Kusta (Lepra)

Pengertian

Kusta (lepra) atau penyakit Hansen lebih banyak menyerang anak-anak dan merupakan suatu suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, dimana kusta dapat menyebabkan pembengkakan kulit serta kerusakan saraf parah di seluruh lapisan kulit tubuh, lapisan hidung, dan saluran pernapasan bagian atas.  

Kusta menular melalui udara (pernapasan), droplet (tetesan air ketika yang keluar berbicara atau bersin dan batuk) ataupun melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi, secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama atau dalam jangka waktu yang berdekatan. Penularan akan terjadi bila ada kontak dekat dengan penderita minimal selama 3-5 tahun, seseorang tidak akan tertular kusta bila hanya bertemu dan bersentuhan dengan penderita sebentar saja. 

Penyakit kusta merupakan infeksi bakteri kronis dan bersifat progresif, artinya dapat menyebabkan kematian, kelemahan serius, atau kegagalan organ. Komplikasi akibat kusta adalah borok kulit, kerusakan saraf, dan kelemahan otot.  

Menurut data Kemenkes tahun 2017, angka prevalensi kusta di Indonesia sebesar 0,70 kasus per 10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000 penduduk. Selain itu, ada beberapa provinsi yang prevalensinya masih di atas 1 per 10.000 penduduk.

apa itu Penyakit Kusta

Tipe kusta

Berdasarkan pada tingkat imun tubuh penderita,  secara umum kusta terbagi menjadi 3 tipe (jenis). Tipe kusta tersebut, yaitu:

Kusta tuberkuloid (PB)

Jenis kusta satu ini merupakan salah satu jenis penyakit kusta yang ringan dan tidak terlalu menular apabila dibandingkan dengan jenis kusta lainnya, dimana penderita biasanya hanya memiliki 1 atau beberapa bercak putih (lesi) pada kulitnya. Area kulit yang terkena mungkin mengalami mati rasa karena kematian saraf di bagian bawahnya. 

Lepromatosa (MB)

Lepromatosa merupakan jenis penyakit kusta yang lebih berat dan lebih mudah menular dibandingkan dengan kusta jenis tuberkuloid. Penderitanya biasanya memiliki banyak bercak kulit (lesi) yang agak menonjol (nodul) dan menyebar ke seluruh tubuh, kulit yang terkena biasanya mengalami mati rasa, dan penderita juga dapat mengalami kelemahan otot. Selain mengenai kulit, kusta juga dapat mengenai hidung, ginjal, syaraf dan organ lainnya. 

Borderline atau kusta campuran (PB dan MB)

Penderita kusta borderline akan memiliki tanda-tanda seperti yang terdapat pada tipe tuberkuloid dan lepromatosa.

Sedangkan WHO mengkategorikan penyakit kusta berdasarkan jenis dan jumlah area kulit yang terkena, yaitu jenis:

Paucibacillary

Dimana terdapat maksimal 5 lesi pada kulit dan tidak ada bakteri yang terdeteksi pada sampel kulit.

Multibasiler

Dimana terdapat lebih dari 5 lesi pada kulit dan bakteri terdeteksi di apusan kulit, atau keduanya.

Kusta

Penyebab

Kusta (lepra) atau penyakit Hansen lebih banyak menyerang anak-anak dan merupakan suatu suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Kusta menular melalui udara (pernapasan), droplet (tetesan air ketika yang keluar berbicara atau bersin dan batuk) ataupun melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi, secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama atau dalam jangka waktu yang berdekatan. Penularan akan terjadi bila ada kontak dekat dengan penderita minimal selama 3-5 tahun, seseorang tidak akan tertular kusta bila hanya bertemu dan bersentuhan dengan penderita sebentar saja. 

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kusta, meliputi:

  • Kebersihan perorangan dan lingkungan 
  • Pengetahuan yang minim mengenai kusta
  • Memiliki riwayat kontak serumah atau dengan tetangga yang menderita kusta
  • Kepadatan populasi sekitar, lingkungan padat dapat menambah risiko terkena kusta
  • Umur, dapat mempengaruhi tingkat imunitas atau kekebalan tubuh seseorang. Penyakit kusta jarang ditemukan pada bayi.
  • Kondisi ekonomi keluarga, pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi daya beli terhadap barang-barang kebutuhan pokok dan barang-barang kebutuhan lainnya seperti sandang dan papan.

Tanda-tanda kusta

Pada umumnya, tanda-tanda utama akan muncul setelah 3-5 tahun sejak bakteri yang menyebabkan kusta memasuki tubuh. Pada kasus tertentu, bahkan gejala memerlukan waktu 20 tahun untuk timbul setelah bakteri memasuki tubuh.

Kusta menyerang kulit dan sistem saraf di luar otak dan tulang belakang (saraf perifer), serta menyerang mata dan jaringan tipis di sekitar hidung. Penyakit kusta ditandai dengan munculnya gejala berikut ini:

  • Kehilangan fungsi otot
  • Pembengkakan dan perubahan bentuk kulit
  • Mati rasa di bagian tangan dan kaki (akibat rusaknya sistem saraf)
  • Benjolan di permukaan kulit yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau bulan.

Komplikasi

Diagnosis dan pengobatan kusta yang tertunda dapat menyebabkan komplikasi serius, diantaranya:

  • Buta
  • Infertilitas
  • Gagal ginjal
  • Disfungsi ereksi (DE)
  • Kehilangan fungsi otot
  • Peradangan pada iris mata (iritis)
  • Rambut rontok, terutama di bagian alis dan bulu mata
  • Kerusakan saraf permanen di tangan dan kaki
  • Sinusitis, mimisan, dan obstruksi hidung yang berat (deviasi septum nasi)
  • Penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf optik (glaukoma)

Pemeriksaan

Seperti pada umumnya setiap pemeriksaan akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda dan gejala penyakit, serta melakukan tes tambahan apabila diperlukan. Pemeriksaan tambahan yang mungkin akan dilakukan dokter, antara lain:

Biopsi kulit

Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel kulit yang bengkak atau benjol, untuk diteliti apakah terdapat bakteri yang menyebabkan kusta di laboratorium.

Tes kulit lepromin 

Tes ini dilakukan untuk mengetahui bentuk kusta, dimana penderita kusta tuberkuloid akan merasakan hasil positif di tempat suntikan. Dokter akan menyuntikkan sejumlah kecil bakteri penyebab kusta, yang telah dinonaktifkan ke dalam kulit (biasanya di lengan bagian atas). 

penyakit Kusta

Pengobatan

Pengobatan kusta dan gejala-gejala yang muncul akibat kusta dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan medis maupun dengan menggunakan bahan alami non medis, diantaranya:

Obat-obatan

Obat akan diberikan dokter untuk mengobati dan mencegah gejala kusta semakin memburuk. Obat-obatan tersebut adalah:

Antibiotik

Dokter akan memberikan antibiotik untuk membunuh bakteri, kemudian antibiotik akan diberikan kembali untuk mencegah penyakit tersebut menyerang kembali. Proses pengobatan ini mungkin akan membutuhkan waktu antara 6 bulan-2 tahun. Obat antibiotik yang mungkin akan diberikan dokter, antara lain dapson (Aczone), rifampisin (Rifadin), clofazimine (Lamprene), minocycline (Minocin) dan ofloxacin (Ocuflux).

Obat anti inflamasi

Dokter akan memberi obat anti radang untuk mengurangi rasa sakit di sistem saraf dan kerusakan lainnya yang disebabkan oleh kusta, seperti aspirin (Bayer) dan prednison (Rayos). Thalidomide (Thalomid) mungkin juga akan diberikan dokter untuk mengatasi gejala kusta, tetapi thalidomide tidak boleh dikonsumsi ketika seseorang memiliki kemungkinan untuk hamil atau sedang hamil karena dapat menyebabkan cacat lahir yang parah.

Bahan alami (herbal)

Meskipun belum dapat dibuktikan secara medis, tetapi mengkonsumsi beberapa bahan alami dibawah ini dapat mengurangi gejala yang dirasakan akibat kusta. Bahan-bahan alami tersebut, diantaranya:

  • Madu

Madu murni sebagai antibiotik alami dapat menghentikan infeksi dan mempercepat penyembuhan dengan meregenerasi sel yang rusak.

  • Apel

Apel kaya akan kandungan vitamin C dan antioksidan yang sangat baik untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dan menghalau serangan bakteri atau virus.

  • Daun sirsak

Daun sirsak memiliki kemampuan menghambat aktivitas infeksi bakteri dan membersihkan racun maupun zat yang tidak diperlukan oleh tubuh (sitotoksik). Khasiat lainnya terletak pada kandungan Acetogenins yang bermanfaat mencegah pertumbuhan berbagai jenis sel kanker, kandungan ini dapat membedakan antara sel kanker dan sel sehat.

  • Kulit manggis 

Kulit manggis memiliki sumber antioksidan tinggi yang bermanfaat menjaga kekebalan tubuh agar tetap kuat sehingga dapat melawan dan mengendalikan bakteri kusta maupun bakteri lainnya yang membahayakan tubuh, serta dapat menghindarkan tubuh dari efek negatif radikal bebas akibat polusi. Kandungan alfa mangostin dan gamma mangostin memiliki manfaat sebagai anti inflamasi atau peradangan dan pencegahan infeksi bakteri. 

Pencegahan

Kusta dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara di bawah ini, diantaranya:

  • Kelola stres 
  • Istirahat cukup 
  • Olah raga teratur 
  • Konsumsi makanan  bergizi
  • Hindari kontak langsung dengan penderita kusta
  • Pastikan lingkungan di luar tubuh manusia tetap hangat agar bakteri penyebab kusta dapat mati
  • Kenali tanda kusta sejak awal agar dapat memutus rantai penularan karena dapat segera diobati.

Referensi:

  1. SehatQ: Kusta: (https://www.sehatq.com/penyakit/kusta)
  2. Kompas.com: Mengenal Tipe Kusta Pada Tubuh dan Karakteristiknya: (https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/120800323/mengenal-tipe-kusta-pada-tubuh-dan-karakteristiknya?page=all)
  3. Kemas Jurnal Kesehatan Masyarakat: Faktor Risiko Kejadian Kusta: (https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2846/2902)
  4. Academia.edu: Cara Mengobati Penyakit Kusta Secara Tradisional Dengan Ramuan Herbal: (https://www.academia.edu/12918637/Cara_Mengobati_Penyakit_Kusta_Secara_Tradisional_Dengan_Ramuan_Herbal)
  5. Kompas.com: Kusta Bisa Dicegah, Berikut Saran Dokter Untuk Mencegahnya: (https://sains.kompas.com/read/2019/09/09/160500223/kusta-bisa-dicegah-berikut-saran-dokter-untuk-mencegahnya?page=all)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *