Onikomikosis (Jamur Kuku)

Tinea unguium adalah bahasa latin jamur kuku atau disebut juga onychomicosis atau onikomikosis, yaitu infeksi atau peradangan yang disebabkan oleh jamur parasit pada kuku. Penyakit jamur kuku ini menimbulkan nyeri, perasaan tidak nyaman, tampilan kuku jadi berubah, keterbatasan fisik dan penurunan kualitas hidup. Onikomikosis lebih dominan menyerang kuku kaki yang biasanya disebabkan oleh fungi dermatofita, juga terkadang di tangan karena candida. Penyakit ini umumnya menimpa orang tua diatas 60 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak.

Jamur termasuk organisme mikroskopis yang suka hidup di lingkungan lembab dan dingin. Karena ukurannya yang sangat kecil fungi atau jamur dapat memasuki kulit melalui sayatan atau celah di antara kuku dan bantalannya.

Belum ada statistik jumlah penderita onikomikosis di indonesia, namun data Departemen Dermatologi dan Venereologi RSUP Sanglah Denpasar menyebutkan dalam 1 tahun ditemukan 11 pasien onikomikosis dengan prosentase sebanyak 45% adalah wanita dan 55% pria. Ini membuktikan bahwa onikomikosis atau tinea unguium adalah lebih banyak menyerang pria ketimbang wanita.

Apakah onikomikosis menular? Ya, melalui kontak langsung dengan kulit atau fomites. Fomites adalah benda perantara yang telah terkontaminasi misalnya ponsel, meja, alat pedicure dan lain-lain. Sel kulit mati milik penderita onikomikosis yang melekat pada fomites adalah cara tercepat penularan.

Etiologi tinea unguium

Dermatofita adalah penyebab jamur kuku yang paling umum yaitu 70% kasus, candida albicans 20% atau kapang 10%.

Faktor pendukung penyebab jamur kuku:

  • Kaki kurap
  • Hiperhidrosis atau keringat berlebih yang membuat jari kaki selalu basah dan berisiko mengembangkan jamur
  • Tidak menggunakan sepatu atau sandal di area umum yang disukai fungi seperti sauna, arena olahraga, pemandian atau toilet umum, lantai ruang dansa
  • Terlalu sering bersentuhan dengan air
  • Kontak langsung dengan fomites
  • Penderita radang kulit atau
  • Menderita gula darah tinggi
  • Imunosupresi atau imun lemah
  • Usia lanjut karena kuku orang tua menjadi lebih tebal dan tumbuh lebih lambat
  • Bisa dari genetik.

Gejala Onikomikosis

Ada 3 karakteristik manifestasi yang sering terjadi:

  • Subungual distal: kuku menjadi tebal dan menguning, keratin dan serpihannya terkumpul di dalam dan kuku atas terpisah dari lapisan dasar kuku
  • Subungual proksimal: dimulai secara proksimal dan merupakan penanda defisiensi imun
  • Superficial White: Pelepasan serbuk putih dimulai dari samping kuku lalu menyebar ke permukaan.

Prognosis jamur kuku

Penyakit kuku ini biasanya tidak berdampak serius jika dirawat dengan benar namun bisa jadi komplikasi bagi pengidap gula darah tinggi atau imunitas lemah dan sukar melawan infeksi. Komplikasi jamur pada kuku dapat memicu kerusakan permanen dengan diagnosa kuku terlepas. Hal ini dapat menyebabkan infeksi serius lainnya yang menyebar ke kaki seperti luka terbuka yang sulit sembuh, infeksi bakteri kulit dan perdarahan. Oleh sebab itu bagi penderita diabetes dianjurkan agar segera menemui dokter untuk evaluasi lanjut jika terjadi perubahan abnormal pada kuku meskipun tidak menimbulkan rasa sakit.

Onychomicosis

Anamnesis onychomicosis

Ciri jamur pada kuku ini sering disalah artikan sebagai penyakit lain karena simtom yang sama seperti radang kulit, penyakit hati bahkan penyakit bowen. Itu sebabnya penting bagi dokter untuk memastikan diagnosis onikomikosis ini sebelum memulai pengobatan.

Sebagai diagnosis onikomikosis dilakukan:

  • Penilaian klinis
  • Tes KOH atau kalium hidroksida dengan cara mengambil sampel kuku yang dikikis atau dipotong. Dapat dilakukan oleh dokter, perawat, maupun asisten medis. Fungsi KOH pada pemeriksaan jamur untuk membedakan jenis jamur penyebab penyakit kuku apakah dermatofita atau candida albicans yaitu bahasa latin jamur candida. Fungsi KOH pada pemeriksaan jamur termasuk juga membedakan gangguan kulit lainnya seperti eksim dan psoriasis. Infeksi yang disebabkan oleh jamur candida akan diperoleh hasilnya dalam 4 hari, sedangkan jamur dermatofita mungkin memerlukan waktu lebih lama
  • Kultur jamur untuk mengidentifikasi jamur penyebab infeksi secara akurat dan efektivitas obat yang diberikan. Tes kultur jamur dilakukan oleh ahli teknologi spesialisasi mikrobiologi
  • Pemeriksaan histopatologi kuku dan puing subungual.

Pengobatan penyakit jamur kuku

Pengobatan onikomikosis merupakan perawatan jangka panjang bergantung pada fase keparahan dan luasnya infeksi yang ditimbulkan. Butuh waktu sekitar 7 bulan agar kuku pulih kembali secara normal, bahkan 13 hingga 18 bulan untuk kuku kaki. Berikut adalah langkah pengobatannya:

  • Untuk gejala ringan cukup menggunakan cream anti jamur selama 3 hingga 7 bulan seperti efinaconazole, tavaborole, 8% ciklopirox atau amorolfin
  • Terkadang kuku yang sakit harus dihilangkan dengan bantuan cream yang dioleskan dan ditutup dengan perban setiap hari. Secara bertahap kuku akan hancur selama 2 sampai 4 minggu dan digantikan oleh kuku yang sehat. Jika tidak hancur seluruhnya dokter perlu memotongnya dengan tang khusus
  • Apabila cara ini tidak berhasil maka diperlukan operasi pengangkatan kuku
  • Jamur kuku dengan gejala berat membutuhkan pengobatan secara oral selama 3 hingga 7 bulan dengan penggunaan selektif itraconazol atau interbi. Dapat menyebabkan efek samping ringan atau berat seperti gangguan pencernaan, ruam kulit dan hipersensitivitas
  • Perawatan dengan minyak esensial dicampur antijamur 2 kali sehari selama 3-4 bulan menggunakan kapas. Jenisnya bisa essential oil (EO) pohon teh, EO dupa, EO kayu manis, dilengkapi dengan jojoba.

Treatment hanya dilakukan jika onikomikosis menyebabkan komplikasi atau gejala yang mengganggu serta adanya indikasi berikut:

  • Riwayat selulitis menular ipsilateral
  • Mengidap gula darah tinggi
  • Dampak psikososiologis
  • Keinginan memperbaiki penampilan.

Pencegahan penyakit onikomikosis 

Selain dapat menyebabkan infeksi penyakit jamur kuku ini juga merusak penampilan fisik. Lebih baik mencegah sebelum mengobati dengan menjalani pola hidup sehat dan melakukan beberapa hal sederhana berikut:

  • Pastikan kaki selalu bersih terutama bagi yang mudah berkeringat
  • Jika mengalami keringat berlebih gunakan antiperspiran dalam bentuk bubuk atau semprot
  • Kenakan sandal atau sepatu di area umum
  • Gunakan sepatu dengan ventilasi baik dan tidak terlalu ketat atau tertutup
  • Pakai kaus kaki katun dan hindari nilon agar lebih mudah dalam penyerapan air serta gantilah setiap selesai pemakaian
  • Selalu keringkan tubuh terutama di sekitar jari kaki
  • Hindari pemakaian barang bersama 
  • Periksa kesehatan secara teratur karena lemah imun mempermudah perkembangan jamur
  • Potong kuku pendek dan rata lalu sterilkan gunting kuku setelah digunakan
  • Rajin cuci kaki dan tangan lalu keringkan dengan sempurna
  • Hentikan penggunaan kutek dan kuku buatan.

Referensi:

  1. PMC: Onychomycosis: Pathogenesis, Diagnosis, and Management: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC88888/
  2. Mayo Clinic: Nail Fungus: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nail-fungus/symptoms-causes/syc-20353294
  3. MedicineNet: Medical Definition of Tinea unguium: https://www.medicinenet.com/tinea_unguium/definition.htm

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *