Alzheimer

Penjelasan

Alzheimer dan demensia bukan hal yang sama, penyakit alzheimer merupakan bagian dari demensia. Demensia adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera otak atau penyakit yang secara negatif memengaruhi daya ingat, pemikiran, dan perilaku, sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia progresif yang berarti akan bertambah parah seiring waktu dan merupakan kondisi kronis yang berkelanjutan. 

Alzheimer menyerang sel saraf atau neuron yang merupakan satuan kerja utama dari sistem saraf, berfungsi menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang). Jutaan sel saraf ini membentuk suatu sistem saraf. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya fungsi otak, sehingga penderita akan mengalami penurunan daya ingat dan fungsi kognitif lain.

Siapa pun bisa terkena penyakit Alzheimer tetapi lansia yang berusia di atas 65 dan mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut berisiko lebih tinggi terkena Alzheimer. Gejala-gejalanya muncul secara bertahap dan efeknya pada otak bersifat degeneratif, yang berarti mereka menyebabkan penurunan yang lambat.

Penyakit Alzheimer onset dini adalah penyakit Alzheimer yang terdiagnosa sejak awal. Pada tahap ini, penderita akan merasa sedikit kebingungan dan mengalami kesulitan dalam mengingat percakapan ataupun kejadian-kejadian yang baru saja terjadi. Perlahan-lahan, masalah ingatan yang parah akan terjadi. Penderita bahkan dapat melupakan orang-orang penting dalam hidupnya, mengalami perubahan kepribadian, dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Pada tahap lanjut, penyakit Alzheimer dapat mengakibatkan komplikasi karena fungsi otak yang semakin menurun. Mulai dari dehidrasi, malnutrisi, infeksi, hingga kematian. Kemampuan intelektual dan sosial pada penderita penyakit Alzheimer akan terus menurun karena kondisi sel-sel otaknya memburuk hingga akhirnya mati. 

Tidak ada obat dan hasil yang diharapkan untuk penderita Alzheimer, tetapi ada perawatan yang dapat memperlambat perkembangan penyakit dan dapat meningkatkan kualitas hidup. Penanganan atau perawatan penyakit Alzheimer berfokus untuk meringankan gejala Alzheimer. Beberapa orang hidup lama dengan kerusakan kognitif ringan, sementara yang lain mengalami gejala yang lebih cepat dan perkembangan penyakit yang lebih cepat.

Menurut Asosiasi Alzheimer, penyakit Alzheimer menyumbang 60 hingga 80% dari kasus demensia. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2014, jumlah Lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yaitu 18,1 juta orang atau 7,6% dari total jumlah penduduk. Estimasi jumlah penderita penyakit alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi 2 kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi 4 juta orang pada tahun 2050. Bukannya menurun, tren penderita Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.

apa itu alzheimer

Penyebab alzheimer 

Belum diketahui pasti penyebab Alzheimer, tetapi para ahli berpendapat bahwa faktor- faktor dibawah ini dapat menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tersebut, adalah:

Usia

Sebagian besar orang yang menderita penyakit Alzheimer berusia 65 tahun atau lebih.

Jenis kelamin

Wanita memiliki risiko yang lebih tinggi mengidap Alzheimer daripada pria.

Sejarah keluarga 

Seseorang yang memiliki anggota keluarga langsung dengan kondisi Alzheimer, akan memiliki resiko lebih besar mengidap Alzheimer.

Faktor lingkungan 

Faktor lingkungan yang dapat berkontribusi pada timbulnya penyakit Alzheimer, tetapi hal ini masih harus diidentifikasi lebih lanjut. 

Gangguan kognitif yang ringan (mild cognitive impairment)

Seseorang dengan gangguan kognitif yang ringan pada bagian memori akan lebih mungkin untuk mengalami Alzheimer.

Genetika

Gen-gen tertentu telah dikaitkan dengan penyakit Alzheimer. Contohnya, perbedaan kromosom pada orang dengan down sindrom memiliki peningkatan risiko berkembangnya penyakit Alzheimer dan gen apolipoprotein E (APOE) yaitu gen yang dikaitkan dengan timbulnya gejala Alzheimer pada orang dewasa yang lebih tua.

Faktor risiko penyakit jantung

Penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung juga merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Alzheimer, seperti kurang berolahraga, obesitas, perokok aktif dan pasif, tekanan darah yang tinggi, tingkat kolesterol yang tinggi, dan menderita diabetes tipe 2 yang kurang diawasi.

Gaya hidup

Memiliki pola tidur yang buruk dan asupan makan yang tidak seimbang akan mempengaruhi gizi dan daya imun pada tubuh seseorang, hal ini berarti dapat mempengaruhi resiko seseorang mengidap Alzheimer.

Terdapat dua jenis protein yang mungkin berperan dalam perkembangan penyakit Alzheimer. Protein tersebut meliputi:

Protein tau

Penderita Alzheimer memiliki protein tau yang berubah bentuk dan menjadi filamen PH (neurofibrillary tangles). Pada awalnya, protein tau berfungsi untuk mendukung dan menyalurkan nutrisi serta materi-materi penting lain pada neuron. Tetapi apabila telah berubah menjadi filamen PH, protein ini akan menjadi racun bagi sel-sel. Akibatnya, proses penyaluran akan terganggu.

Protein beta amiloid

Beta amiloid merupakan pecahan dari protein yang lebih besar. Saat protein ini menggumpal dan menyatu atau menjadi plak amiloid (amyloid plaques), gumpalan tersebut memiliki efek beracun pada neuron yang dapat mengganggu komunikasi antar sel.  

Faktor lainnya

Contohnya, orang yang memiliki cedera kepala berat atau leher (whiplash injuries) juga memiliki peningkatan risiko mengalami perkembangan demensia. 

alzheimer

Gejala Alzheimer

Setiap orang memiliki episode pelupa dari waktu ke waktu. Tetapi orang-orang dengan penyakit Alzheimer memperlihatkan perilaku dan gejala tertentu yang terus memburuk dari waktu ke waktu. Gejala-gejala tersebut dapat berubah sesuai stadium penyakit, gejala dapat mencakup:

Gangguan ingatan

  • Sukar mengekspresikan pemikirannya
  • Melupakan nama anggota keluarganya
  • Melupakan percakapan serta perjanjian 
  • Melupakan tempat yang sering didatangi
  • Kesulitan dalam mencari kata untuk mendeskripsikan sesuatu
  • Menanyakan hal yang sama berulang kali tanpa menyadarinya

Gangguan berpikir dan penalaran

  • Kesulitan mengatur keuangan 
  • Kesulitan berkonsentrasi, terutama untuk konsep-konsep yang abstrak seperti
  • Kesulitan mengerjakan beberapa hal secara bersamaan dalam satu waktu (multitasking)

Perubahan kepribadian dan perilaku

  • Apatis 
  • Agresif
  • Depresi
  • Berkeliaran
  • Cepat marah 
  • Tidak mempercayai orang lain
  • Menarik diri dari kehidupan sosial
  • Perubahan dalam kebiasaan tidur
  • Perubahan suasana hati (mood swings)
  • Kehilangan kendali diri (loss of inhibitions)
  • Mengalami kepercayaan mengenai suatu hal yang tidak sesuai dengan realita yang ada (delusi). 

Gangguan kemampuan perencanaan dan melakukan rutinitas

Penderita Alzheimer menjadi kesulitan untuk melakukan rutinitas yang membutuhkan perencanaan, seperti memasak dan bermain game. Pada akhirnya, penderita bahkan melupakan cara-cara untuk melakukan aktivitas mendasar, seperti mandi dan memakai baju.

Tahapan Alzheimer

Alzheimer umumnya menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Alzheimer onset dini atau onset yang lebih muda adalah Alzheimer yang terjadi pada orang-orang berusia 40-50-an. Jenis Alzheimer ini mempengaruhi sekitar 5% dari total keseluruhan penderita  Alzheimer. Gejala awitan dini Alzheimer dapat meliputi kehilangan ingatan ringan dan kesulitan berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas sehari-hari, sulit untuk menemukan kata yang tepat, lupa waktu, masalah penglihatan ringan.

Alzheimer adalah penyakit progresif, yang berarti gejalanya secara bertahap akan memburuk dari waktu ke waktu. Alzheimer dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

Tahap 1

Tahap ini tidak menunjukan gejala tetapi mungkin didapati diagnosis dini berdasarkan riwayat keluarga.

Tahap 2

Gejala paling awal muncul, seperti menjadi pelupa.

Tahap 3

Pada tahap ini gangguan fisik dan mental ringan akan muncul, seperti berkurangnya daya ingat dan konsentrasi. Gejala ini mungkin hanya akan terlihat oleh seseorang yang sangat dekat dengan penderita.

Tahap 4

Penderita Alzheimer umumnya akan didiagnosis pada tahap ini, tetapi masih dianggap ringan. Kehilangan memori dan ketidakmampuan untuk melakukan tugas sehari-hari jelas.

Tahap 5

Pada tahap ini gejala sedang sampai parah akan terlihat, sehingga akan memerlukan bantuan dari orang yang dicintai atau pengasuh.

