Polip Rahim

Apa Itu Polip Rahim?

Polip rahim adalah semacam daging di luar kenormalan yang berisikan kelenjar, stroma, dan pembuluh darah yang berkembang di rongga rahim. Polip rahim dinamakan juga sebagai polip uteri dan polip endometrium sebab pertumbuhannya terdapat di lapisan terdalam rahim atau nama lainnya endometrium. Polip rahim bisa sembuh sebab kebanyakan dari polip rahim berupa tumor jinak. Individu yang paling banyak terdiagnosa polip rahim adalah wanita pascamenopause, sedangkan wanita pramenopause jarang terkena.

Polip rahim mempunyai ukuran beragam, dari yang kecil setara biji wijen sampai yang bisa disamakan dengan bola golf. Polip rahim/polip uteri/polip endometrium ini bisa muncul sebanyak satu buah saja atau bisa juga muncul dalam jumlah banyak sekaligus hingga dapat membuat rahim penuh. Polip pada rahim dapat dibedakan menjadi polip endometrium bertangkai dan polip endometrium tidak bertangkai. Polip endometrium dinamakan bertangkai apabila polip pada rahim tersebut mempunyai tangkai yang panjang dan permukaannya sempit. Sedangkan, polip endometrium tidak bertangkai jika permukaannya datar dan luas serta tidak didapati adanya tangkai. 

Penyebab Polip Rahim

Bagi wanita pascamenopause, yang menjadi penyebab polip rahim adalah kadar estrogen yang meningkat secara tidak biasa sehingga mengakibatkan rangsangan pada endometrium. Walaupun telah memasuki masa menopause, seorang wanita kemungkinan masih memiliki hormon estrogen (hormon perangsang endometrium) yang kemudian dapat memicu pertumbuhan endometrium dan menyebabkan munculnya polip di rahim.

Produksi hormon estrogen yang berlebihan ini dapat berasal dari dua sumber, yaitu:

  1. Eksternal, yang didapatkan dari terapi penggantian hormon yang tidak seimbang. Jika pengobatan dengan hormon estrogen tidak dapat mengimbangi produksi hormon estrogen, maka dapat mengakibatkan endometrium terus tumbuh.
  2. Endogen, seperti pada penderita obesitas yang menghasilkan estrogen lebih banyak daripada orang normal, sehingga mendorong timbulnya polip rahim.

Sementara itu, bagi wanita pramenopause, penyebab polip rahim tidak bisa dipastikan hingga kini. Hanya saja, timbulnya polip rahim selalu dikaitkan dengan meningkatnya kadar hormon estrogen.

Faktor Risiko

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa polip uteri lebih banyak mengenai wanita kadar hormon estrogennya berlebih, contohnya wanita pascamenopause, penderita obesitas, dan penderita sindrom metabolik (hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia). Polip dan hiperplasia endometrium (pertumbuhan abnormal pada endometrium) dapat muncul pada kasus-kasus tersebut.

Konsumsi obat anti-hormonal (tamoxifen) untuk mengobati kanker payudara juga meningkatkan kemungkinan berkembangnya penyakit polip rahim dan/atau kelainan endometrium. Namun, hal ini bukanlah alasan untuk tidak meresepkan pengobatan ini, hanya saja memerlukan pemantauan yang cermat pada endometrium penderita. Sindrom metabolik dan obesitas pada wanita pramenopause juga dapat meningkatkan perkembangan polip pada rahim.

Uterine Polyps

Gejala Polip Rahim

Pada sebagian besar kasus, keberadaan polip rahim atau polip uteri tidak menimbulkan gejala. Apalagi polip rahim yang ukurannya kecil dan hanya berjumlah satu. Namun, ada sebuah ciri khas utama dari gejala polip rahim yaitu perdarahan. Apabila seorang wanita pascamenopause mendapati perdarahan hebat, maka disarankan untuk segera berkonsultasi dengan ahli kandungan. Begitu pula meskipun belum memasuki masa menopause, jika terdapat perdarahan di luar masa menstruasi (metroragia), maka harus secepatnya dikonsultasikan ke dokter ahli kandungan karena bisa saja merupakan gejala polip rahim/ polip uteri.

Komplikasi pada Polip Rahim

Mayoritas polip rahim yang terdiagnosis sifatnya jinak. Tapi terkadang, pada sejumlah kasus penyakit polip rahim ini (kurang dari 5%) bermutasi menjadi kanker endometrium (tetapi dengan prognosis baik). Transformasi polip endometrium ke arah kanker endometrium kejadiannya terutama ketika pascamenopause. Sehingga, kebanyakan kanker endometrium terjadi pada wanita dengan usia lanjut.

Di sisi lain, polip rahim juga merupakan penyebab infertilitas karena menjadi faktor pencegah implantasi embrio, dan menjadi penyebab keguguran. Itulah sebabnya, dalam konteks reproduksi, ahli kandungan secara sistematis menghilangkan pertumbuhan polip di rahim tersebut. Meskipun demikian, tidak berarti secara otomatis polip rahim yang menjadi penyebab utama infertilitas karena beberapa pasien penyakit polip rahim juga berhasil untuk hamil.

Diagnosis Polip Rahim

Apabila didapati perdarahan di luar masa menstruasi maupun sesudah menopause, dokter kandungan akan melaksanakan USG panggul terlebih dahulu untuk menegakkan diagnosis yang kemudian akan dikonfirmasi melalui histeroskopi diagnostik. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk mengobservasi rongga dalam rahim secara langsung agar dokter kandungan dapat mengukur secara akurat ada tidaknya polip di rahim, karena USG terkadang menunjukkan hasil positif yang palsu. Di sisi lain, histeroskopi diagnostik juga dapat mengetahui ukuran dan jumlah munculnya polip pada rahim. Polip rahim bisa mencapai ukuran beberapa sentimeter dan menempati sebagian besar rongga rahim. Lalu, terkadang, histeroskopi juga memungkinkan untuk mengeluarkan penyakit polip rahim secara langsung dan/atau melakukan biopsi endometrium.

Perbedaan Polip Rahim dengan Fibroid

Secara penampilan, kedua tumor jinak yang muncul di rongga rahim ini terlihat serupa. Tetapi, terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup menonjol di antara keduanya yang dapat dilihat dari:

  • Komposisi: polip terdiri dari jaringan endometrium sedangkan fibroid terdiri dari jaringan otot dari miometrium (lapisan tengah paling tebal dari dinding rahim, yang letaknya di antara endometrium dan serosa rahim). 
  • Ukurannya: polip rahim tidak pernah melebihi beberapa sentimeter sementara fibroid bisa mencapai ukuran melon.
  • Kapasitas resorpsi mereka: polip rahim bisa sembuh atau hilang sendiri sedangkan fibroid tidak dapat diserap kembali.
  • Dampaknya pada rahim: polip tidak merusak rahim, tetapi fibroid dapat merusak rahim.

Pengobatan Polip Rahim

Cara mengobati polip rahim didasarkan pada seberapa berat kasus yang dialami penderita. Secara umum, cara mengobati polip rahim adalah melalui operasi pengangkatan dengan histeroskopi operatif. Pengobatan polip rahim yang melibatkan tindakan pembedahan ini menggunakan kamera mini dan alat mikro (gunting kecil). Dokter kandungan yang melaksanakan prosedur akan menggunting polip pada rahim dan membuangnya. Saat ini, tindakan bedah semacam ini dilaksanakan dengan memakai bius lokal atau tanpa pembiusan, dan dapat dilakukan selama konsultasi atau pasien hanya rawat jalan. Namun, dalam kasus tertentu (seperti jika didapati polip rahim yang berukuran besar, polip rahim yang berjumlah banyak, serta toleransi pasien yang buruk), pembedahan harus dilaksanakan dengan anestesi umum di rumah sakit. Setelah selesai operasi, semua elemen yang dibuang akan dianalisis di laboratorium untuk memastikan kalau polip rahim yang diambil memang tumor jinak.

Pengobatan polip rahim untuk wanita pascamenopause yang mendapat lebih dari satu polip, dokter biasanya menyarankan pengangkatan keseluruhan rahim (histerektomi) untuk mengurangi risiko kekambuhan dan munculnya kanker endometrium. Sedangkan, cara mengobati polip rahim yang lebih kecil dan jumlahnya sedikit, biasanya polip rahim bisa sembuh dan akan hilang sendiri meski tanpa pengobatan. Tapi, dokter tetap melakukan pemantauan agar penyakit polip rahim tidak semakin besar dan banyak.

Terkadang, dokter juga memberikan obat hormonal sebagai obat polip rahim. Obat polip rahim yang dimaksud termasuk progestin dan agonis GnRH. Obat polip rahim jenis ini umumnya mampu menghilangkan polip serta meringankan gejala polip rahim yang timbul, misalnya saja untuk menghentikan perdarahan hebat. Namun, apabila konsumsi obat polip rahim tersebut dihentikan, seringkali gejala polip rahim akan muncul kembali.

Referensi 

  1. WebMD : Uterine Polyps : https://www.webmd.com/cancer/cervical-cancer/uterine-polyps#1
  2. Women’s Health Concern : Uterine Polyps : https://www.womens-health-concern.org/help-and-advice/factsheets/uterine-polyps/
  3. healthline : Uterine Polyp Removal: What to Expect : https://www.healthline.com/health/uterine-polyp-removal#methods
  4. NCBI : Endometrial polyps: Pathogenesis, sequelae and treatment : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6501471/

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *