Kloramfenikol

Kloramfenikol adalah penawar yang bermanfaat dalam pengaturan dan pemulihan jangkitan mata superfisial seperti konjungtivitis bakteri, dan otitis eksterna. Selain itu juga dipakai dalam pengobatan tifus dan kolera. Kloramfenikol adalah antibiotik dan masuk dalam golongan antimikroba yang menghalangi sintesis protein. Aktivitas tersebut ini menggerai indikasi, tindakan, dan kontraindikasi Kloramfenikol selaku distributor berharga dalam perawatan jangkitan mata superfisial, otitis eksterna, demam tifoid, dan keadaan fatal yang mengancam jiwa, utamanya yang diakibatkan haemophilus influenza. 

Aktivitas ini akan menggerai segala mekanisme tindakan, profil kejadian buruk, dan faktor kunci lainnya (misalnya, penggunaan di luar label, dosis, farmakodinamik, farmakokinetik, pemantauan, interaksi yang relevan) yang sesuai untuk member tim perawat kesehatan dalam manajemen pasien dengan jangkitan yang disebutkan di atas. Akan tetapi, diluar dari indikasi tersebut, kloramfenikol cuma bisa dilakukan bila diketahui kerentanan terhadap obat tersebut, dan jika antimikroba lain yang kurang berbahaya tidak efektif, tidak sanggup ditoleransi atau dikontraindikasikan. Disamping itu, uji kepekaan terhadap suatu bakteri perlu dikerjakan untuk menghentikan perawatan secepatnya sesudah antimikroba lain yang tak cukup berbahaya menunjukkan efektivitas terapeutik.

Pengguna

Kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas yang dihasilkan secara sintetis. Mulanya diisolasi dari bakteri Streptomyces venezuelae pada tahun 1948 dan merupakan antibiotik sintetis yang dihasilkan bersamaan pertama. Akan tetapi, kloramfenikol adalah obat yang jarang digunakan di Amerika Serikat karena efek sampingnya yang fatal, seperti toksisitas sumsum tulang dan sindrom bayi abu-abu. Tanda-tanda pemakaiannya antara lain infeksi mata superfisial (konjungtivitis bakterial), dan otitis eksterna. Itu juga diberikan untuk infeksi berat, seperti penyakit ricketsia, meningitis yang diakibatkan oleh haemophilus Influenza, neisseria meningitidis, atau Streptococcus pneumoniae, atau demam tifoid yang disebabkan oleh salmonella enterica serotype typhi, serta dipakai dalam perawatan kelainan klora. Kegunaan kloramfenikol bentuk salep juga bermanfaat dalam tiga tahap pembedahan sebagai prosedur pencegahan untuk jangkitan abses bedah. Terapi ini acap dibutuhkan dalam bedah plastik maupun bedah  mata.

Chloramphenicol terjamin untuk dipakai oleh orang dewasa dan anak-anak. Obat tetes chloramphenicol atau salep mata chloramphenicol dapat ditemukan dan dibeli di farmasi. Anak di bawah umur 2 tahun, membutuhkan resep obat chloramphenicol dari ahli medis. Dalam sebagian besar jangkitan mata, umumnya mulai menunjukkan perubahan baik dalam 2 hari sesudah pemakaian chloramphenicol. Dalam jangkitan kuping, kondisi lebih baik juga terasa sesudah sejumlah hari. Bisa jadi organ penglihatan akan terasa perih sebentar sesudah penggunaan obat tetes chloramphenicol atau salep mata chloramphenicol, juga obat tetes kuping chloramphenicol dapat mengakibatkan kondisi tidak nyaman serupa. Merk yang dimaksud adalah chloromycetin, optrex infected eye drops dan opptrex infected eye ointment. Disamping itu, chloramphenicol tidak pas untuk beberapa orang, dan untuk memastikan kegunaan kloramfenikol aman lebih baik pastikan tidak ada alergi dan tidak mengidap penyakit tidak umum yang dipanggil anemia aplastik atau kondisi sumsum tulang yang tidak memproduksi sel darah.

Dosis Kloramfenikol

Suntikan sebanyak 1.000 mg/botol. Pertimbangan dosis kloramfenikol harus melihat bila adanya jangkitan fatal yang diakibatkan oleh strain yang rentan. Bagi pasien dewasa dibutuhkan 50 mg / kg / hari dibagi secara intravena setiap 6 jam; dalam kasus luar biasa, pasien dengan organisme resisten sedang atau infeksi berat mungkin memerlukan peningkatan dosis hingga 100 mg / kg / hari; kurangi dosis tinggi ini secepatnya.

Chloramphenicol

Mekanisme kerja kloramfenikol

Kloramfenikol adalah resep antibiotik intravena dalam perawatan jangkitan serius dan infeksi sistemik. Obat chloramphenicol dapat dijumpai dalam merk Kloramfenikol IV dan Kloromiektin yang dimana obat-obat tersebut sudah dihentikan di Amerika Serikat. Obat chloramphenicol mempunyai kelebihan yang tak serupa. Kegunaan chloramphenicol amat dirasakan oleh mayoritas masyarakat. Segala usia sanggup merasakan kegunaan chloramphenicol yang amat populer di masyarakat.

Mekanisme kerja kloramfenikol berkaitan dengan apakah akan menggunakan obat tetes, salep mata atau tetes telinga atau bahkan diminum meliputi :

  • Bila akan memakai obat tetes mata chloramphenicol 0,5%, titikan satu titik ke organ penglihat yang terjangkit 2 jam sekali pada 2 hari awal. Lalu 4 jam sekali selama 3 hari selanjutnya atau sesuai arahan ahli medis. 
  • Sedangkan bila memakai salep mata chloramphenicol 1%, balur ke organ penglihat yang terjangkit 3 jam sekali dan kerjakan ini 3 sampai 4 kali setiap harinya, atau sesuai arahan ahli medis. 
  • Jika kondisi jangkitan lebih serius, ahli medis bisa jadi mengarahkan pemakaian salep mata chloramphenicol pada waktu tidur dan obat tetes mata chloramphenicol pada siang hari sebab salep lebih melekat di area mata dan lebih efektif. Obat tetes tak akan merubah kegiatan mata.
  • Bila memakai obat tetes telinga chloramphenicol 5% atau 10%, masukkan 3 tetes ke telinga yang terjangkit 2 hingga 3 kali per hari, atau sesuai arahan ahli medis.

Efek samping

Kloramfenikol adalah antibiotik yang dipakai untuk memulihkan kondisi mata terjangkit seperti konjungtivitis dan kadang-kadang bisa untuk jangkitan telinga. Terdapat dua jenis obat chloramphenicol yaitu tetes atau salep, juga bisa didapat tanpa resep atau dengan resep dokter. Pemberian obat chloramphenicol secara langsung ke aorta atau dalam bentuk kapsul demi pengobatan jangkitan parah dan biasanya dilakukan di tempat pelayanan kesehatan. 

Efek samping kloramfenikol tetap ada meski bisa tidak dirasa oleh semua orang sebagai berikut :

  • Efek samping biasa. Efek samping yang biasa ini muncul pada lebih dari 1 dari 100 orang. Obat tetes mata chloramphenicol atau salep mata chloramphenicol dapat menyebabkan mata perih atau terbakar. Ini timbul dalam waktu singkat sesudah pemakaian tetes atau salep mata, oleh sebab itu tidak disarankan mengemudi jika telah menggunakan obat ini. Sedangkan tetes telinga kloramfenikol sanggup menimbulkan rasa perih ringan, iritasi dan rasa terbakar atau gatal pada telinga. Bila kulit sekitar kuping menjadi merah dan iritasi, perlu informasikan ahli medis agar diberikan tetes telinga antibiotik untuk memulihkan tanda dermatitis yang muncul. 
  • Efek samping yang parah. Efek samping yang parah tak sering muncul dan timbul pada tidak lebih dari 1 dari 1.000 orang. Apabila badan menjadi lebih gampang memar, atau mudah terjangkit dan terasa letih atau lemah bisa jadi itu merupakan gejala anemia aplastik dimana umumnya terjadi bila mekanisme kerja kloramfenikol diberikan langsung ke aorta bukan melalui tetes atau salep. 
  • Reaksi alergi yang parah. Dalam kasus yang tidak sering timbul, bisa jadi timbul reaksi alergi yang serius (anafilaksis) terhadap kloramfenikol.

Kloramfenikol sanggup berakibat efek samping hematologi yang parah bila diberikan secara sistemik. Sejak 1982, kloramfenikol dinyatakan mengakibatkan anemia aplastik yang parah, dengan potensi kenaikan resiko bila mekanisme kerja kloramfenikol dilakukan bersamaan dengan simetidin. Efek samping kloramfenikol yang merugikan ini sanggup timbul bahkan dengan pemberian topikal obat, yang kemungkinan besar karena absorpsi sistemik obat setelah aplikasi topikal. Di samping efek samping anemia aplastik yang serius serta pengepresan sumsum tulang, efek samping kloramfenikol lainnya mencakup gangguan pada fungsi pendengaran dan keseimbangan akibat dari paparan obat atau bahan kimia yang merusak telinga bagian dalam dengan penggunaan tetes telinga topikal, reaksi gastrointestinal seperti esofagitis dengan penggunaan oral, neurotoksisitas, dan asidosis metabolik yang fatal. 

Neuritis optik adalah komplikasi neurotoksik yang paling acap dihubungkan dengan efek samping kloramfenikol. Efek samping ini umumnya memerlukan waktu lebih dari enam minggu untuk terwujud, dengan gangguan penglihatan akut atau subakut, dengan kemungkinan perubahan fundus. Ini mungkin juga muncul dengan neuropati perifer, yang mungkin muncul sebagai mati rasa atau kesemutan. Jika neuropati optik terjadi, obat harus segera ditarik, yang biasanya akan menyebabkan pemulihan penglihatan sebagian atau seluruhnya.

Referensi

  1. NCBI : Chloramphenicol : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555966/
  2. NHS.UK : Chloramphenicol : https://www.nhs.uk/medicines/chloramphenicol/
  3. Rxlist : Chloramphenicol : https://www.rxlist.com/consumer_chloramphenicol_chloramphenicol/drugs-condition.htm
  4. Sciencedirect : Chloramphenicol : https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/chloramphenicol

Mahendra Pratama

Mahendra Pratama, seorang ahli gizi berusia 52 tahun dan bekerja di Handal Dok sebagai penulis/editor. Ia lulus dari Universitas Wijaya Kusuma sekitar 25 tahun yang lalu. Dia adalah mahasiswa yang berprestasi. Mahendra sering menulis artikel tentang nutrisi atau cara menjaga kesehatan. Dia memiliki hobi - yoga.

Mungkin Anda juga menyukai