Tahap 6

Pada tahap ini, seseorang dengan Alzheimer mungkin perlu bantuan dengan tugas-tugas dasar, seperti makan dan mengenakan pakaian.

Tahap 7

Tahap 7 merupakan tahap paling parah dan paling akhir dari Alzheimer. Penderita mungkin tidak dapat berbicara dan kehilangan ekspresi wajah.

penyakit alzheimer

Diagnosa

Seperti pada umumnya setiap diagnosa akan dilakukan oleh dokter dengan mengumpulkan informasi dari penderita dan orang-orang disekitarnya (seperti menanyakan riwayat kesehatan, gaya hidup dan menanyakan gejala yang dirasakan, baik yang dirasakan maupun yang dilihat oleh penderita dan oleh orang-orang disekelilingnya).

Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis. Pada pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa gerak refleks, kekuatan dan nada otot, kemampuan untuk bangkit dari kursi dan berjalan ke sisi lain ruangan, koordinasi, dan keseimbangan.

Apabila diperlukan, dokter akan melakukan tes tambahan. Tes tambahan yang umumnya dilakukan, antara lain:

Tes laboratorium

Tes darah dilakukan untuk mengetahui penyebab lain dari kehilangan ingatan dan kebingungan, seperti gangguan tiroid atau kekurangan vitamin.

Tes pencitraan 

Tes pencitraan dengan menggunakan beberapa metode dibawah ini dapat membantu diagnosa dokter, diantaranya:

Magnetic resonance imaging (MRI). 

Dengan MRI, dokter dapat mengetahui apakah terjadi peradangan, perdarahan, dan masalah struktural.

Pemindaian tomografi komputer (CT). 

CT scan dapat membantu dokter mencari karakteristik abnormal di otak.

Pemindaian tomografi emisi positron (PET). 

Gambar pemindaian PET dapat membantu dokter mendeteksi penumpukan plak. Plak adalah zat protein yang terkait dengan gejala Alzheimer.

Pemeriksaan status mental dan neuropsikologis

Pemeriksaan ini akan memeriksa memori dan kemampuan berpikir. 

Tusukan pada tulang belakang (lumbar puncture)

Tes ini dilakukan dengan mengambil cairan cerebrospinal untuk mengetahui tingkat dari protein tau dan amiloid.

Pengobatan Alzheimer

Hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk penyakit Alzheimer. Tetapi, obat-obatan dan perawatan dapat membantu meringankan gejala Alzheimer dan menunda perkembangannya.

Obat-obatan 

Beberapa obat yang digunakan untuk mengurangi gejala Alzheimer, antara lain:

Penghambat kolinesterase (cholinesterase inhibitors)

Kolinesterase adalah enzim darah yang diperlukan agar saraf dapat berfungsi dengan baik, sedangkan inhibitor adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. 

Untuk Alzheimer dini hingga sedang, dokter mungkin memberikan obat-obatan kolinesterase untuk membantu meningkatkan komunikasi antar sel serta menangani depresi dan kecemasan, seperti donepezil (aricept) atau rivastigmine (exelon). Obat-obatan ini dapat membantu menangani depresi dan kecemasan serta mempertahankan kadar asetilkolin yang tinggi di otak agar dapat meningkatkan komunikasi antar sel, sehingga dapat membantu memori penderita.

Memantine (Namenda)

Untuk mengobati Alzheimer tingkat sedang hingga parah, dokter mungkin meresepkan donepezil (aricept) atau memantine (namenda). Memantine dapat membantu memblokir efek kelebihan glutamat (zat kimia otak yang dilepaskan dalam jumlah yang lebih tinggi pada penyakit Alzheimer dan merusak sel-sel otak), sehingga dapat menghambat perkembangan dari Alzheimer.

Terapi dan perawatan 

Terapi stimulasi kognitif (cognitive stimulation therapy) dapat membantu untuk mendukung memori, kemampuan menyelesaikan masalah, dan kemampuan berbahasa penderita. 

Beberapa hal dibawah ini juga dapat dilakukan sebagai upaya mengurangi gejala Alzheimer, diantaranya:

  • Kelola stres
  • Istirahat yang cukup
  • Hindari konfrontasi dengan penderita
  • Memasang pegangan yang kokoh di tangga dan kamar mandi.
  • Mengatur pembayaran dan deposit keuangan menjadi otomatis. 
  • Selalu membuat janji pertemuan pada hari dan waktu yang sama.
  • Buang perabotan-perabotan atau benda-benda yang tidak digunakan.
  • Mememani dan membantu penderita untuk berolahraga secara rutin.
  • Menaruh foto-foto atau benda-benda yang bermakna di sekitar rumah.
  • Memastikan sepatu atau sandal yang digunakan penderita sudah cukup nyaman dan tidak licin.
  • Menempatkan medikasi di lokasi yang aman dan buat daftar untuk memantau obat dan dosis yang diminum oleh penderita.
  • Kurangi jumlah cermin di rumah, karena bayangan-bayangan pada cermin dapat membingungkan dan menakuti penderita Alzheimer.
  • Selalu menempatkan kunci, dompet, telepon genggam, dan benda-benda berharga lainnya di satu tempat yang sama di rumah agar tidak hilang.
  • Selalu memastikan bahwa penderita membawa kartu identifikasi atau gelang yang dapat memberikan sinyal kepada pihak medis.
  • Lakukanlah hobi atau aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasa senang penderita bersama penderita, seperti melukis, membaca, dan sebagainya.
  • Mengingatkan penderita untuk makan dan minum, jika penderita sulit untuk makan, maka dapat mengganti jenis makanannya ke dalam bentuk cairan yang berkalori tinggi. 
  • Berikan telepon genggam dengan fitur lokasi agar pengasuh penderita dapat memantau lokasi penderita, sertakan juga nomor-nomor penting ke dalam kontak telepon genggam penderita.
  • Menggunakan kalender atau papan tulis untuk mengatur jadwal sehari-hari penderita di rumah, bentuklah kebiasaan pada penderita untuk selalu memberikan tanda apabila  telah menyelesaikan sesuatu.
  • Selalu berinteraksi dengan penderita atau memasukkan penderita ke komunitas-komunitas dengan orang-orang yang mengalami hal yang serupa agar penderita dapat bersosialisasi dan termotivasi. 

Pengobatan dengan bahan-bahan alami (herbal)

Pengobatan dengan mengkonsumsi bahan-bahan alami atau herbal juga dapat membantu mengurangi gejala Alzheimer. Bahan-bahan alami tersebut, diantaranya:

  • Temulawak

Pigmen warna kuning yang terdapat pada temulawak diketahui mampu menembus penghalang aliran darah pada otak. Hal ini tentunya sangat membantu orang yang memiliki penyakit Alzheimer karena pigmen tersebut bisa membantu mengikat abeta yang menjadi penyebab Alzheimer pada otak. Hasil ini secara bertahap telah dibuktikan oleh peneliti dan diungkap dalam Journal of Biological Chemistry tahun 2004.

  • Teh hitam

PAI-1 adalah salah satu gen yang diyakini dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, obesitas, dan Alzheimer. Salah satu tanaman yang memiliki zat penahan PAI-1 adalah teh hitam, karena mengandung zat bernama theaflavin yang bisa mencegah PAI-1 diproduksi oleh tubuh. Hasil penelitian ini terdapat dalam International Journal of Molecular Medicine.

  • Rosemary

Ekstrak daun rosemary diketahui mampu meningkatkan ingatan, hal ini terdapat dalam Journal for the Study of Medicinal Plants.

  • Kayu manis

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer Disease tahun 2009, mengungkap bahwa ceylon dalam kayu manis mampu mencegah penyakit Alzheimer. Penelitian terhadap manfaat kayu manis terhadap penyakit Alzheimer masih terus dilanjutkan karena peneliti melihat adanya potensi dalam rempah ini.

  • Merica hitam Thailand

Piperine, salah satu zat yang terdapat dalam merica hitam Thailand. Zat ini diketahui kaya akan antioksidan dan dapat melindungi otak dari penyakit degeneratif, zat yang dapat merusak otak seperti yang terjadi pada penyakit Alzheimer. Antioksidan ini sangat penting, baik untuk mencegah Alzheimer, maupun untuk dikonsumsi oleh pasien yang terkena Alzheimer.

alzheimer adalah

Pencegahan 

Tidak ada cara yang efektif untuk mencegah penyakit Alzheimer. Namun, anda dapat menerapkan pola hidup yang sehat, bersosialisasi, dan melakukan  terapi kognitif untuk mengurangi risiko mengalami Alzheimer, seperti berolahraga secara teratur, tidak merokok, menerapkan diet dengan makanan yang segar dan rendah lemak.

Referensi: 

  1. SehatQ: Penyakit Alzheimer: (https://www.sehatq.com/penyakit/alzheimer)
  2.  Merdeka.com: 5 Rempah ini ampuh cegah penyakit Alzheimer: (https://www.merdeka.com/sehat/5-rempah-ini-ampuh-cegah-penyakit-alzheimer.html)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *