Polio

Pemahaman dan etiologi

Heine-Medin atau polio adalah suatu penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan paralisis (kelumpuhan karena terganggunya saraf yang berperan dalam mengatur gerakan otot tubuh) permanen dalam beberapa jam. Penyakit ini telah menjadi penyebab utama kecacatan di seluruh dunia, orang yang terkena poliomielitis berisiko menularkannya kepada orang disekitarnya karena polio menular dari orang ke orang.

Virus polio  bertanggung jawab atas penyakit poliomyelitis, umumnya menyerang balita atau anak-anak di bawah usia 5 tahun. Masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang di usus, kemudian akan melakukan perjalanan ke sumsum tulang belakang atau batang otak dan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Namun dalam banyak kasus, penyakit ini tetap asimtomatik atau hanya menghasilkan gejala ringan. Virus berbentuk ikosahedral ini memiliki diameter -30 nm dan tahan pada keadaan asam.

Ada 3 jenis virus polio, tipe 1 merupakan tipe yang paling umum dan berasal dari keluarga yang sama dengan yang menyebabkan influenza atau hepatitis A, virus ini tidak dapat bertahan hidup di luar organisme manusia. Tipe 2 telah dibasmi pada tahun 1999, tipe 3 yang msih terus beredar secara endemik (di wilayah tertentu di dunia). Virus ini menyebar melalui tinja dan dapat menginfeksi air dan makanan. Waktu inkubasi bervariasi antara 9-12 hari.

Vaksin adalah satu-satunya cara yang sangat efektif memerangi polio. Di negara maju penyakit ini telah menghilang, tapi di beberapa negara Heine-Medin masih membunuh atau melumpuhkan. Di Indonesia sejak tahun 1996 virus wild polio orisinal Indonesia (indigenous) sudah tidak ditemukan lagi.

apa itu Polio

Gejala Heine-Medin

Lebih dari 9, dari 10 orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki atau sangat sedikit yang mengalami gejala. Orang yang menderita poliomielitis tanpa kelumpuhan, mungkin akan mengalami gejala lainnya, seperti lesu,demam, tubuh kaku, mual atau muntah dan rasa sakit di kepala, leher, lengan atau tungkai.

Penderita penyakit polio terkadang menderita kelumpuhan secara tiba-tiba dan menjadi permanen pada 1 dari 200 kasus. Mereka memiliki gejala yang sama dengan poliomielitis tanpa kelumpuhan, tetapi dalam waktu 1 minggu mereka dapat mengembangkan gejala berupa hilangnya refleks tubuh, otot yang terasa sangat sakit, kejang dan kelumpuhan ekstremitas (kelumpuhan anggota gerak) biasanya lebih terasa pada satu sisi.

Hampir separuh orang yang menderita Heine-Medin dengan kelumpuhan, menderita sindrom pasca-polio. Gejalanya seperti otot dan sendi terasa sakit, gangguan menelan, kehilangan stamina (kelelahan yang sangat parah), atrofi dan kelemahan otot, kesulitan bernapas, intoleransi terhadap suhu dingin dan apnea tidur (berhentinya nafas ketika tidur, kondisi ini dapat terjadi berulang kali).

Prognosis Polio

95% kasus poliomielitis tidak menunjukkan adanya komplikasi serius. Namun, jika virus mencapai sistem saraf pusat, kelumpuhan otot (dapat bersifat sementara atau permanen) dengan kelainan bentuk pinggul, pergelangan kaki, atau kaki, dapat muncul dan menyebabkan kematian.

Orang dengan poliomyelitis (meskipun jika orang tersebut telah sembuh) dapat mengembangkan sindrom pasca-polio beberapa tahun kemudian (mungkin dapat muncul 30 tahun setelah terinfeksi), bahkan hampir separuh dari mereka yang disembuhkan akan terpengaruh. Tidak ada pengobatan yang akan menyembuhkan atau mencegah kelelahan, kelemahan, atau karakteristik nyeri otot dan sendi dari PPS.

Penyebab sindrom ini masih belum diketahui hingga saat ini. Namun diyakini faktor risiko tertentu dapat menyebabkan munculnya sindrom pasca polio, contohnya:

  • Belum divaksinasi polio
  • Menderita polio setelah usia 10 tahun
  • Menderita kelumpuhan yang parah dan signifikan selama terinfeksi

Anamnesis dan pengobatan

Seperti pada umumnya setiap diagnosa akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu itu sendiri maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik (reflek tubuh) dan apabila diperlukan dokter juga akan melakukan tes tambahan berupa tes spesimen feses, tes apus tenggorokan dan cairan serebrospinal.

Tidak ada obat untuk polio, oleh karena itu vaksinasi menjadi sangat penting. Penemuan dini dan perawatan dini dapat mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat. Beberapa gejala dapat diredakan dengan pengobatan dan perawatan. Terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot serta untuk meningkatkan mobilitas. Meskipun dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan poliomielitis permanen.

Apabila sudah terkena poliomyelitis, tindakan yang dilakukan lebih ditekankan pada tindakan suportif untuk mencegah terjadinya cacat. Anggota gerak tubuh diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.

Pencegahan Heine-Medin

Pencegahan terhadap infeksi virus polio dapat dilakukan dengan cara:

  • Gunakan masker 
  • Imunisasi, vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seumur hidup. 
  • Jaga kebersihan MCK (mandi, cuci, kakus) dan lingkungan, termasuk mempraktikkan BAB di toilet yang mengalir ke septic tank.

Referensi

  1. Media Neliti: Peran Laboratorium Dalam Menunjang Eradikasi Polio: (https://media.neliti.com/media/publications/154241-ID-peran-laboratorium-dalam-menunjang-eradi.pdf)
  2. CDC.gov : What is Polio? : https://www.cdc.gov/polio/what-is-polio/index.htm

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *