Skizofrenia
Mengenal skizofrenia
Suatu gangguan kejiwaan (mental) kronis yang dapat mengganggu pikiran dan perilaku seseorang seperti distorsi realitas dan delusi (halusinasi), disebut skizofrenia. Skizofrenia dapat terjadi kepada siapa saja, gejala pada pria lazimnya terjadi pada awal umur 20-an (akhir masa remaja) sedangkan perempuan menunjukkan gejala nya pada usia antara 20-30 an.
Skizofrenia adalah penyakit mental parah yang tidak boleh diabaikan karena dapat mengakibatkan resiko yang lebih berbahaya, seperti: depresi, gelisah, fobia, masalah keluarga, kesulitan di sekolah atau pekerjaan, keinginan untuk bunuh diri dan penyalahgunaan alkohol.
Penderita skizofrenia bisa sembuh apabila menjalankan pengobatan yang tepat. Sebaliknya, apabila tidak segera disadari dan ditangani maka penderita skizofrenia tidak akan mampu mengingat sesuatu dengan baik, tidak mampu membedakan realita dengan halusinasi dan tidak bisa mengendalikan pikirannya sendiri.
Di Indonesia, sebanyak 14% penderita gangguan skizofrenia masih mengalami pemasungan dan sebanyak 15,8% keluarga di Indonesia memiliki penderita gangguan jiwa, salah satunya adalah skizofrenia.
Penyebab skizofrenia
Meskipun belum dapat diketahui secara pasti penyebab skizofrenia, peneliti mempercayai beberapa faktor dibawah ini dapat menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tersebut adalah:
- Faktor genetika
- Faktor lingkungan
- Faktor biologis (seseorang yang memiliki bahan kimia tertentu di otak dan dalam jumlah yang tidak norma dapat mempengaruhi emosi dan perilakunya)
- Konsumsi obat-obatan yang dapat membuat seseorang berhalusinasi
- Memiliki penyakit autoimun
- Memiliki penyakit radang
- Stres
Gejala skizofrenia
Secara umum gejala skizofrenia diklasifikasikan menjadi beberapa, yaitu:
- Gejala awal
Pada usia remaja (awal 20-an), gejala ini umumnya muncul dan seringnya gejala awal skizofrenia diabaikan karena dianggap sebagai suatu perilaku remaja yang wajar. Contoh gejala-gejala awal tersebut adalah:
- Menyendiri
- Sering berganti teman atau kelompok bersosialisasi
- Mudah marah
- Kesulitan tidur
- Sulit berkonsentrasi (hal ini dapat mengakibatkan menurunnya nilai akademis)
- Gejala positif
Perilaku yang tidak biasa baik secara pemikiran maupun gerakan, pada seseorang yang sehat disebut juga gejala skizofrenia “positif”. Contoh perilaku-perilaku tersebut, adalah:
- Delusi (waham)
Delusi adalah suatu keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, yang terus ada walaupun bukti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki dasar dalam realitas
- Halusinasi
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indra
- Gangguan proses pemikiran
Yang dimaksud dengan gangguan proses pemikiran adalah cara berpikir atau pemrosesan informasi yang tidak biasa. Seperti: berbicara dengan dirinya sendiri, menangis atau tertawa secara tidak terduga, kurangnya logika dan akal sehat
- Gejala negatif
Gejala negatif skizofrenia lebih mengganggu emosi, perilaku, dan kemampuan khas seseorang. Contohnya adalah:
- Mengacuhkan kebersihan diri
- Mudah marah dan cepat emosi
- Memiliki suasana hati yang tertekan atau menjadi sangat sensitif
- Kecemasan berlebihan (paranoia) sehingga akan memilih untuk menyendiri
- Kurangnya emosi atau ekspresi
- Kesulitan menyelesaikan kegiatan normal sehari-hari
- Kurangnya motivasi untuk memulai atau melaksanakan suatu kegiatan
- Sering tertawa sendiri terhadap hal-hal yang tidak lumrah
- Gejala kognitif
Gejala ini mempengaruhi daya ingat dan berfikir seseorang, sehingga sulit untuk dideteksi. Beberapa contoh gejala kognitif skizofrenia adalah:
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit mencerna dan mengambil keputusan dari suatu informasi (“fungsi eksekutif” yang buruk)
Diagnosis skizofrenia
Apabila ditemukan gejala-gejala skizofrenia pada diri seseorang, dokter jiwa akan melakukan pemeriksaan yang dimulai dengan menanyakan mengenai riwayat kesehatan dan mental penderita. Kemudian dokter anda akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes penunjang yang diperlukan, seperti pemeriksaan laboratorium (tes darah) dan tes pencitraan otak dengan computed tomography (CT) Scan atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari gejala skizofrenia.
Dianggap gejala skizofrenia apabila dokter menemukan minimal dua gejala dalam satu periode, gejala-gejala tersebut adalah delusi, halusinasi, dan ucapan tidak teratur. Perlu disadari terkadang gejala yang timbul juga dapat berasal dari faktor-faktor lainya, seperti: penggunaan narkoba, penggunaan obat-obatan tertentu dan penyakit mental lainnya.
Apabila dokter tidak menemukan gejala dari faktor-faktor lain atau penyakit lainnya, pasien akan dirujuk ke psikolog atau psikiater.
Penanganan skizofrenia
Skizofrenia belum ditemukan obatnya sehingga perawatan untuk mengurangi gejala-gejalanya adalah satu-satunya pilihan. Perawatan tersebut mungkin dilakukan seumur hidup, tergantung pada kondisi pasien.
Perawatan skizofrenia dapat dilakukan dengan cara:
- Pemberian obat-obatan yang dianjurkan dan diawasi oleh dokter
- Terapi kognitif dan perubahan tingkah laku
Terapi kognitif adalah suatu metode terapi untuk melatih cara berpikir, cara berbicara dan cara bertindak seseorang
- Apabila dirasa perlu, pasien dapat dirawat di rumah sakit jiwa atau tempat tempat perawatan gangguan jiwa lainnya yang diawasi dengan ketat
Selain perawatan tersebut, dukungan dari keluarga dan lingkungan sangatlah penting. Hal ini agar penderita merasa diterima dan timbul rasa percaya diri, sehingga membuat pondasi yang kuat untuk memulai dan melanjutkan proses penyembuhannya.
Pencegahan skizofrenia
Saat ini belum ada cara pasti untuk mencegah skizofrenia, mengetahui riwayat kesehatan dan kejiwaan seseorang maupun keluarga dapat menjadi langkah awal pencegahannya. Cobalah untuk menghindari stress, selalu berfikir dan melakukan hal positif, memiliki rasa bersyukur yang tinggi serta berolahraga teratur juga dapat mencegah skizofrenia.
Referensi:
Gangguan Skizofrenia dalam Dunia Medis: (https://www.bethsaidahospitals.com/gangguan-skizofrenia-dalam-dunia-medis/)
1 Respon
[…] mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar, menempatkan anda pada resiko yang lebih besar untuk hipotermia. Demensia atau […]