Obesitas
Penjelasan
Indeks massa tubuh (BMI) adalah perhitungan yang memperhitungkan berat dan tinggi badan seseorang untuk mendapatkan berat badan yang ideal. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan karena adanya penumpukan lemak pada tubuh. Orang dewasa yang memiliki BMI minimal 30,0, dikatakan menderita obesitas.
Penumpukan lemak dapat terjadi karena beberapa faktor, yang paling utama adalah karena ketidakseimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) secara terus menerus. BMI memiliki kekurangan, yaitu tidak dapat membedakan antara kelebihan lemak, otot, atau massa tulang, dan tidak dapat memberikan indikasi distribusi lemak di antara individu. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat obesitas adalah diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker.
Berdasarkan data Riskesdas 2018 Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi obesitas di Indonesia meningkat sejak 3 tahun terakhir, yaitu pada 2007 10,5%, 2013 14,8%, dan 2018 21,8%.
Penyebab
Obesitas dapat disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
- Kurang gerak. Seseorang yang lebih banyak diam dan kurang melakukan aktivitas fisik (seperti kurang berolahraga), tubuhnya tidak akan membakar banyak kalori. Kondisi ini mampu memicu timbunan lemak.
- Pola makan. Konsumsi lebih banyak kalori daripada yang bakar dan mengkonsumsi makanan siap saji, dapat menyebabkan kalori ekstra sehingga akan menaikan berat badan.
- Cushing syndrome. Kondisi ini terjadi akibat jumlah hormon kortisol yang berlebihan
- Sindrom Prader-Willi. Merupakan suatu kondisi langka yang membuat seseorang dilahirkan dengan rasa lapar yang berlebihan
- Hipotiroidisme. Suatu kondisi di mana kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon-hormon penting dengan jumlah yang cukup
- Polycystic ovary syndrome (PCOS). PCOS adalah suatu kondisi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon reproduksi wanita
- Osteoartritis dan kondisi lain. Menderita osteoartritis atau kondisi lainnya yang dapat menyebabkan rasa sakit, dapat membuat seseorang menjadi tidak aktif secara fisik.
Faktor risiko
Mereka yang masuk dalam kelompok di bawah ini, memiliki resiko memiliki obesitas lebih besar dari pada orang lain. Faktor-faktor resiko tersebut, antara lain:
- Tidak aktif bergerak. Kurang gerak dapat menyebabkan menumpuknya kalori, sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti artritis (radang sendi) dan obesitas.
- Kehamilan. Ketidakmampuan wanita menurunkan berat badan setelah melahirkan dapat mengakibatkan obesitas.
- Kurang atau kelebihan tidur. Kurang atau kelebihan waktu tidur dapat menyebabkan perubahan hormon, yang dapat meningkatkan nafsu makan sehingga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan.
- Depresi. Beberapa penderita depresi mungkin akan beralih ke makanan untuk alasan kenyamanan emosional. Obat antidepresan tertentu juga dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan.
- Masalah kesehatan. Menderita artritis, sindrom Prader-Willi dan sindrom Cushing dapat memicu obesitas. Artritis dapat membatasi aktivitas penderitanya, yang akhirnya menyebabkan peningkatan berat badan.
- Pola makan tidak seimbang. Obesitas dapat terjadi karena kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan kalori yang tinggi, kurangnya asupan buah dan sayuran, banyak mengonsumsi makanan cepat saji dan porsi makan yang berlebihan.
- Pengobatan tertentu. Beberapa obat-obatan, seperti steroid, pil KB, antidepresan, obat anti kejang, obat diabetes, obat antipsikotik, steroid dan beta blocker, dapat meningkatkan berat badan apabila tidak diimbangi dengan diet dan olahraga.
- Usia. Obesitas dapat terjadi pada segala umur, bahkan anak-anak. Namun seiring berjalannya waktu dan pertambahan usia, hormon mengalami perubahan. Dimana jumlah otot di dalam tubuh akan berkurang saat usia bertambah, sehingga mengakibatkan menurunnya metabolisme dan lebih mudah untuk menambah berat badan.
- Genetik. Gen dapat memengaruhi lemak tubuh yang tersimpan dan distribusi lemak. Beberapa orang memiliki gen tertentu yang membuat mereka sulit menurunkan berat badan. Kondisi ini dapat memengaruhi cara tubuh memproses makanan menjadi energi dan kemampuan tubuh membakar kalori saat beraktivitas.
- Gaya hidup dan lingkungan. Lingkungan (termasuk keluarga) dapat memengaruhi cara dan apa yang dimakan dan keaktifan beraktivitas. Tinggal di lingkungan dengan pilihan makanan sehat yang terbatas atau dengan banyak pilihan makanan berkalori tinggi (seperti restoran cepat saji), belum menemukan tempat yang nyaman untuk berolahraga dapat menjadi alasan seseorang terkena obesitas. Contoh lainnya, seseorang akan lebih beresiko menderita obesitas apabila memiliki orangtua yang juga penderita obesitas. Hal ini bukan hanya karena faktor genetik, tetapi juga disebabkan karena kebiasaan makan dan aktivitas yang sama.
- Obesitas dan status sosial ekonomi. Hubungan antara obesitas dan pendapatan atau tingkat pendidikan sangat kompleks dan berbeda menurut jenis kelamin dan ras atau etnis. Secara keseluruhan, pria dan wanita dengan gelar sarjana memiliki prevalensi obesitas yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Berdasarkan ras atau etnis, pola obesitas dan pendidikan yang sama terlihat di antara wanita kulit putih non-hispanik, non-hispanik hitam, dan wanita hispanik, dan di antara pria kulit putih non-hispanik. Meskipun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik di antara pria kulit hitam non-hispanik, prevalensi obesitas meningkat dengan pencapaian pendidikan. Sedangkan di antara wanita dan pria Asia non-Hispanik dan pria Hispanik, tidak ada perbedaan dalam prevalensi obesitas berdasarkan tingkat pendidikan. Di antara pria, prevalensi obesitas lebih rendah pada kelompok pendapatan terendah dan tertinggi dibandingkan dengan kelompok pendapatan menengah. Pola ini terlihat di antara pria kulit putih dan Hispanik non-Hispanik. Prevalensi obesitas lebih tinggi pada kelompok pendapatan tertinggi dibandingkan pada kelompok pendapatan terendah di antara laki-laki kulit hitam non-hispanik. Pada wanita, prevalensi obesitas lebih rendah pada kelompok pendapatan tertinggi dibandingkan pada kelompok pendapatan menengah dan bawah. Pola ini diamati di antara wanita non-Hispanik kulit putih, non-Hispanik Asia, dan wanita Hispanik. Disisi lain antara wanita kulit hitam non-hispanik, tidak ada perbedaan prevalensi obesitas menurut pendapatan.
Jenis obesitas
Obesitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
- Obesitas makanan. Jenis obesitas ini didapat dari asupan makanan dan air yang berlebihan. Biasanya, penderita obesitas tipe ini akan mengalami penimbunan lemak di bagian tubuh atas yang menyebabkan perut buncit.
- Obesitas kecemasan. Penyebab utama untuk jenis obesitas ini adalah kecemasan dan stres.
- Obesitas aterogenik metabolik. Obesitas tipe ini ditandai dengan perut yang sangat besar. Hal itu diakibatkan karena seluruh lemak tubuh terakumulasi dalam perut yang dapat menyebabkan masalah pernapasan.
- Obesitas vena. Masalah kegemukan ini umumnya terjadi karena sirkulasi vena dan dialami oleh wanita selama kehamilan. Lakukan banyak olahraga, misal, berjalan kaki atau naik tangga dapat memperlancar aliran darah.
- Obesitas gluten. Obesitas tipe ini umum dialami oleh wanita. Terutama selama masa remaja, menopause, atau saat mengalami ketidakseimbangan hormon. Biasanya, penderita obesitas jenis ini akan mengalami penimbunan lemak di bagian pinggul dan paha. Cara terbaik untuk menanganinya adalah menghindari duduk dengan waktu yang lama, olahraga secara teratur, dan menghindari merokok.
- Obesitas kurang gerak. Lakukanlah beberapa jenis olahraga ringan dan perhatikan asupan makanan untuk mengembalikan bentuk tubuh sempurna.
Komplikasi
Menderita obesitas dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi kesehatan yang cukup serius, diantaranya:
- Stroke
- Infertilitas
- Radang sendi
- Diabetes tipe 2
- Penyakit jantung
- Kolesterol Tinggi
- Tekanan darah tinggi
- Penyakit hati berlemak
- Penyakit kantong empedu
- Kanker tertentu (payudara, usus besar, dan endometrium)
- Sleep apnea (gangguan pernapasan ketika tidur, dimana terjadi periode henti napas secara berulang) dan masalah pernapasan lainnya.
Diagnosa
Seperti pada umumnya setiap diagnosa akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), gaya hidup dan menanyakan gejala yang dirasakan atau dialami. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes lanjutan, apabila diperlukan.
Dalam pemeriksaan fisik dokter dapat melakukan tes ketebalan lipatan kulit, mengukur lingkar pinggang, melakukan perbandingan ukuran pinggang-ke-pinggul dan menghitung BMI (menghitung kasar berat badan seseorang dan tinggi badan mereka untuk mendapatkan berat badan ideal). BMI dan ukuran lingkar pinggang merupakan metode yang paling umum dan akurat untuk melihat apakah seseorang menderita obesitas atau tidak. Namun, mereka yang rutin berolahraga dan berotot terkadang memiliki BMI tinggi (meski tanpa lemak).
Apabila dirasa perlu, dokter juga akan melakukan tes tambahan, seperti:
- Tes fungsi hati
- Skrining diabetes
- Tes kelenjar tiroid
- Tes jantung, seperti elektrokardiogram
- Tes darah untuk memeriksa kadar kolesterol dan glukosa
- Skrining menggunakan ultrasound, computed tomography (CT) dan pemindaian magnetic resonance imaging (MRI).
Uji klinis untuk kegemukan atau obesitas
Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal (NIDDK) dan komponen lain dari Institut Kesehatan Nasional (NIH) melakukan dan mendukung penelitian untuk banyak penyakit dan kondisi.
Uji klinis adalah bagian dari penelitian klinis dan inti dari semua kemajuan medis. Uji klinis pencarian cara baru untuk mencegah, mendeteksi, atau mengobati penyakit. Para ilmuwan melakukan penelitian untuk mempelajari lebih lanjut tentang kelebihan berat badan, termasuk studi tentang peran pola makan dalam pengembangan dan pengobatan obesitas (perilaku baru, pengobatan, perangkat, dan pendekatan bedah) serta bidang penelitian lain yang dapat memberitahu kita lebih banyak tentang mengapa orang mengembangkan obesitas atau menanggapi pengobatan.
Contoh uji klinis Para ilmuwan tersebut, diantaranya:
- Mempelajari bagaimana metabolisme mempengaruhi obesitas dan kondisi kesehatan terkait
- Melihat aspek perawatan lainnya, seperti meningkatkan kualitas hidup orang dengan penyakit kronis
- Pelajari bagaimana aktivitas fisik meningkatkan atau mempertahankan berat badan dan kesehatan secara keseluruhan
- Menyelidiki bagaimana kenaikan berat badan seorang ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatannya di kemudian hari dan kesehatan bayinya
- Melakukan untuk mengidentifikasi pasien mana yang mungkin merespons obat atau jenis diet tertentu dan mempelajari bagaimana bakteri di dalam saluran pencernaan seseorang dapat memengaruhi resiko terjadinya kelebihan berat badan.
Saat ini terbuka kesempatan untuk uji klinis yang didanai oleh NIH atau lembaga pemerintah lainnya yang berfokus pada pengobatan atau pengelolaan kelebihan berat badan dan perekrutan dapat dilihat di tautan eksternal NIH www.ClinicalTrials.gov. Ini adalah daftar uji klinis yang dikurasi, tetapi Anda dapat memperluas atau mempersempit pencarian untuk menemukan lebih banyak uji klinis untuk kelebihan berat badan.
NIDDK telah mendukung banyak proyek penelitian untuk mempelajari lebih lanjut tentang kelebihan berat badan dan obesitas. Contohnya termasuk tindakan untuk Kesehatan dalam Uji Coba Diabetes. Studi ini telah menunjukkan bahwa penderita diabetes tipe 2 dapat menurunkan berat badan dan mempertahankan penurunan berat badan tersebut melalui program makan sehat dan aktivitas fisik teratur. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan memberikan manfaat kesehatan tambahan, seperti mobilitas fisik dan kualitas hidup yang lebih baik. Uji coba telah diperpanjang untuk mempelajari hasil jangka panjang dari penurunan berat badan melalui program makan sehat dan aktivitas fisik pada orang dewasa yang lebih tua dengan diabetes tipe 2.
Penilaian Longitudinal Hubungan Eksternal NIH Bedah Bariatrik diikuti lebih dari 2.400 peserta dengan obesitas ekstrim yang menjalani operasi bariatrik di salah satu pusat yang berpartisipasi, dimana peserta diikuti hingga 7 tahun lamanya. Secara keseluruhan, operasi bariatrik aman dan memiliki dampak positif pada banyak kondisi terkait obesitas, seperti diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi, dengan pemeliharaan jangka panjang yang baik untuk menurunkan berat badan. Namun pada peserta yang menjalani operasi bypass lambung, beberapa risiko teridentifikasi, seperti peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol.
Metode apa yang mengukur lemak tubuh
Ada beberapa teknik pengukuran yang dapat dilakukan, antara lain:
BMI
BMI adalah nilai yang dihitung dan mendekati persentase lemak tubuh. Sebenarnya mengukur persentase lemak tubuh seseorang tidaklah mudah dan seringkali tidak akurat tanpa pemantauan metode yang cermat. Metode berikut memerlukan peralatan khusus, personel terlatih, dapat mahal, dan beberapa hanya tersedia di fasilitas penelitian tertentu.
BMI dihitung dengan rumus: berat badan (dalam kg) : tinggi badan (dalam m)²
Berdasarkan panduan WHO, BMI diklasifikasikan sebagai berikut:
- < 18,5: kekurangan berat badan (underweight)
- 18,5-24,9: berat badan ideal
- 25-29,9: kelebihan berat badan (overweight)
- ≥30: obesitas
Sementara itu, klasifikasi untuk BMI orang dewasa di Kawasan Asia pasifik, dibagi menjadi:
- <18,5: kekurangan berat badan (underweight)
- 18,5-22,9: berat badan ideal
- 23-24,9:kelebihan berat badan (overweight)
- ≥25: menunjukkan obesitas
Penimbangan bawah air (hidrostatik)
Metode ini menimbang seseorang di bawah air dan kemudian menghitung massa tubuh tanpa lemak (otot) dan lemak tubuh. Metode ini adalah salah satu yang paling akurat. Namun, peralatan itu mahal.
BOD POD
Cara ini merupakan ruang berbentuk telur yang terkomputerisasi. Dengan menggunakan prinsip pengukuran seluruh tubuh yang sama dengan penimbangan hidrostatik, BOD POD mengukur massa dan volume subjek, yang kemudian digunakan untuk menentukan kepadatan seluruh tubuhnya. Dengan menggunakan data ini, lemak tubuh dan massa otot tanpa lemak kemudian dapat dihitung.
Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA)
DEXA mengukur kepadatan tulang. Ia menggunakan sinar-X untuk menentukan tidak hanya persentase lemak tubuh tetapi juga di mana dan berapa banyak lemak yang berada di dalam tubuh.
Kaliper kulit
Metode sederhana dan lugas ini mengukur ketebalan lipatan kulit dari lapisan lemak tepat di bawah kulit, di beberapa bagian tubuh dengan jangka sorong (alat logam yang mirip dengan forsep). Hasilnya kemudian digunakan untuk menghitung persentase lemak tubuh.
Analisis impedansi bioelektrik (BIA)
Ada dua metode BIA, dimana salah satunya melibatkan berdiri pada skala khusus dengan alas kaki. Sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dikirim ke seluruh tubuh, dan kemudian persentase lemak tubuh dihitung. Jenis BIA lainnya melibatkan elektroda yang biasanya ditempatkan di pergelangan tangan dan pergelangan kaki dan di bagian belakang tangan kanan dan di bagian atas kaki. Perubahan tegangan antara elektroda diukur, persentase lemak tubuh seseorang kemudian dihitung dari hasil BIA. Awalnya, metode ini menunjukkan hasil yang bervariasi. Namun, peralatan dan metode analisis yang lebih baru tampaknya telah memperbaiki metode ini.
Pengukuran lingkar pinggang
International Diabetes Federation menerbitkan ukuran lingkar pinggang dalam kriteria obesitas berdasarkan etnis. yaitu:
- Eropa: lingkar pinggang pria >94 cm, wanita >80 cm
- Asia Selatan, Melayu, India: lingkar pinggang pria >90 cm, wanita >80 cm
- Tiongkok: lingkar pinggang pria >90 cm, wanita >80 cm
Pengobatan
Apabila penderita obesitas tidak dapat menurunkan berat badannya secara mandiri, ia dapat meminta bantuan para ahli. Seperti personal trainer, ahli gizi, terapis, dan atau staf kesehatan lainnya. Pengobatan dan terapi dibawah ini dapat menurunkan berat badan, antara lain:
Perubahan gaya hidup dan perilaku
Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan olahraga teratur, sesuai dengan umur dan kondisi fisik penderita. Dokter, tim kesehatan dan personal trainer dapat memberikan panduan mengenai jenis makan dan olahraga yang sesuai dengan penderita.
Bergabung dengan kelompok pendukung atau melakukan konseling juga dapat mengidentifikasi sebab obesitas dan membantu mengatasi kecemasan, depresi, atau nafsu makan berlebih yang timbul karena tekanan emosional.
Obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat tertentu untuk membantu menurunkan berat badan. Obat-obatan umumnya diresepkan pada pasien obesitas yang memiliki angka BMI diatas 27 dan apabila metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.
Obat yang umumnya diberikan adalah obat yang dapat menghambat lipase sehingga dapat mengurangi absorpsi asupan lemak (seperti orlistat) dan obat penekan nafsu makan (seperti lorcaserin, dan phentermin). Efek samping dari obat-obatan ini dapat berupa perut mulas, kembung dan sering buang angin. Jangan mengkonsumsinya tanpa resep dokter.
Operasi
Apabila berat badan tidak dapat dilakukan dengan cara non-bedah, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan tindakan operasi. Operasi untuk menurunkan berat badan disebut sebagai operasi bariatrik. Operasi ini direkomendasikan untuk pasien yang memiliki BMI lebih dari 40 dan untuk pasien yang memiliki BMI 35-39,9 tapi memiliki masalah kesehatan terkait obesitas yang serius.
Operasi bertujuan untuk membatasi berapa banyak makanan yang dapat dikonsumsi atau bertujuan untuk mencegah tubuh menyerap kalori berlebih dari makanan. Beberapa operasi dapat menghasilkan kombinasi dari kedua efek tersebut.
Operasi penurunan berat badan bukanlah solusi cepat untuk menurunkan berat badan. Tindakan ini adalah operasi besar yang memiliki risiko serius. Dokter hanya merekomendasikan prosedur ini pada pasien yang berkomitmen terhadap perubahan gaya hidup menjadi sehat atau pasien yang memiliki resiko kesehatan tertentu.
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan dokter, antara lain:
Operasi bypass lambung
Operasi bypass lambung atau operasi bypass gastrik Roux-en-Y (RYGB) dilakukan dengan membuat kantong kecil di bagian atas perut yang terhubung langsung ke usus kecil. Sehingga makanan dan cairan akan masuk melalui kantong dan usus, melewati sebagian besar perut.
Tujuan operasi bypass adalah untuk mengecilkan ukuran lambung. Efek yang dihasilkan adalah berkurangnya ruang tampung makanan di lambung dan berkurangnya penyerapan makanan di usus halus.
Gastric sleeve
Pada prosedur ini, sekitar 80% bagian lambung diambil, sehingga tidak dapat menahan jumlah makanan yang terlalu banyak.
Biliopancreatic diversion
Prosedur ini memiliki dua tahapan, yaitu pengangkatan sebagian perut dan menghubungkan bagian ujung dari usus halus ke usus dua belas jari di sekitar lambung. Dengan demikian, makanan yang masuk menjadi terbatas dan dapat diproses lebih cepat.
Laparoskopi adjustable gastric banding (LAGB)
Lambung gastrik dapat disesuaikan secara laparoskopi (LAGB). LAGB akan memisahkan perut menjadi dua kantong dengan menggunakan pita.
Konsumsi makan alami
Mengkonsumsi beberapa makanan alami dibawah ini juga dipercaya dapat membantu menurunkan berat badan, diantaranya :
- Telur
- Buah
- Yogurt
- Alpukat
- Almond
- Salmon
- Popcorn
- Kacang-kacangan
Pencegahan obesitas
Memiliki berat badan berlebih dapat mengakibatkan terbatasnya ruang gerak seseorang, menurunnya rasa percaya diri dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit. Untuk menghindarinya, beberapa cara dibawah ini dapat menjadi pilihan mencegah obesitas. Diantaranya:
Kelola stres
Stres dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Oleh karenanya, kelola stres anda untuk mencegah terjadinya pelarian rasa emosional ke makanan yang anda konsumsi.
- Perhatikan berat badan secara teratur.
- Komitmen merupakan kunci dari keberhasilan. Contohnya, tetap jalankan program diet baik di hari kerja maupun libur.
- Kontrol pola dan jenis makanan. Berkonsultasilah dengan ahli gizi, agar mendapatkan penjelasan jenis makanan yang sesuai dengan kondisi anda.
- Rutin berolahraga minimal selama 30 menit dan dilakukan seminggu 3 kali. Sesuaikan jenis olahraga dan durasinya, dengan kondisi tubuh. Apabila diperlukan, konsultasikan dengan ahlinya.
Kesimpulan
Obesitas adalah kondisi kelebihan berat badan karena adanya penumpukan lemak pada tubuh. Orang dewasa yang memiliki BMI minimal 30,0, dikatakan menderita obesitas. Penumpukan lemak dapat terjadi karena beberapa faktor, yang paling utama adalah karena ketidakseimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) secara terus menerus. Penyebab lainnya obesitas adalah kurang gerak, pola makan, cushing syndrome, sindrom Prader-Willi, hipotiroidisme, polycystic ovary syndrome (PCOS) dan karena osteoarthritis.
Obesitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu obesitas makanan, obesitas kecemasan, obesitas aterogenik metabolik, obesitas vena, obesitas gluten, obesitas kurang gerak. Kelebihan berat dapat dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti stroke
Infertilitas, radang sendi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, penyakit hati berlemak, penyakit kantong empedu, jenis kanker tertentu (payudara, usus besar, dan endometrium) dan sleep apnea. Oleh karena, berat badan berlebih harus segera diturunkan agar berat badan kembali ideal dan kesehatan tubuh juga dapat terjaga. Apabila penderita obesitas tidak dapat menurunkan berat badannya secara mandiri, ia dapat meminta bantuan para ahli. Seperti personal trainer, ahli gizi, terapis, dan atau staf kesehatan lainnya.
Referensi
- Sehatq: Obesitas: (https://www.sehatq.com/penyakit/obesitas)
- Liputan6.com: Makanan Terbaik Untuk Menurunkan Berat BAdan, Apa Saja?: (https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4172019/8-makanan-terbaik-untuk-turunkan-berat-badan-apa-saja)
- Merdeka.com: Mengenal 6 Jenis Obesitas, Mana yang Anda Alami: (https://m.merdeka.com/feedid/trend/mengenal-6-jenis-obesitas-mana-yang-anda-alami-150723l.html)