Menoragia

Apa Itu Menorrhagia?

Menorrhagia atau menoragia adalah penyakit yang hanya terjadi pada kaum wanita. Menorrhagia adalah penyakit yang berkaitan dengan menstruasi yang berlebihan dan berkepanjangan. Menorrhagia juga disebut dengan hipermenorea. Jumlah darah yang keluar selama menstruasi rata-rata sekitar 2 ons dan lamanya berkisar antara 3 sampai 7 hari. Sedangkan, darah yang keluar pada wanita dengan menoragia adalah bisa mencapai 3 ons atau lebih dan lamanya bisa melebihi 7 hari. 

Menoragia adalah gangguan menstruasi yang paling umum terjadi kasusnya. Sekitar 1 dari 20 wanita yang berusia 30-49 tahun menemui dokter dan melaporkan bahwa dirinya terkena menoragia. Dalam kasus ini penilaiannya tergolong subyektif karena sulit untuk mengukur jumlah darah yang hilang selama suatu periode. Menorrhagia terkadang disertai dengan sakit perut yang bisa mempengaruhi kualitas hidup penderita. Dalam beberapa kasus, menorrhagia/menoragia ini dapat menyebabkan anemia akibat banyaknya jumlah darah yang dikeluarkan.

Jika menoragia adalah menstruasi yang berlebihan baik dalam jumlah maupun waktunya, maka metroragia adalah istilah untuk menstruasi yang terjadi di luar siklus. Dua hal tersebut merupakan kelainan yang berbeda. Hal lain yang juga membedakan menoragia dengan metroragia adalah jika menoragia dapat menimbulkan rasa sakit, metroragia kebanyakan tidak menimbulkan rasa sakit.

Penyebab Menoragia

Jaringan yang terdiri atas sel-sel darah yang menempel pada endometrium akan meluruh pada akhir siklus ovulasi, yaitu ketika periode menstruasi. Itu berarti, menstruasi merupakan perdarahan yang berasal dari dinding endometrium yang seharusnya menjadi tempat bagi janin untuk berkembang. Saat proses ovulasi tidak diikuti dengan terjadinya kehamilan, maka produksi hormon akan menurun dan rahim berkontraksi untuk melepaskan lapisan darah dari endometrium. Proses ini akan terus berulang ke siklus-siklus selanjutnya.

Penyebab menorrhagia (perdarahan vagina yang tidak normal) yang paling umum adalah karena faktor hormonal. Produksi hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium, terjadinya ovulasi, hingga peluruhan darah yang menjadi awal menstruasi. Tetapi, ada masanya ketika ovulasi tidak terjadi atau terjadi lebih lambat dari biasanya. Sementara, endometrium terus terbentuk dan menebal dalam waktu yang lebih lama. Sehingga, pada waktu rahim berkontraksi untuk melepaskannya, darah yang keluar pun menjadi lebih banyak. Hal inilah yang kemudian diketahui sebagai menorrhagia.

Siklus anovulasi (periode tanpa ovulasi) umum terjadi pada masa-masa remaja dan masa perimenopause, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kapan saja sampai seorang wanita mengalami menopause. Apabila ovulasi tertunda, maka kemungkinan besar akan diikuti dengan periode menstruasi yang lebih berat dari biasanya. Karenanya hal ini sering menjadi pemicu atau penyebab menorrhagia.

Penyebab menorrhagia yang lain dapat meliputi:

  • Adanya tumor jinak di dalam rahim, seperti fibroid rahim atau polip rahim, umumnya merupakan penyebab menorrhagia terutama setelah usia 35 tahun.
  • Penggunaan pengobatan hormonal, semacam kontrasepsi atau pengobatan kesuburan. Banyak di antara pengguna pil KB yang mengalami menoragi, terutama bagi yang tidak cocok.
  • Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) juga memicu menstruasi yang lebih berat (menoragi), karena adanya benda asing di dalam rahim.
  • Adanya penyakit pada organ reproduksi, seperti radang serviks, infeksi alat kelamin, atau bahkan kanker serviks. Kasus ini jarang terjadi dan diperlukan untuk konsultasi lebih lanjut.

Faktor Risiko Menoragia

Orang yang berisiko terkena menorrhagia adalah gadis remaja di awal masa subur mereka, wanita yang mendekati masa menopause, wanita yang menggunakan kontrasepsi IUD, juga wanita yang mengalami fibroid rahim atau polip rahim. Faktor risiko lainnya bisa dikarenakan menggunakan kontrasepsi hormonal atau mengonsumsi obat-obatan yang termasuk antikoagulan, aspirin, serta kemoterapi.

Gejala Menoragia

Banyak gejala dan tanda terjadinya menoragia yang perlu diwaspadai dan perlu dilakukan konsultasi. 

Gejala dan tanda terjadinya menorrhagia adalah sebagai berikut:

  • Aliran darah yang keluar begitu deras sehingga harus sering-sering mengganti pembalut atau tampon.
  • Timbul rasa nyeri terus-menerus pada perut bagian bawah selama menstruasi (intensitas nyeri dapat bervariasi pada masing-masing wanita).
  • Terkadang penderita merasa kelelahan dan sesak napas yang abnormal saat beraktivitas, yang merupakan tanda-tanda anemia.
  • Demam dan nyeri yang dipicu oleh hubungan seksual kemungkinan merupakan manifestasi dari infeksi panggul, terutama jika setelahnya keluar cairan yang tidak normal.

Komplikasi Menoragia

Komplikasi yang paling sering ditemui dari menorrhagia adalah anemia defisiensi besi. Perdarahan hebat atau berulang menghabiskan simpanan zat besi di dalam tubuh, sehingga kecukupan sel darah merah menjadi berkurang. Sekitar 10% wanita usia subur mengalami anemia defisiensi besi. Anemia akan terjadi apabila mengalami menoragi atau menstruasi yang berat atau agak lama (lebih dari 7 hari) dan tidak mendapat asupan zat besi yang cukup. Tanda bahaya dari anemia dapat meliputi kelelahan yang sangat berarti, lemas, sesak napas, kulit pucat, dan kedinginan. Kemudian, perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba atau timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat, dapat menyebabkan pingsan atau kelemahan yang parah. Apabila terjadi nyeri yang cukup parah terkait menorhagia, maka dibutuhkan evaluasi medis lebih lanjut.

Menorrhagia

Diagnosis Menoragia

Menstruasi yang berat dapat menyebabkan kekhawatiran dan kelelahan. Tetapi, kondisi ini tidak selalu mengarah pada kasus yang serius dan gawat. Untuk itu, penderita perlu membuat catatan tentang siklus menstruasinya, termasuk sejak kapan gejala menorhagia dimulai, seberapa sering gejala menoragi muncul, berapa hari terjadinya menoragi, berapa banyak darah yang keluar, dan gejala mengkhawatirkan lainnya. Nantinya, catatan tersebut berguna untuk membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan memberikan pengobatan.

Selanjutnya, dokter akan memerlukan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan laboratorium dan pencitraan. Tes laboratorium dapat mencakup tes darah lengkap untuk mengetahui atau menyingkirkan adanya anemia, tes hCG untuk mengetahui apabila terjadi kehamilan dan menyingkirkan kasus keguguran, tes hormon untuk membantu mendiagnosis pasien dengan dugaan PCOS (sindrom polikistik ovarium), serta tes pap smear. Untuk tes pencitraan, yang paling sering dilakukan adalah biopsi endometrium, USG panggul, dan sonohisterografi. MRI mungkin dilakukan apabila diagnosis dari USG panggul masih belum jelas.

Pengobatan Menoragia

Perawatan medis dilakukan dengan melihat penyebab dan tingkat keparahan perdarahan, dampaknya pada kehidupan sosial dan emosional, usia penderita, dan masih banyak lagi. Diagnosis terhadap penyakit yang menyebabkan menoragia perlu ditegakkan agar dapat memberikan pengobatan secara tepat, misalnya fibroid rahim, polip, infeksi, kanker, dll. Menoragia lebih sering terjadi pada usia remaja dan masa pramenopause. Dalam kasus ini, diperlukan tindakan untuk mengatasi menoragia untuk menghindari komplikasi yang umum terjadi, yaitu anemia defisiensi besi.

Obat menoragia yang biasanya diresepkan oleh dokter adalah obat antiinflamasi nonsteroid dan antifibrinolitik. Obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen akan mengurangi aliran menstruasi dan mengurangi nyeri perut. Obat menoragia jenis ini sangat efektif mengatasi menorhagia pada usia remaja, pengguna IUD, serta pengguna kontrasepsi atau pengobatan hormonal yang terkadang metroragia adalah penyertanya. Sementara, obat menoragia yang berupa antifibrinolitik dapat mengurangi perdarahan, tetapi efektivitasnya kurang konsisten. Cara kerjanya dengan mempermudah pembekuan darah di pembuluh darah kecil.

Selain meresepkan obat menoragia, perawatan hormonal menjadi pilihan lain dalam mengatasi menoragia. Biasanya terapi hormonal ini akan melibatkan progestin atau progesteron buatan, baik dalam bentuk tablet, suntikan, maupun alat kontrasepsi dalam rahim. Lalu, pada sebagian kecil kasus, ketika penyebab perdarahan tidak diketahui atau tidak dapat diobati dengan obat-obatan, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan tambahan atau prosedur pembedahan. Pemeriksaan tambahan dapat meliputi USG dan histeroskopi diagnostik. Sementara itu, untuk prosedur pembedahan dapat dilakukan dengan histeroskopi terapeutik/operatif, ablasi endometrium, kuretase, hingga histerektomi (pengangkatan rahim).

Apabila ditemukan anemia atau kadar feritin yang terlalu rendah, dokter biasanya akan meresepkan suplemen zat besi. Penting pula untuk menerapkan gaya hidup yang sehat pada penderita menoragia. Istirahat yang cukup, karena menoragia seringkali menyebabkan kelelahan, konsumsi makanan sehat, olahraga secara teratur untuk membantu mengurangi rasa sakit, serta tidak dianjurkan untuk berpartisipasi dalam donor darah.

Referensi

  1. Mayo Clinic : Menorrhagia (heavy menstrual bleeding) : https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menorrhagia/diagnosis-treatment/drc-20352834
  2. Medscape : Menorrhagia : https://emedicine.medscape.com/article/255540-overview#a1
  3. Healthgrades : Menorrhagia (Excessive Menstrual Bleeding) : https://www.healthgrades.com/right-care/womens-health/menorrhagia-excessive-menstrual-bleeding
  4. NCH : Menorrhagia (heavy menstrual bleeding) : https://www.nchmd.org/education/mayo-health-library/details/CON-20305552

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *