Risiko Konsumsi Daging
Pemahaman Risiko Konsumsi Daging
Daging dan produk olahan daging mengandung sumber nutrisi yang penting antara lain zat besi, vitamin dan protein. Macam-macam potongan daging sapi yang sangat terkenal adalah bagian sirloin dan tenderloin yang sering sekali diolah menjadi sirloin steak atau tenderloin steak. Steak daging ini biasanya sangat disukai oleh kebanyakan orang. Beda tenderloin dan sirloin ada pada teksturnya yang mana sirloin memiliki jenis tekstur daging yang alot atau kenyal dan tenderloin memiliki tekstur yang lebih empuk. Akan tetapi meskipun kenyal sirloin tetap menjadi salah satu pilihan favorit daging untuk steak. Kandungan protein yang terdapat dalam daging dipengaruhi oleh dampak lingkungan. Sehubungan dengan hal ini, diketahui bahwa produksi peternakan tidak hanya memiliki pengaruh negatif terhadap emisi gas rumah kaca, tetapi juga pada polusi air dan polusi udara. Oleh karena itu, diperlukan perubahan gaya hidup dan kebiasaan konsumsi tidak hanya untuk planet ini tetapi juga untuk kesehatan manusia itu sendiri. Daging merah terutama daging dari berbagai bagian sapi menghasilkan emisi karbondioksida lebih banyak dibandingkan daging putih yang dihasilkan oleh fermentasi enterik ternak ruminansia. Daging sapi yang dipelihara secara intensif memiliki kontaminasi pemanasan global yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan daging sapi yang digemukkan menggunakan metode produksi yang ekstensif. Banyak penelitian yang menghubungkan konsumsi daging dengan resiko penyakit kronis seperti kardiovaskular, diabetes melitus, atau beberapa jenis kanker.
Akibat Konsumsi Daging
Menurut analisis kohort yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa, peningkatan risiko kematian dini yang tinggi diantara individu dengan konsumsi daging merah dan olahan. Peningkatan risiko ini tidak tergantung pada obesitas, merokok, dan pembaur potensial lainnya.
Kanker yang paling sering terjadi pada orang yang mengkonsumsi daging adalah kanker kolorektal. Badan internasional untuk penelitian kanker memperkuat pernyataan ini karena baru-baru ini dinyatakan bahwa ada cukup bukti tentang karsinogenisitas dari konsumsi daging pada manusia. Selain kanker kolorektal entitas kanker lain yang dapat timbul karena konsumsi daging yang berlebihan adalah kanker tenggorokan, kanker paru-paru, kanker pankreas dan kanker perut. Berdasarkan temuan ini, direkomendasikan konsumsi daging harus dibatasi hingga kurang dari 500 gram per minggu. Selain itu lemak jenuh pada kandungan daging sapi merupakan salah satu penyebab kanker. Asupan lemak jenuh yang tinggi sering dikaitkan dengan kanker payudara. Menurut beberapa penelitian, diduga satu atau lebih virus onkogenik pada sapi yang bertahan pada suhu tinggi adalah penyebab infeksi laten pada kolorektal. Paparan bersamaan atau lanjutan dari karsinogen kimia yang timbul selama prosedur memasak mengakibatkan efek sinergis pada peningkatan resiko kanker kolorektal dengan infeksi ini.
Sering diteliti tentang hubungan antara konsumsi daging dan risiko kardiovaskular terutama infark miokard, penyakit jantung kronis, atau bahkan stroke. Berbeda dengan risiko kanker kolorektal dimana konsumsi daging mentah atau olahan menjadi penyebab utamanya, pada penyakit jantung kronis menunjukkan hubungan yang signifikan dengan konsumsi daging olahan akan tetapi tidak dengan konsumsi daging mentah. Dalam meta analisis yang dilakukan pada 6 penelitian, risiko stroke meningkat 11% untuk konsumsi daging mentah dan 13% untuk daging olahan. Jenis-jenis daging olahan mengandung lebih banyak sekitar 400% natrium dan 50% nitrat per gram meskipun tergantung dengan cara mengolah dan jenis daging. Asupan garam yang tinggi terkait dengan hipertensi dan akibatnya meningkatkan risiko kardiovaskular. Nitrat dan produk sampingannya (misalnya peroksinitrit) secara eksperimental meningkatkan disfungsi endotel, aterosklerosis dan resistensi insulin.
Mekanisme potensial lainnya adalah zat besi pada daging segar atau olahan menyebabkan stres oksidatif yang meningkatkan peroksidasi lipid yang menyebabkan modifikasi protein dan kerusakan DNA. Selanjutnya asupan daging segar yang tinggi setara dengan asupan asam arakidonat yang tinggi dan mengarah pada konsentrasi plasma yang tinggi pula. Hal ini menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan pola asam lemak pada membran trombosit dan eikosanoid yang dihasilkan dari asam arakidonat meningkatkan aktivitas inflamasi dan protrombotik yang dapat mengakibatkan gangguan kardiovaskular utama yaitu kematian.
Sebuah meta analisis yang dilakukan oleh seorang peneliti bernama Micha menyimpulkan bahwa konsumsi daging meningkatkan risiko diabetes. Hal ini disebabkan oleh pengurangan asupan natrium daripada asupan asam lemak, protein, kolesterol, zat besi dan nitrat.
Cara Mengawetkan Daging
Daging telah dikonsumsi sejak dulu sebelum adanya tempat penyimpanan yang memadai seperti lemari es atau freezer yang dapat mengawetkan daging segar untuk waktu yang lebih lama. Cara yang biasanya digunakan oleh orang pada zaman dahulu untuk mengawetkan daging adalah dengan cara pengeringan, pengasinan, pengawetan atau pengasapan.
Penggaraman adalah cara mengawetkan daging menggunakan garam untuk meningkatkan daya tahannya dengan menurunkan kadar air pada daging dan menghambat mikroorganisme. Curing, yaitu cara mengawetkan daging menggunakan garam yang diperkaya dengan nitrat atau nitrit yang mengarah pada pembentukan senyawa N-nitroso dan meningkatkan kandungan garam (NaCl) yang semula rendah pada daging segar.
Pengasapan daging menonaktifkan enzim dan mikroorganisme dan mempengaruhi cita rasa daging segar. Asap mengandung hidrokarbon aromatik polisiklik yang dibentuk oleh proses pirolitik pada suhu yang tinggi.
Kesimpulan Resiko Konsumsi Daging
Konsumsi daging dikaitkan dengan peningkatan penyebab resiko kematian seperti kanker, gangguan kardiovaskular dan diabetes melitus tipe II. Meskipun merupakan sumber nutrisi yaitu kandungan protein daging sapi yang sangat penting akan tetapi konsumsi secara berlebihan berdampak negatif. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan hidup sapi yang terkena pencemaran global yang menyebabkan daging dari sapi liar lebih berisiko dengan infeksi virus karena sapi banyak mengkonsumsi polutan pada lingkungan. Karena itu sangat disarankan untuk mengurangi konsumsi daging terutama sirloin dan tenderloin.
Referensi :
- Cambridge University: Daging Olahan: Penjahat Sebenarnya: https://www.cambridge.org/core/journals/proceedings-of-the-nutrition-society/article/processed-meat-the-real-villain/1963B11FCBD95BD97D8B7AE348178384
- PMC: Konsumsi Daging: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7256495/
- NCBI: Daging Segar dan Kanker Kolorektal: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4673592/