Rematik

Penjelasan 

Rheumatoid arthritis (RA) atau radang sendi (rematik) adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada sendi dan kerusakan di seluruh tubuh, rematik umumnya terjadi di kedua sisi tubuh. Kondisi ini menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan pada sendi tangan, pergelangan tangan, dan kaki.

Flare atau flare-up adalah istilah yang digunakan ketika gejala yang dirasakan semakin memburuk, flare up sendiri sulit diprediksi dan rematik bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan. Tetapi dengan pengobatan yang saksama, frekuensi flare-up dapat dikurangi, sehingga meminimalisir atau mencegah kerusakan jangka panjang pada sendi.

Menurut World Health Organization (WHO,2016), angka kejadian RA mengalami peningkatan sebanyak 355 juta jiwa dari 165 juta jiwa di tahun 2015. Dari jumlah penderita rheumatoid arthritis lebih banyak terjadi pada wanita khususnya di negara maju. Rheumatoid arthritis di Indonesia pada tahun 2013 jumlah prevalensi sebanyak 45,59% yang meningkat dari 39,47%. Sedangkan jumlah penderita rheumatoid arthritis di Jawa Tengah sejumlah 11,2% dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Kementrian Kesehatan RI, 2013). 

Penyebab rematik

Rematik disebabkan oleh gangguan autoimun, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sinovium atau selaput membran yang mengelilingi atau melapisi sendi. Peradangan yang dihasilkan mengentalkan sinovium, yang pada akhirnya dapat merusak tulang rawan dan tulang di dalam sendi. Belum diketahui secara pasti apa yang memulai proses gangguan autoimun pada rematik, tetapi beberapa faktor dibawah ini dapat memicu rematik, diantaranya:

  • Merokok
  • Obesitas
  • Paparan bakteri tertentu
  • Wanita lebih cenderung menderita rematik 
  • Genetik atau memiliki keluarga yang memiliki rematik
  • Bertambahnya usia, terutama setelah usia 40-60 tahun dimana fungsi tubuh akan menurun (termasuk fungsi sendi)
  • Memiliki riwayat trauma atau cedera sebelumnya, seperti patah tulang, dislokasi sendi, dan kerusakan ligamen.

Jenis-jenis rematik

Beberapa jenis rematik yang sering dijumpai dari 150-an jenis rematik yang ada, di antaranya:

Artritis reumatoid (AR)

AR atau rematik radang sendi, gout (asam urat). Penyebab rematik ini adalah karena kadar asam urat yang berlebihan dalam darah.

Artritis reumatoid seropositif

Jenis arthritis ini dapat diturunkan dalam keluarga (genetik) dan gejalanya dapat lebih parah daripada RA seronegatif. Penderita rematik seropositif akan memiliki hasil tes darah faktor reumatoid positif, berarti penderita memiliki antibodi yang menyebabkan sistem kekebalan menyerang persendian.

Artritis seronegatif

Penderita rematik seronegatif akan memiliki hasil tes darah RF negatif dan hasil anti-CCP negatif, tetapi masih memiliki gejala rematik. Rematik seronegatif dapat berkembang menjadi rematik seropositif.

Artritis idiopatik remaja (JIA) atau juvenile rheumatoid arthritis (JRA)

Artritis idiopatik remaja diderita anak-anak yang belum berusia 17 tahun. Gejala lain yang dapat muncul adalah peradangan mata dan masalah perkembangan fisik.

Artritis reumatoid di tangan

Artritis di tangan dapat dimulai sebagai sensasi terbakar tingkat rendah, terutama pada malam hari. Nyeri ini bisa menjadi sangat parah jika tidak diobati.

Osteoarthritis

Osteoarthritis (OR), yaitu pengapuran sendi. Rematik jenis ini bersifat degeneratif, yang angka kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Gejalanya berupa rasa nyeri pada persendian setelah penderita melakukan aktivitas, atau saat perubahan cuaca dari panas ke dingin.

Gejala 

Rematik merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan gejala peradangan dan nyeri pada persendian. Flare (flare-up) atau eksaserbasi adalah istilah yang digunakan ketika gejala yang dirasakan semakin memburuk, sebaliknya periode remisi adalah istilah ketika gejala hilang sama sekali. Gejala dapat bervariasi dari ringan hingga berat, sangat penting untuk tidak mengabaikan gejala meskipun bersifat hilang timbul.

Gejala rematik dapat terjadi di seluruh tubuh, gejala yang muncul dapat berupa:

  • Nyeri sendi
  • Kekakuan sendi
  • Pembengkakan sendi
  • Kehilangan fungsi sendi
  • Kelainan bentuk tangan dan jari 

Komplikasi 

Gejala rematik yang tidak segera diobati dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, diantaranya:

  • Infeksi
  • Osteoporosis
  • Penyakit paru
  • Mata dan mulut kering (sindrom sjogren)
  • Proporsi lemak dalam tubuh yang tidak seimbang 
  • Carpal tunnel syndrome, muncul akibat rematik pada pergelangan tangan (saraf di pergelangan .
  • Limfoma, kanker yang menyerang sel darah putih yang seharusnya menjaga kekebalan tubuh seseorang.
  • Gangguan hati akibat kantung di hati tertutup, sehingga pembuluh darah (arteri) menjadi mengeras dan terhambat.
  • Rheumatoid nodules, munculnya benjolan-benjolan (nodul) keras di sekitar titik-titik tekanan di dalam tubuh, seperti siku dan paru-paru.

Rheumatism

Diagnosa

Seperti pada umumnya setiap diagnosa akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes tambahan apabila diperlukan.

Tidak ada tes darah atau pemeriksaan fisik untuk mengkonfirmasi diagnosis. Saat pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa apakah terdapat pembengkakan, kemerahan, rasa hangat pada sendi dan memeriksa refleks serta kekuatan otot.

Beberapa pemeriksaan atau tes tambahan yang mungkin dilakukan dokter umum atau dokter spesialis rheumatologist, adalah:

Tes darah

Penyandang rheumatoid arthritis seringkali ditandai dengan kenaikan ESR (erythrocyte sedimentation rate) atau CRP (C-reactive protein) yang merupakan penanda adanya proses peradangan pada tubuh. Beberapa tes darah yang umumnya dilakukan, antara lain:

Tes hitung darah lengkap

Berfungsi untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala yang dialami dan mengukur indikator kesehatan secara umum.

Tes faktor reumatoid atau rheumatoid factor (RF) 

Tes RF dilakukan untuk memeriksa protein yang disebut faktor rheumatoid. Faktor reumatoid tingkat tinggi berhubungan dengan penyakit autoimun, terutama rematik.

Tes antibodi protein anti citrullinated atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP)

Tes ini mencari antibodi yang terkait dengan rematik. Namun, Anti-CCP Ab lebih spesifik untuk rematik daripada uji RF.

Tes protein C-reaktif

Infeksi parah atau peradangan signifikan di mana pun di tubuh dapat memicu hati untuk membuat protein C-reaktif. Level protein C-reaktif yang tinggi berhubungan dengan rematik.

Laju sedimentasi eritrosit

Tes ESR membantu menentukan tingkat peradangan di tubuh, tetapi tidak menunjukkan penyebab peradangan.

Tes antibodi anti nuklear

Tes antibodi antinuklear menguji sistem kekebalan untuk melihat apakah sistem itu memproduksi antibodi. Tubuh mungkin membuat antibodi sebagai respons terhadap berbagai jenis kondisi, termasuk rematik.

Pencitraan

Dokter dapat merekomendasikan foto rontgen untuk memeriksa perkembangan penyakit rematik. MRI atau USG juga dapat membantu dokter untuk menentukan derajat keparahan penyakit.

Pengobatan

Rematik tidak dapat diobati, tetapi perawatan dapat mengurangi gejala yang ditimbulkan, mencegah kekambuhan dan mencegah kerusakan sendi serta organ lainnya. Beberapa pengobatan yang dapat dilakukan baik secara medis maupun non medis, antara lain:

Perubahan pola hidup

Menerapkan pola hidup sehat dapat membantu mengurangi gejala yang muncul akibat rematik, diantaranya:

  • Olah raga teratur 
  • Istirahat yang cukup
  • Jaga berat badan ideal
  • Gunakan alat bantu, seperti tongkat
  • Kompres sendi dengan air dingin atau air hangat
  • Konsumsi makanan kaya vitamin D,seperti ikan yang kaya akan omega 3 (ikan salmon, tuna, dan makarel), telur ayam, ikan kod, jamur, susu kedelai, tempe, tahu, udang, hati sapi, oatmeal, dan yoghurt.
  • Konsumsi makanan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E, dan selenium
  • Konsumsi makanan yang kaya serat, seperti makanan biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan
  • Konsumsi makanan yang mengandung flavonoid, seperti produk-produk kedelai (tahu), brokoli dan teh hijau.

Obat-obatan

Obat diberikan dokter untuk mencegah gejala rematik semakin memburuk. Obat-obatan tersebut adalah:

Obat radang sendi

Obat bebas berikut ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan selama periode rematik flare, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), kortikosteroid dan parasetamol.

Disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs)

Obat jenis ini berupa tablet dan biasanya diberikan untuk memperlambat pertumbuhan rematik yang memburuk. DMARDs bekerja dengan memblokir zat kimiawi yang keluar saat imun tubuh menyerang sendi.

Pengobatan biologis

DMARD biologis menitik beratkan untuk mengatasi peradangan. Akan tetapi, pengobatan ini mungkin saja mengakibatkan efek samping, seperti infeksi, merasa lemas dan sakit, sakit kepala, dan suhu tubuh tinggi.

Penghambat Janus kinase (JAK)

Ini adalah subkategori baru DMARD yang memblokir respons imun tertentu, sehingga dapat  mencegah peradangan dan menghentikan kerusakan pada sendi ketika DMARD dan DMARD biologis tidak berhasil.

Pengobatan dengan bahan alami

Mengkonsumsi bahan-bahan alami juga dapat menjadi pilihan untuk mengobati rematik. Bahan-bahan alami tersebut, antara lain:

  • Timi
  • Jahe
  • Kunyit
  • Saffron
  • Cengkeh
  • Cabe rawit
  • Kayu manis
  • Bawang putih

Mencegah rematik

Rematik dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal dibawah ini, antara lain:

  • Kelola stres 
  • Tidak merokok
  • Hindari alkohol 
  • Olahraga teratur
  • Konsumsi vitamin C 
  • Batasi paparan polusi
  • Jaga berat badan tetap ideal 
  • Konsumsi makanan sehat, seperti makanan rendah kalori, buah, hingga sayuran. 

Kesimpulan

Rheumatoid arthritis (RA) atau radang sendi (rematik) adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada sendi dan kerusakan di seluruh tubuh, rematik umumnya terjadi di kedua sisi tubuh. Kondisi ini menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kekakuan pada sendi tangan, pergelangan tangan, dan kaki.

Flare atau flare-up adalah istilah yang digunakan ketika gejala yang dirasakan semakin memburuk, flare up sendiri sulit diprediksi dan rematik bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan. Tetapi dengan pengobatan yang saksama, frekuensi flare-up dapat dikurangi, sehingga meminimalisir atau mencegah kerusakan jangka panjang pada sendi.

Rematik disebabkan oleh gangguan autoimun, belum diketahui secara pasti apa yang memulai proses gangguan autoimun pada rematik. Gejala rematik yang tidak segera diobati dapat mengakibatkan beberapa komplikasi, diantaranya infeksi, osteoporosis, penyakit paru, mata dan mulut kering (sindrom sjogren), proporsi lemak dalam tubuh yang tidak seimbang, carpal tunnel syndrome, limfoma, gangguan hati,  dan rheumatoid nodules.

Beberapa jenis rematik yang sering dijumpai dari 150-an jenis rematik yang ada, di antaranya artritis reumatoid (AR), artritis reumatoid seropositif, artritis seronegatif, artritis idiopatik remaja (JIA) atau juvenile rheumatoid arthritis (JRA), artritis reumatoid di tangan dan osteoarthritis.

Gejala rematik dapat diobati baik secara medis maupun non medis. Medis dapat dilakkan dengan mengkonsumsi obat radang sendi (seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), kortikosteroid dan parasetamol), disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs), pengobatan biologis (DMARD biologis) untuk mengatasi peradangan dan obat penghambat janus kinase (JAK).

Referensi:

  1. SehatQ: Radang Sendi (Rheumatoid Arthritis): (https://www.sehatq.com/penyakit/radang-sendi-rheumatoid-arthritis)
  2. Lipitan6.com: Rheumatoid Arthritis dan Potensi Komplikasi yang Mungkin Terjadi: (https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4149198/rheumatoid-arthritis-dan-potensi-komplikasi-yang-mungkin-terjadi)
  3. Doktersehat.com: Penyebab Rematik Hingga Cara Mengobati: (https://doktersehat.com/penyebab-rematik-dan-cara-mengobati/)
  4. Kompas.com: 7 Bumbu Dapur yang Bisa Jadi Obat Rematik Alami: (https://health.kompas.com/read/2020/02/12/120500968/7-bumbu-dapur-yang-bisa-jadi-obat-rematik-alami?page=all)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *