Trigger Finger (Radang Sendi Jari)

Pemahaman

Otot fleksor jari terletak di lengan bawah dan tendon mereka melampirkan ke tulang kecil dari jari-jari dan ibu jari (trigger thumb). Saat melenturkan atau meluruskan jari-jari kita, tendon fleksor meluncur melalui terowongan kecil yang disebut selubung tendon, yang membantu menjaga tendon tetap di dekat tulang. Faktanya, tendon fleksor secara bertahap dapat teriritasi di bawah selubung tendon ini. Dengan demikian, secara bertahap akan menghasilkan penebalan tendon dan kemungkinan munculnya nodul yang menyebabkan bagian tendon yang jauh lebih sulit di terowongan. Dengan adanya jari pelatuk atau radang sendi jari, tendon akan tersumbat untuk sementara saat melewati terowongan (selubung tendon) selama fleksi atau ekstensi jari.

Stenosing tenosynovitis atau trigger finger adalah kekakuan pada jari dan menimbulkan rasa nyeri ketika digerakkan, kondisi ini diakibatkan adanya peradangan (atau bahkan pembengkakan) dan penyempitan pulley A-1 dan tendon. Trigger adalah suara yang hampir seperti senapan sebelum ditembakkan yang terdengar ketika penderita mencoba menggerakan jarinya, itu sebabnya sindrom ini dinamakan penyakit trigger finger.

Data RISKESDAS 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia tercatat sekitar 7,3%, terjadi pada rentang umur 15–24 tahun dengan angka prevalensi sekitar 1,3%. Angka ini terus meningkat pada umur 24–35 tahun sebesar 3,1% dan di umur 35–44 tahun sebesar 6,3%. Penyakit arthritis menyerang persendian seperti, jari tangan atau kaki, pergelangan tangan atau kaki, tangan, kaki, pinggul dan punggung.

Gejala dan penyebab trigger finger

Gejala dan penyebab trigger finger

Pemicu pastinya tidak diketahui. Namun, lebih sering terjadi pada wanita, pada usia 40-60 tahun dan orang dengan diabetes atau rheumatoid arthritis berisiko lebih tinggi. Jari-jari yang terlalu sering dipakai secara terus menerus dan berulang dipercaya sebagai penyebab akumulatif dari kerusakan yang terjadi pada titik temu tendon fleksor dan A1 pulley.

Gejala yang dapat dilihat, antara lain:

  • Pembengkakan
  • Adanya benjolan sensitif di telapak tangan
  • Nyeri saat meregangkan jari yang terkena
  • Sensasi penguncian dan pemblokiran tiba-tiba selama gerakan fleksi atau ekstensi jari.

Prognosis finger trigger 

Komplikasi lebih mengarah pada kasus di mana pembedahan diperlukan. Oleh karena itu, pemberian terapi trigger finger yang tepat untuk pasien menjadi sangat penting.

Akibat yang dapat terjadi setelah operasi, yaitu:

  • Infeksi
  • Bowstringing
  • Ruptur tendon
  • Deformitas fleksi, cedera nervus dan rekurensi. 

Anamnesis trigger finger 

Seperti pada umumnya diagnosis akan dilakukan oleh dokter dengan menanyakan riwayat kesehatan (baik individu maupun keluarga), menanyakan gejala, melakukan pemeriksaan fisik. Apabila diperlukan dokter juga dapat melakukan tes tambahan berupa MRI dan ultrasonografi dapat membantu mendiagnosis gejala yang tidak khas, contohnya penebalan pada selubung retinakulum dan tendon fleksor.

Pencegahan dan pengobatan trigger finger

Jika sangat ringan, istirahat bisa membantu. Perawatan lainnya dapat berupa:

  • Pembedahan dalam kasus yang refrakter terhadap kortison
  • Injeksi kortison dalam kasus yang refrakter terhadap pengobatan konservatif
  • Penggunaan trigger finger fisioterapi: neuro krioterapi, es atau NSAID untuk mengurangi peradangan atau nyeri
  • Latihan peregangan dan modifikasi aktivitas yang berhubungan dengan kondisi tersebut
  • Treatment of Active Release Techniques (ART) atau Graston untuk memecah adhesi pada otot dan tendon.

Dalam kasus ringan hingga sedang, umumnya perbaikan terlihat setelah 4-6 minggu pengobatan konservatif. Sedangkan pada skenario yang memerlukan pembedahan, sebagian besar kasus akan kembali bergerak normal segera setelah operasi, tetapi mungkin perlu waktu hingga 6 bulan untuk pembengkakan dan kekakuan hilang sama sekali.

Karena penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, sehingga tidak ada cara untuk mencegahnya terjadi. Namun, melakukan peregangan ringan pada jari di sela-sela kesibukan dan memberikan waktu untuk mereka beristirahat akan sangat membantu.

Referensi

  1. Juke UNILA: Trigger Finger: (https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/view/647)
  2. Smarterhealth: Trigger Finger: Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui: (https://www.smarterhealth.id/trigger-finger-segala-hal-yang-perlu-anda-ketahui/)

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *