Bronkopneumonia

Pemahaman

Pneumonia lobaris atau bronkopneumonia adalah bagian dari  pneumonia, dimana terjadi infeksi pada bronkiolus dan alveoli paru. Pneumonia juga melibatkan bronkus pada kaliber yang sangat kecil, lebih tepatnya bronkiolus (dihasilkan dari divisi bronkus dan percabangannya). Infeksi ini umum terjadi pada anak-anak dan orang tua. Retraksi adalah terjadinya kondisi sesak nafas pada penderita pneumonia karena adanya tarikan dinding dada bagian bawah, mungkin juga menyebabkan munculnya suara nafas atau suara nafas tambahan.

Belum tersedia angka pasti penderita penyakit bronkopneumonia, tetapi data Riset Kesehatan Dasar RI dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan jumlah bronchopneumonia pada orang dewasa di tahun 2018 meningkat yaitu sekitar 2%, sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8% dengan angka prevalensi pneumonia pada balita tinggi yaitu 4,5 per 100 balita.

Penyebab bronkopneumonia 

Bronkopneumonia menular, berasal dari bakteri (termasuk pneumococcus atau streptococcus), virus (khususnya rhinovirus, virus parainfluenza atau virus campak) atau yang jarang terjadi dimana berasal dari jamur (seperti Aspergillus). Penyakit ini juga dapat berasal dari nosokomial (Staphylococcus aureus akan tertular selama rawat inap) pada orang yang paling rapuh seperti anak, orang tua dan pasien yang lemah secara fisik.

Prognosis dan gejala bronkopneumonia 

Tanda broncho pneumonia mirip dengan pneumonia dan biasanya dimulai tiba-tiba atau setelah bronkitis akut. Konsolidasi paru adalah tahap awal dimana infeksi ini menyebar ke hilus dan pleura dengan cukup cepat, yang ditandai dengan batuk dan napas berat. Ciri tersebut, antara lain:

  • Batuk
  • Dahak
  • Demam 39-40 C
  • Kesulitan bernapas.

Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, sehingga apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan komplikasi seperti:

  • Atelektasis, bocornya paru
  • Otitis media akut, infeksi telinga bagian tengah
  • Empiema, terbentuk kumpulan nanah di ruang pleura
  • Emfisema, rusaknya kantung udara (alveoli) di paru-paru
  • Meningitis, infeksi selaput pembungkus otak dan sumsum tulang belakang

Anamnesis bronkopneumonia 

Seperti pada umumnya diagnosis akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat tanda penyakit. Apabila diperlukan dokter juga dapat melakukan tes tambahan. 

Pemeriksaan biasanya cepat ditegakkan setelah timbulnya gejala dan auskultasi paru. Untuk memastikan diagnosis, rontgen pneumonia atau infiltrat dada dapat dilakukan untuk memastikan adanya flek pada paru (bronchopneumonia duplex) dan untuk menentukan kuman yang terlibat dalam penyakit dengan melakukan pemeriksaan dahak dan atau kultur darah. Di kasus yang lebih jarang terjadi, endoskopi bronkus mungkin perlu dilakukan. Tanda sesak pada balita adanya pernafasan cuping hidung (nasal flare).

Pengobatan bronkopneumonia 

Perawatan untuk penyakit bronchopneumonia akan melibatkan menghilangkan agen penyebab. Jika berasal dari bakteri, pengobatan antibiotik umumnya efektif dalam waktu 48 jam setelah dimulai. Dalam kasus lain, istirahat dan hidrasi yang baik dikombinasikan dengan perawatan anti-inflamasi (melawan demam dan nyeri) juga dianjurkan. Jika terdapat kesulitan bernafas, terapi oksigen dan rawat inap dapat dilakukan.

Pencegahan bronkopneumonia 

Untuk menghindari bronchopneumonia adalah dengan:

  • Tidak merokok
  • Vaksinasi khusus pneumonia atau vaksin  flu (karena infeksi sering terjadi setelah flu)
  • Jaga kebersihan diri dan lingkungan. Misalnya dengan membiasakan mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun 
  • Terapkan pola hidup sehat. Contohnya dengan mengonsumsi makanan yang dengan gizi seimbang dan rutin gerak tubuh.

Referensi

  1. Perhimpunan Dokter PAru Indonesia: Apa itu penyakit bronkopneumonia?: (http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8736)
  2. Kompas.com: Penderita Pneumonia Jumahnya Meningkat Setiap Tahun: (https://sains.kompas.com/read/2020/01/17/173600123/penderita-pneumonia-jumlahnya-meningkat-setiap-tahun?page=all)
  3. Eprint.ums.ac.id: Bab I Konsep Dasar: (http://eprints.ums.ac.id/16759/2/BAB_I.pdf)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *