudan dan Republik Demokratik Kongo (sebelumnya Zaire), dimana pertama kali diidentifikasi pada tahun 1976. Penyakit di afrika ini, namanya diambil dari sebuah sungai yang terletak di Republik Demokratik Kongo. Sejak ditemukan, telah terjadi beberapa wabah ebola yang kebanyakan di desa terpencil dekat hutan hujan tropis di Afrika Tengah dan Barat. Keterpencilan lokasi mempersempit jumlah korban. Di sisi lain, KLB tahun 2014 merupakan salah satu yang terbesar sepanjang sejarah, baik dari segi jumlah kasus maupun penyebaran geografisnya.

KLB tersebut disebabkan oleh strain paling ganas, spesies Zaire merupakan nama virus ebola yang telah dikaitkan dengan tingkat kematian hingga 90% berdasarkan data historis. Menurut media informasi resmi Kemenkes tahun 2019. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan kasus konfirmasi ebola virus  di Indonesia.

Etiologi virus ebola

Seperti namanya, dipicu oleh virus. Lima spesies virus penyebab ebola telah diidentifikasi, empat diantaranya diketahui menyebabkan penyakit virus ebola pada manusia (EVD). Cara penularan ebola dari orang ke orang. Kontak tanpa pelindung dengan darah, cairan tubuh atau jaringan orang yang terinfeksi dengan gejala EVD. Orang yang terinfeksi tampaknya tidak menularkan penyakit sampai gejala muncul. Oleh karena, usahakan tidak melakukan kontak seksual tanpa pelindung dengan seseorang yang sembuh dari EVD hingga 12 bulan setelah terinfeksi Ebola syndrome.

Dalam pengaturan perawatan kesehatan, virus ebola menyerang dengan mudah apabila ketika tenaga kesehatan melakukan hal dibawah ini sewaktu merawat seseorang yang terinfeksi:

  • Kontak langsung (penanganan atau konsumsi) dengan hewan yang tertular (hidup atau mati) atau cairan tubuh mereka
  • Tidak memakai alat pelindung diri yang diperlukan secara konsisten dan benar, seperti masker, gaun pelindung, dan sarung tangan
  • Tidak melakukan tindakan perlindungan dan pengendalian infeksi yang diperlukan, seperti mencuci tangan, penggunaan jarum yang aman, dan isolasi pasien
  • Kontak dengan benda yang terkontaminasi. Kontak yang tidak terlindungi dengan permukaan kotor serta terkontaminasi, bahan (contohnya selimut) atau peralatan medis (contohnya jarum) dari hewan hingga manusia.

Gejala ebola

Ciri-ciri penyakit ebola dapat muncul 2-21 hari setelah terpapar virus. Mereka biasanya mulai dengan flare-up tiba-tiba yang kemudian diikuti oleh gejala lainnya, seperti:

  • Diare
  • Lelah
  • Demam
  • Ruam kulit
  • Sakit kepala
  • Mual dan muntah
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri dan kelemahan otot 
  • Hemorrhage (pendarahan)

Prognosis virus ebola

4-5 hari setelah timbulnya gejala, antara 30-50% orang yang terkena akan mengalami pendarahan internal dan eksternal. Meskipun beberapa orang meninggal karena syok akibat kegagalan banyak organ, sebagian besar korban lainnya meninggal karna dehidrasi berat yang disebabkan oleh diare dan muntah yang parah.

Anamnesis virus ebola

Seperti pada umumnya diagnosis akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda penyakit. Apabila diperlukan dokter juga dapat melakukan tes tambahan. Sangat penting untuk menginformasikan pada dokter, apakah penderita pernah bepergian ke area yang terkena EVD dalam 21 hari terakhir.

Ada banyak tes laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosis demam Ebola. Deteksi RNA virus Ebola dan antibodi terhadap virus di dalam darah menyediakan metode yang umum dan cepat. Dengan kata lain, tes ini memungkinkan untuk mendeteksi jejak virus itu sendiri atau reaksi pertahanan tubuh kita terhadap virus. Siapapun yang diduga terinfeksi ebola disease harus dikarantina sambil menunggu hasil tes laboratorium dan diagnosis resmi.

Pengobatan ebola

Saat ini tidak ada pengobatan spesifik yang disetujui untuk EVD, sehingga diagnosis dini merupakan hal penting. Kasus EVD sangat sulit diobati karena gejalanya bisa memburuk dengan sangat cepat. Rawat inap akan diperlukan untuk memastikan perawatan terbaik dan untuk melindungi orang lain dari potensi terpapar, dimana pasien mungkin diberikan oksigen, cairan infus atau obat lain untuk membantu meringankan gejala mereka. Semakin cepat pasien mencari bantuan, semakin besar peluang mereka untuk bertahan hidup. Tanpa perawatan medis, 90% penderita ebola meninggal karenanya. 

Pencegahan virus ebola

Tidak ada kasus penularan melalui kontak biasa (misalnya, berada di area tempat duduk yang sama di angkutan umum atau ruang tunggu) atau melalui udara. Mematuhi tindakan perlindungan pribadi segera setelah ada kemungkinan terpapar virus sangat penting sebagai upaya antisipasi. Ketika berada di area yang terkena atau pernah terkena wabah EVD di masa lalu, dianjurkan agar menjaga kebersihan, termasuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol jika tidak memiliki akses ke sabun dan air.

Ikuti praktik pemakaman yang aman

Ikuti praktek penguburan yang aman untuk orang yang meninggal karena EVD atau penyakit yang tidak diketahui. Praktik pemakaman yang memerlukan kontak langsung dan tidak terlindungi dengan tubuh orang yang telah meninggal karena EVD dapat berkontribusi pada penyebarannya. Apabila Anda berpartisipasi dalam praktik pemakaman, selalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai (masker, jubah, sarung tangan, kacamata pelindung) dan jaga kebersihan pribadi yang baik (sering mencuci tangan dengan benar atau pensanitasi tangan berbasis alkohol).

Hindari kontak langsung tanpa pelindung

Di area yang terkena EVD, hindari kontak langsung dengan cairan tubuh orang dengan EVD atau yang telah meninggal karena EVD atau penyakit yang tidak diketahui, termasuk:

  • ASI
  • Darah
  • Kotoran
  • Keringat
  • Muntahan
  • Sekresi vagina
  • Air seni, liur dan mani

Jauhi area dan aktivitas berisiko tinggi

Di area tempat wabah sedang terjadi, hindari semua tempat atau aktivitas yang dapat membuat Anda berisiko tertular virus. Termasuk rumah atau bangunan tempat orang sakit dirawat tanpa tindakan penangkalan yang optimal. Hindari juga aktivitas berisiko tinggi terpapar di area yang terpengaruh EVD, termasuk:

  • Partisipasi dalam praktik pemakaman yang tidak aman
  • Kontak langsung tanpa pelindung dengan manusia yang terinfeksi
  • Menangani atau memakan hewan (hidup, sakit atau mati), termasuk daging hewan liar

Jika tidak dapat menghindari area atau aktivitas ini, Anda dapat mengurangi risiko terpapar virus dengan selalu melakukan tindakan penangkalan yang tepat, seperti mengenakan masker, sarung tangan, gaun pelindung dan pelindung mata.

Tidak berhubungan seks tanpa kondom

Penting untuk menghindari aktivitas seksual tanpa pengaman dengan orang yang sakit, meskipun mereka sudah sembuh dari penyakitnya. Virus Ebola dapat bertahan untuk waktu yang lama (beberapa bulan) di dalam air mani pria yang terinfeksi dan penularan dapat terjadi melalui hubungan seks oral, vaginal atau anal tanpa kondom. Disarankan agar kondom digunakan dengan benar dan konsisten selama 12 bulan setelah terinfeksi.

Jangan sentuh hewan liar

Hindari bersentuhan dengan satwa liar hidup atau mati (termasuk daging, cairan tubuh dan kotorannya) karena mereka dapat terinfeksi Ebola penyakit. Di Kanada, tidak ada hewan yang secara alami terinfeksi penyakit virus ebola. Hanya hewan yang terinfeksi yang berisiko EVD.

Vaksinasi

Tidak ada vaksin yang disetujui untuk mencegah EVD. Namun, vaksin virus Ebola eksperimental digunakan dalam situasi khusus untuk mengendalikan wabah. Vaksin ini tidak tersedia atau direkomendasikan untuk pelancong, kecuali mereka terlibat langsung dalam kegiatan pengendalian wabah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan vaksin investigasi ini dan fakta bahwa tindakan perlindungan pribadi dapat digunakan untuk meminimalkan risiko pajanan.

Referensi

  1. CDC.gov :  Ebola Virus Disease : https://www.cdc.gov/vhf/ebola/index.html
  2. Dettol: Ebola: https://www.dettol.co.id/illness-prevention/illnesses/ebola

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *