Gangguan Bipolar

Pemahaman

Gangguan bipolar (penyakit bipolar atau bipolar disorder) tergolong sebagai gangguan mental dan penyakit kompleks, dimana suasana hati seseorang yang terkena gangguan bipolar dapat berubah secara ekstrim. Depresi berbeda dengan gangguan bipolar. Gangguan bipolar dapat menyebabkan depresi dan dapat menyebabkan pasang surut, tetapi depresi menyebabkan suasana hati dan emosi yang selalu “turun”. 

Gangguan bipolar dapat terjadi secara bertahap atau tiba-tiba dalam jangka waktu beberapa hari hingga beberapa minggu dan dapat mencakup beberapa episode depresi. Oleh karenanya, gangguan ini dapat mempengaruhi aktivitas dan kualitas hidup seseorang.

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar. Dilansir melalui Metro TV, berdasarkan data tahun 2007 di Indonesia, prevalensi penderita gangguan bipolar jumlahnya bervariasi, antara satu hingga empat persen dari populasi dan secara prevalensi, baik pria maupun wanita di Indonesia memiliki perbandingan yang sama, ya itu satu persen. Sementara itu, prevalensi gangguan bipolar II lebih tinggi 0,1 persen dari gangguan bipolar I yang berjumlah satu persen.

Penyebab gangguan bipolar

                             

Belum dapat diketahui secara pasti penyebab gangguan bipolar. Namun diyakini beberapa faktor dibawah ini dapat menyebabkan gangguan bipolar, antara lain:

  • Genetika (keturunan)
  • Kelainan pada struktur atau fungsi otak
  • Menderita penyakit tertentu 
  • Stres
  • Trauma

Gejala 

Gejala bipolar dibagi menjadi 3, dimana masing-masing gangguan tersebut memiliki gejalanya masing-masing. Yaitu: 

Depresi

Pada umumnya, semua gejala gangguan bipolar hampir saya dengan gejala gangguan kejiwaan (depresi), antara lain:

  • Gelisah, mudah marah
  • Insomnia, bangun pagi, atau tidur berlebihan
  • Kesedihan yang mendalam
  • Merasa cemas
  • Mudah lelah (seperti kehilangan energi)
  • Nafsu makan berkurang atau justru makan berlebihan
  • Putus asa (pesimisme)
  • Perasaan bersalah, tidak berharga, tidak berdaya
  • Sulit konsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan
  • Sering berpikir mengenai kematian atau bunuh diri (bahkan mungkin pernah melakukan percobaan bunuh diri)
  • Kehilangan atau berkurangnya minat pada kegiatan (hobi) dan aktivitas yang pernah dinikmati (termasuk hubungan intim)
  • Gejala fisik persisten yang tidak berespons terhadap pengobatan, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan nyeri kronis

Mania

Episode manik adalah istilah yang menunjukan seseorang sedang mengalami episode gangguan bipolar. Mereka yang sedang dalam episode manik dapat merasakan emosi yang tinggi, sehingga mereka bisa merasa bersemangat, impulsif, euforia, dan penuh energi. Gejala lain yang dapat dirasakan atau dilakukan selama episode manik, adalah:

  • Berkeyakinan yang berlebihan
  • Berbelanja secara berlebihan
  • Bertambahnya energi secara tiba-tiba dan drastis
  • Berperilaku sosial yang tidak wajar
  • Cara berbicara yang semakin cepat dan dengan volume yang meninggi
  • Gembira (euforia) atau marah pada suatu hal yang tidak wajar
  • Hasrat seksual meningkat, sehingga mungkin akan melakukan hubungan seks yang tidak aman (tanpa kondom)
  • Konsumsi obat-obat berbahaya
  • Kebutuhan tidur yang menurun karena energi tinggi
  • Mudah marah atau emosi

Anak-anak yang sedang dalam episode manik dapat melakukan hal-hal berisiko atau bereksperimen dengan perilaku berisiko. Sedangkan untuk remaja, gejala lain yang sering terjadi adalah:

  • Menyendiri
  • Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
  • Merasa sangat sedih dan menunjukkan sedikit rangsangan
  • Melakukan hal-hal berisiko atau bereksperimen dengan perilaku berisiko
  • Sulit berkonsentrasi
  • Sering berpikir tentang kematian dan bunuh diri 
  • Waktu tidur menjadi lebih sedikit atau lebih banyak

Hipomania

Gejala hipomania pada umumnya dikaitkan dengan gangguan bipolar II karena mirip dengan gejala mania, bedanya seseorang dengan kondisi hipomanik merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi sehingga mereka mampu meneruskan kehidupan sehari-hari dan tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas. Meskipun begitu, orang-orang dengan hypomania masih memperhatikan perubahan mood mereka dan tampak seolah-olah orang dengan hipomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hipomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk sehingga dapat berpengaruh pada kehidupannya. Hipomania sering meningkat menjadi mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat.

Gejala hipomania, adalah:

  • Lebih cepat emosi
  • Kebutuhan tidur yang menurun karena energi tinggi
  • Bersikap optimis, selalu tampak gembira dan lebih aktif
  • Bersemangat dan penuh energi dengan munculnya kreativitas

Episode campuran 

Saat gejala mania atau hipomania dan depresi terjadi pada saat yang bersamaan, disebut dengan istilah episode campuran (mixed state). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati penderita berisiko tinggi untuk bunuh diri.

Gejala episode campuran dapat ditandai dengan:

  • Agresif 
  • Delusi
  • Energi yang berlebih
  • Gelisah
  • Halusinasi
  • Insomnia
  • Mudah lelah
  • Putus asa
  • Panik
  • Sulit berkonsentrasi

Tipe gangguan bipolar

Gangguan bipolar dapat dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain:

Bipolar I

Dikategorikan gangguan bipolar I apabila terjadi minimal satu kali episode manik dan mungkin mengalami episode depresi hipomanik (mayor) sebelum atau sesudah episode manik. 

Bipolar II

Dikategorikan gangguan bipolar II apabila dalam waktu minimal dua minggu mengalami satu episode depresi besar dan minimal satu episode hipomanik yang berlangsung sekitar empat hari.

Cyclothymia

Penderita gangguan bipolar cyclothymia memiliki episode-episode hypomania dan depresi. Dimana rentan episodenya lebih singkat dan tidak separah daripada gangguan mania dan depresi yang disebabkan oleh gangguan bipolar I atau bipolar II. Umumnya kondisi ini hanya terjadi satu atau dua bulan pada saat suasana hati penderita stabil.

Diagnosa

Pada umumnya setiap diagnosa akan dimulai oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Apabila diperlukan maka dokter juga akan melakukan tes lanjutan, seperti:

  • Tes darah dan urin
  • Evaluasi kesehatan mental yang dilakukan oleh psikolog atau psikiater
  • Membuat jurnal suasana hati (mencatat pola tidur dan pola makan, serta mencatat tentang perasaan Anda dan berapa lama perasaan ini bertahan)

Gangguan bipolar pada wanita dapat didiagnosa di kemudian hari (di usia 20-30an) dan lebih sering terjadi, hal ini disebabkan karena adanya perubahan hormon (menstruasi, kehamilan, atau menopause). Seorang wanita yang mengkonsumsi alkohol memiliki resiko lebih tinggi terkena gangguan ini. 

Wanita dengan gangguan bipolar dapat memiliki episode mania yang lebih ringan, mengalami lebih banyak episode depresi daripada episode manik, memiliki empat atau lebih episode mania dan depresi dalam setahun (siklus cepat) dan dapat mengalami gangguan kesehatan lain pada saat yang sama (seperti: penyakit tiroid, obesitas, gangguan kecemasan, dan migrain).

Pria dengan gangguan bipolar lebih mungkin bunuh diri karena mereka memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mencari perawatan medis sendiri. Pria yang gangguan bipolar dapat didiagnosis lebih awal dalam kehidupan, mengalami episode yang lebih parah (terutama episode manik) dan mungkin mengkonsumsi zat-zat atau obat-obatan berbahaya.

Oleh karenanya sangat penting bagi penderita gangguan bipolar merasa diterima dan mendapatkan dukungan dari lingkungan, terutama keluarga dan orang-orang terdekat. 

Pengobatan gangguan bipolar

Non medis 

Penderita gangguan bipolar dapat mencoba melakukan perawatan dirumah atau perawatan alami, yaitu dengan melakukan:

  • Hindari atau kelola stres
  • Tetaplah rutin untuk makan dan tidur
  • Belajar untuk mengenali perubahan suasana hati
  • Minta teman atau kerabat untuk mendukung rencana perawatan Anda
  • Kurangi atau hindari konsumsi alkohol (menyebabkan depresi), kafein dan teh (dapat mengganggu waktu tidur)
  • Konsumsi minyak ikan, suplemen rhodiola dan S-adenosylmethionine atau suplemen asam amino (SAMe). Suplemen-suplemen ini dapat meringankan atau mengobati gejala depresi

Medis

Pengobatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat-obatan yang mengandung antidepresan atau anti kecemasan, pemberian obat tidur, akupuntur, dan psikoterapi. Beberapa contoh psikoterapi, adalah: 

  • Terapi perilaku kognitif (terapi bicara), penderita akan belajar cara-cara untuk mengelola gangguan bipolar 
  • Psikoedukasi, konseling yang membantu memahami gangguan bipolar
  • Terapi ritme interpersonal dan sosial (IPSRT), mengatur aktivitas harian menjadi seimbang (tidur, makan, dan berolahraga)
  • Terapi electroconvulsive (ECT) atau terapi kejut listrik

Referensi: 

  1. Ciputra Medical Center: Gangguan Bipolar: Ini Dia Tanda dan Gejalanya (https://www.ciputramedicalcenter.com/gangguan-bipolar-ini-dia-tanda-dan-gejalanya/)
  2. Wikipedia: Gangguan Bipolar: (https://id.wikipedia.org/wiki/Gangguan_bipolar)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

  1. 04.08.2020

    […] mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar, menempatkan anda pada resiko yang lebih besar untuk hipotermia. Demensia atau kehilangan ingatan […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *