Rabies

Pemahaman

Rabies atau lyssa adalah penyakit yang bersumber dari virus lyssavirus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas serta manusia. Infeksi penyakit ini mematikan karena ini tidak dapat disembuhkan dan berakibat fatal setelah terinfeksi. Rabies mempengaruhi mamalia, dimana hewan-hewan yang terjangkit penyakit (dapat diimpor secara ilegal) kemudian dapat ditularkan ke manusia. Hewan-hewan tersebut termasuk kelelawar, anjing, kucing dan rubah. 

Virus tidak dapat melewati kulit yang sehat. Kontaminasi terjadi ketika luka (lesi) atau selaput pada kulit tergigit, tergores, atau terjilat hewan yang terinfeksi. Seorang pria atau wanita yang terkena virus dapat menginfeksi orang lain. Dalam kasus luar biasa yang sangat jarang terjadi, rabies dapat menular melalui transplantasi organ atau penularan dari ibu ke janin. 

Penyakit anjing gila atau rabies merebak di berbagai daerah di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat hingga 4 Maret 2019, sebanyak 22 provinsi melaporkan 6.760 kasus gigitan anjing penular rabies (GHPR). Rabies telah menewaskan 17 orang dan jumlah kasusnya terus meningkat, dari 5.466 kasus dengan kematian 14 orang di 13 provinsi. 

Gejala, epidemiologi dan komplikasi rabies

Gejala rabies yang muncul pada manusia dan hewan pastinya akan berbeda. 

Gejala rabies pada manusia

Waktu antara kontaminasi dan munculnya gejala pertama sangat bervariasi pada manusia, tetapi rata-rata berlangsung antara 30-45 hari dimana penyebaran virus telah mencapai otak atau sumsum tulang belakang. Pria yang digigit di area wajah, gejalanya dapat muncul lebih cepat. 

Virus menginfeksi sistem saraf, sehingga akan mempengaruhi cara kerja saraf tersebut. Tanda-tanda atau gejalanya dapat sangat bervariasi, diantaranya: 

  • Demam 
  • Sakit kepala  
  • Takut pada air (hidrofobia)
  • Kesulitan menelan (disfagia)
  • Kecemasan dan agitasi (atau berbagai gangguan neuropsikiatri lainnya)
  • Gangguan motorik, seperti kesulitan berbicara dan mati rasa pada anggota tubuh atau kelumpuhan.

Komplikasi dari penyakit ini selalu berakibat fatal. Ketika tanda-tanda rabies mulai terlihat, umumnya nafas dalam beberapa jam atau beberapa hari akan terhenti dan penyakit akan berkembang menjadi koma atau bahkan dapat menyebabkan kematian

Gejala rabies pada hewan 

Air liur hewan yang terkena virus lyssavirus mengandung virus rabies, dibutuhkan waktu sekitar 1 minggu sebelum timbulnya gejala penyakit.

Gejala rabies pada anjing 

Ada 2 bentuk gejala yang dapat muncul, yang disebut bentuk “mengeram” dan bentuk “lumpuh”. Masing-masing bentuk akan memiliki fasenya sendiri.

Dalam bentuk mengeram

Ada 4 fase dalam bentuk mengeram, yaitu:

  • Fase pertama, dimana hewan akan cenderung diam, bersembunyi dan berjalan tanpa henti.
  • Fase kedua adalah halusinasi, dimana hewan mulai melolong dan merasa gatal yang hebat (sehingga anjing akan terus-menerus menggaruk). 
  • Fase ketiga, dimana hewan akan menjadi marah, melarikan diri dari rumahnya dan menyerang hewan atau manusia tanpa alasan. 
  • Fase keempat, fase kelumpuhan yang dimulai dengan bagian belakang atau rahang dan akhirnya akan sulit bernapas. Kematian umumnya terjadi 4-5 hari setelah timbulnya gejala.
Dalam bentuk lumpuh 

Pada bentuk ini, kelumpuhan pada anjing dapat terjadi dalam waktu singkat hingga dapat mengakibatkan kematian dalam 2-3 hari sejak dimulainya sesak nafas. Gejala lainnya, antara lain:

  • Kelumpuhan rahang sehingga tidak dapat menggigit
  • Menjadi pendiam atau menggonggong yang tidak bisa
  • Mengeluarkan air liur yang banyak dan tidak bisa menelan. 

Gejala rabies pada kucing

Rabies dapat menyebabkan kematian dan akan terjadi dalam waktu 3-6 hari sejak dimulainya sesak nafas. Gejala pada kucing akan meliputi:

  • Menjadi agresif
  • Cenderung bersembunyi 
  • Meneteskan air liur karena ketidakmampuan menelan
  • Mudah tersinggung (sensitif) dan akhirnya menjadi lumpuh

Pemeriksaan rabies

Seperti pada umumnya setiap pemeriksaan akan dilakukan oleh dokter umum maupun dokter hewan dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu, pasangan maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda dan gejala penyakit, apabila diperlukan dokter juga dapat melakukan tes tambahan. 

Pemeriksaan rabies pada manusia 

Pemeriksaan pada manusia dilakukan dengan melakukan tes tambahan, yaitu dengan mengumpulkan sampel dan melakukan beberapa teknik, diantaranya:

  • Biopsi kulit
  • Sampel air liur
  • Serum dan cairan tulang

Pemeriksaan rabies pada hewan 

Hewan yang telah melakukan kontak dengan pasien yang terinfeksi rabies harus disuntik mati terlebih dahulu, tindakan ini dilakukan agar dokter hewan dapat mendeteksi virus rabies di otaknya dan mengumpulkan jaringan dari otak hewan tersebut. 

Rabies

Pengobatan dan pencegahan rabies

Pengobatan dan pencegahan rabies dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi dan seroterapi, dimana tentunya vaksin pada manusia dan hewan akan berbeda. Perbedaaan tersebut, diantaranya:

Pengobatan dan pencegahan rabies manusia

Pada manusia, rabies dapat diobati atau dicegah dengan pemberian vaksinasi atau dengan melakukan seroterapi. Seroterapi adalah suatu bentuk pengobatan untuk penyakit menular, dimana antitoksin ini dapat menetralkan efek merugikan dari racun.

Ada 2 metode vaksinasi rabies yang dapat ditawarkan, yaitu vaksinasi preventif (pencegahan) dan vaksinasi pasca terinfeksi.

Vaksinasi preventif

Vaksinasi ini direkomendasikan untuk dokter hewan, penjaga hutan, staf laboratorium, para ilmuwan, orang yang melakukan misi kemanusiaan, dan wisatawan. Dilakukan dengan pemberian 2 suntikan intramuskular pada tingkat deltoid dalam interval 4 minggu, kemudian diikuti dengan penyuntikan booster 1 tahun kemudian dan setiap 3 tahun.

Vaksin ini tidak disarankan pada masa kehamilan dan pada seseorang yang sedang dalam kondisi demam progresif, karena tindakan ini dapat menimbulkan kontraindikasi.  Efek samping yang dapat muncul tergolong jarang terjadi dan bersifat ringan (munculnya eritema dan indurasi di tempat suntikan, serta reaksi demam).

Vaksinasi pasca terinfeksi

Apabila dicurigai adanya gigitan, penderita dapat mendapatkan vaksinasi di rumah sakit maupun di klinik-klinik hewan. Perawatan harus dilakukan secepat mungkin sebelum munculnya gejala pertama yang dapat menandakan fatalitas. Ada 2 protokol untuk orang dewasa dan anak-anak digunakan setelah diketahui atau dicurigai terpapar  rabies, dimana pilihan protokol tersebut akan tergantung pada kondisi pasien. Protokol tersebut, adalah:

  • Protokol WHO, dimana skemanya meliputi 5 intramuskular (IM) atau suntikan di bahu pada hari-hari ke 0, 3, 7, 14, 30 dan booster opsional di  hari ke 90.
  • Skema ke 2, dikurangi menjadi empat IM suntikan. 2 Suntikan pada  hari ke 0, 1 suntikan pada  hari ke 7 dan 1 injeksi pada hari ke 21. Tidak ada kontraindikasi terhadap vaksin ini. Imunisasi pasif tambahan diperlukan pada risiko tinggi rabies dan diberikan pada hari pertama (serum anti-rabies pasteur atau immunoglobulin anti-rabies manusia).

Pencegahan pada manusia

Selain dengan melakukan vaksinasi preventif, pencegahan rabies pada manusia juga dapat dilakukan setelah terjadi garukan, gigitan, atau jilatan pada luka atau kulit yang terluka atau pada selaput lendir. Tindakan pencegahan tersebut, antara lain:

  • Bersihkan luka dengan banyak air bersih yang mengalir, menggunakan sabun
  • Singkirkan benda asing seperti rambut, pasir atau tanah
  • Kering kan secara menyeluruh dengan handuk atau tissue
  • Oleskan larutan atau salep antiseptik 
  • Ukur suhu tubuh dan desinfeksi luka setiap hari

Untuk menghindari risiko gigitan atau serangan hewan, hindari :

  • Menarik ekor hewan
  • Membangun kan hewan 
  • Mengambil mainan hewan
  • Memanjat punggung anjing
  • Melarikan diri dari seekor anjing
  • Mendekati hewan ketika ia makan
  • Bersentuhan dengan hewan yang tak dikenal
  • Mengelus hewan tanpa meminta izin kepada pemiliknya.

Pengobatan dan pencegahan rabies hewan

Hewan yang terinfeksi virus rabies dapat mengakibatkan koma dan meninggal dunia dalam hitungan jam, kecuali ia mendapat bantuan medis lewat ventilator. Namun, pada kondisi ini jarang ada yang dapat sembuh total.

Pencegahan rabies pada hewan dilakukan dengan pemberian vaksinasi preventif. Pada kucing, vaksinasi rabies mungkin dilakukan setelah hewan berumur 3 bulan. Sedangkan pada anjing, diberikan ketika masa anak-anak. Tato hewan juga wajib setelah selesai melakukan vaksinasi lengkap. Dalam kasus vaksinasi untuk perjalanan ke luar negeri, dokter hewan akan mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa hewan tersebut telah selesai di vaksin. Melakukan vaksinasi hewan peliharaan secara teratur, secara tidak langsung dapat memberikan perlindungan bagi manusia.

Referensi:

  1. SehatQ: Rabies: (https://www.sehatq.com/penyakit/rabies)
  2. Scribd.com: Therapeutic Immunology: (https://www.scribd.com/document/370683826/Therapeutic-Immunology)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *