Sindrom Mallory Weiss

Pemahaman

Apa yang dimaksud dengan mallory weiss syndrome? Mallory weiss syndrome atau disebut pula mallory weiss tear adalah sobekan longitudinal superfisial (selaput lendir) yang terjadi pada sambungan gastroesofagus yaitu di persimpangan antara kerongkongan dan lambung. Tak selalu ada ciri-ciri, namun robekan ini sanggup mengakibatkan perdarahan berat pada saluran pencernaan sisi atas, terkadang perdarahan mereda secara spontan.

Manifestasi umum dari sindrom mallory weiss ini adalah perdarahan saluran cerna sisi atas (SCBA). Diperkirakan menyerang 100-150 per 100.000 populasi pertahun di dunia. Data di Indonesia pada 2016 terdapat 7 hingga 14% penderita, sedangkan yang mengalami pendarahan ulang mendekati 40%. Berdasarkan penelitian RS TK II Dustira Kota Cimahi Tahun 2016 terdapat 73 kasus perdarahan dan paling banyak ditemukan pada golongan usia lanjut sekitar 55-65 tahun dengan jenis kelamin paling banyak adalah pria.

Etiologi mallory weiss syndrome

Biasanya penyebab mallory weiss tear adalah batuk hebat dan muntah hebat berkepanjangan, terutama apabila penderita memiliki gangguan makan seperti bulimia, dan pecandu alkohol. Penyebab lainnya yang kurang umum adalah hernia hiatus atau persalinan yang sanggup meningkatkan tekanan di perut.

Gejala mallory weiss tear

Konsekuensi dari sindrom mallory weiss adalah adanya dorongan intra abdominal yang meningkat. Gejalanya serupa:

  • Cegukan
  • Batuk
  • Sesak nafas
  • Sembelit atau diare
  • Muntah berwarna merah atau tampak seperti serbuk kopi
  • Kotoran berwarna hitam atau berdarah
  • Ketidakstabilan aliran darah yang mengakibatkan lemas, pusing, pucat dan pingsan.

Mallory Weiss Syndrome

Prognosis mallory weiss tear

Komplikasi sindrom ini berhubungan dengan banyaknya kelepasan darah yang mengakibatkan:

  • Shock hipovolemik yaitu kondisi jantung yang tidak mampu memompa darah
  • Infark miokard atau serangan jantung
  • Gangguan metabolisme
  • Denyut nadi cepat
  • Penurunan tekanan darah
  • Anemia
  • Masalah urine
  • Kematian dapat terjadi jika perdarahan tidak terkontrol.

Diagnostik mallory weiss tear

Penderita berpotensi tak menggambarkan perasaan kesakitan dan mulas, namun akan mengalami hematemesis yaitu keluarnya darah merah melalui muntah. Jumlah darah tidak mengindikasikan tingkat keparahan kecacatan ini. Dokter perlu memeriksa keadaan hemodinamik pasien (keadaan berpeluh, tubuh dingin, lemas, hipotensi). Jika terjadi perdarahan yang signifikan, diperlukan tes diagnostik lebih. Sebaliknya jika jumlah darah sedikit dan pasien dalam kondisi stabil pengujian sanggup ditunda.

Diagnosis sindrom mallory weiss adalah ditentukan dengan pemeriksaan endoskopi pada membran esofagus. Guna tes ini akan dimasukkan saluran fleksibel melewati muara menuju ke kerongkongan. Kamera di ujung tabung berfungsi untuk melihat robekan di dalam kerongkongan. Endoskopi pula bisa menjadi terapi untuk mengontrol pendarahan.

Pengobatan mallory weiss tear

Pada mayoritas perkara, pertanda ini dapat pulih secara mandiri. Pemilihan pengobatan tergantung pada tahap kegawatan gejala.

  • Untuk gejala sindrom mallory weiss ringan hanya diresepkan antasida seperti penghambat pompa proton
  • Jika endoskopi menunjukkan perdarahan aktif harus dilakukan penghentian pendarahan (hemostasis) dengan injeksi adrenalin atau termokoagulasi
  • Dalam kasus pendarahan yang menyebabkan anemia berat, diperlukan transfusi sel darah merah
  • Untuk mengendalikan pendarahan juga bisa dilakukan infus vasopresin intra arteri atau embolisasi terapeutik ke dalam arteri lambung kiri selama angiografi.

Pencegahan mallory weiss tear

Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah robekan mallory weiss selain menghindari situasi yang dapat menyebabkan muntah hebat seperti:

  • Flu berat
  • Batuk karena rokok
  • Alkohol berlebihan
  • Olahraga terlalu berat
  • Bulimia

 Referensi

  1. Johns Hopkins Medicine: Mallory-Weiss Tear: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/malloryweiss-tear#:~:text=What%20is%20a%20Mallory%2DWeiss,called%20a%20Mallory%2DWeiss%20tear.
  2. NORD: Mallory Weiss Syndrome: https://rarediseases.org/rare-diseases/mallory-weiss-syndrome/#:~:text=Mallory%2DWeiss%20syndrome%20refers%20to,bleeding%20from%20the%20gastrointestinal%20tract.
  3. NCBI: Mallory Weiss Syndrome: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538190/

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *